MB.com, -- AGEN rahasia Amerika berusaha keras menghabisi Fidel Castro. Mulai dengan cerutu sampai pena beracun. Semuanya gagal. Central Intelligence Agency (CIA)
selalu punya rencana kreatif untuk menghabisi pemimpin negara lain yang
kontra terhadap Amerika Serikat. Salah satunya ditujukan untuk
menggulingkan pemimpin Kuba Fidel Castro. Untuk menyukseskan rencana
itu, pada awal tahun 1960 CIA menjalankan misi rahasia bernama Operasi
Musang. Operasi bertujuan membunuh Fidel Castro atau paling tidak
mempermalukannya di hadapan pendukungnya. Bermacam alat pendukung pun
diciptakan untuk melancarkan jalannya operasi tersebut.
Proyek pembuatan peralatan itu
menggunakan nama sandi MKULTRA, program CIA di saat Perang Dingin.
Proyek ini dibentuk pada Maret 1953 oleh Allen Dulles, Direktur
Intelijen Pusat CIA. Pengerjaannya diserahkan kepada TSS (Technical Services Staff) dan seorang staf ahli kimianya, Dr Sidney Gottlieb, yang saat itu berusia tigapuluh empat tahun.
Dalam buku Penipuan dan Trik Kotor CIA yang diterjemahkan dari The Official CIA Manual of Trikery and Deception, H.
Keith Melton, pakar spionase, dan Robert Wallace, mantan agen CIA
menulis berbagai cara yang ditempuh oleh CIA untuk mempermalukan atau
membunuh Castro.
Cara pertama diusulkan oleh seorang ahli
kimia bioorganik yang tak diketahui namanya. Dia mengusulkan agar
Castro disemprot cairan LSD (Lysergic Acid Diethylamide).
Cairan itu ditemukan oleh ahli kimia asal Swiss Albert Hofmann pada 1938
saat bekerja di perusahaan farmasi Sandoz. Dia menemukan LSD saat
meneliti jamur yang tumbuh di tanaman gandum. Hofmann bahkan sempat
dibuat berhalusinasi gara-gara obat temuannya itu yang menetes dan
merembes lewat jari tangannya saat melakukan percobaan. LSD, yang
kemudian dilarang penggunaannya di akhir tahun 1960-an itu, pernah jadi
obat favorit bagi para pecandu narkotika.
Diam-diam Operasi Musang menyiapkan
aksi menyemprot studio penyiaran milik Castro di Havana agar dia terkena
efek halusinasi dari obat itu. Bukan saja dengan semprotan, operasi
juga diarahkan untuk memasukan cairan kimia khusus ke dalam cerutu
Castro yang dikenal perokok berat itu. Cara itu diyakini bisa membuat
Castro mengalami disorientasi dan meracau saat berpidato. Seperti
diketahui, salah satu pesona Castro ialah saat ia menyampaikan pidatonya
yang membakar semangat rakyatnya. Amerika tak menginginkan itu.
Dinas intelijen rahasia Amerika itu pun
tak hanya bernafsu menghabisi nyawa Castro, tapi juga ingin memudarkan
kharisma pemimpin revolusi itu. CIA pun berhasil menemukan di mana letak
kharisma Castro, yakni pada jenggot lebatnya. Operasi Musang pun segera
mengatur siasat, mencari cara merontokkan jenggot Castro.
Rencana disiapkan saat Castro sedang
bepergian ke luar negeri. Pada saat kunjungan itu biasanya dia
meninggalkan sepatunya di kamar hotel pada malam hari untuk disemir.
“CIA berpikir untuk membersihkan bagian dalam sepatu bot itu dengan
garam talium, obat penghilang rambut yang kuat, yang akan menyebabkan
jenggotnya rontok. Bahan kimia tersebut berhasil diperoleh dan diujikan
pada hewan. Tetapi, rencana tersebut dibatalkan karena Castro
membatalkan jadwal perjalanannya yang sudah diincar itu,” tulis Melton
dan Wallace.
Mirip dengan siasat sepatu bot beracun
itu, LSD juga bisa dimasukkan ke dalam cerutu Castro. Racun LSD yang
terhisap oleh Castro itu pun akan bereaksi merontokkan jenggotnya
sekaligus memupus kesan macho pada wajah Castro. Sekotak cerutu khusus akan disediakan buat Castro dalam penampilannya pada acara talkshow televisi yang dipandu David Susskind. Susskind adalah host acara talkshow open end di stasiun televisi WNTA-TV di New York, Amerika Serikat.
Namun, lagi-lagi rencana itu buyar
karena tidak ada kepastian apakah Castro sendirian yang mengisap cerutu
itu atau malah Susskind juga akan ikut mengisapnya? Pertanyaan itu
terlontar dari seorang perwira senior CIA. Karena ragu, akhirnya ide
urung dilakukan.
Gagal dalam talkshow, rencana kembali disusun. Kali ini seorang agen ganda Kuba direkrut untuk menawarkan Castro cerutu mengandung botulin,
racun yang mengakibatkan kematian dalam hitungan detik. Cerutu itu
diberikan ke agen tersebut pada Februari 1961. Tapi dia gagal
menjalankan tugasnya setelah rencana jahat itu terendus oleh agen
rahasia Kuba. Menyadari kalau Castro berpotensi diracun lewat cerutu,
pejabat kemanan Kuba kemudian menciptakan cerutu khusus bermerk Cohiba buat Castro.
Berkali-kali gagal membuat CIA semakin
bernafsu menghabisi Castro. Rencana berikutnya lebih mengerikan: Sekotak
cerutu berisi peledak disiapkan untuk meledakkan Castro dalam
perjalanannya ke kantor PBB. Sama dengan rencana sebelumnya, aksi itu
pun batal terlaksana.
Selang beberapa waktu dengan insiden
pembunuhan Presiden Kennedy di Dallas, 22 November 1963, seorang perwira
CIA diam-diam menemui Rolando Cubela, seorang agen Kuba di Paris.
Perwira itu menawari Cubela sebuah pulpen beracun untuk membunuh Castro.
Pulpen jenis Paper Mate itu dimodifikasi sedemikian rupa untuk menyembunyikan jarum suntik kecil yang mengandung racun Blackleaf-40.
Tusukan paling ringan dari jarum suntik
itu akan mengakibatkan kematian. Cubela punya sedikit saja waktu untuk
melarikan diri sebelum efeknya terlihat. Namun, setelah mengambil
pelajaran dari kematian Kennedy, Cubela membatalkan rencananya. Sebelum
kembali ke Kuba, dia membuang pulpen beracun itu.