Logo

Logo
Latest News
Wednesday, November 5, 2014

BJ Habibie, R80 Inovasi yang Tak Henti

MB.com, TOKOH --- Pesawat R80 buatan BJ Habibie (78), mantan Presiden RI, laku keras. Meski baru siap diproduksi pada 2018, sebanyak tiga maskapai penerbangan sudah siap membeli sebanyak 145 unit. R80 merupakan generasi penerus N250 yang sempat terhenti di tengah jalan.

"Besok (11/8/2012) akan dilakukan penandatanganan di rumah saya di Kuningan. Saya akan menjabat Ketua Dewan Komisaris dan akan memanfaatkan network saya. Projeknya mengembalikan N250. Nanti saya akan mengembangkan desain lebih dulu dan mesinnya akan disesuaikan dengan mesin yang sekarang," kata BJ Habibie, usai upacara peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas), di Gedung Sate, Bandung, pada Jumat (10/8/2012).

Pernyataan Habibie dua tahun silam itu, kini mulai membuahkan hasil. R80 yang berkapasitas 80-90 penumpang, lebih banyak dibanding N250 yang 50-60 penumpang, laris manis. Maklum, R80 memiliki beberapa kelebihan dibanding pendahulunya. Lebih murah dari segi harga, biaya pemeliharaan, juga irit bahan bakar karena merupakan pesawat terbang berbaling-baling (turboprop).

“Dari 7 maskapai yang menyatakan minat, sudah 3 yang menandatangani Letter of Intent, bahwa mereka akan membeli pesawat sebanyak 145 unit," kata Ilham Habibie, Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI), di Bandung, pada Rabu (10/9/2014).

Keterangan putera sulung Habibie ini, membuktikan bahwa inovasi putera Pare-Pare ini tak pernah berhenti. R80 didesain untuk rute pendek dengan jarak tempuh kurang dari 600 km dan mampu diakomodasi oleh bandara dengan landasan pendek. Sangat cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia. Diharapkan R-80 bisa menghubungkan pulau-pulau terpencil di negeri ini.

Era kedirgantaraan di negeri ini dimulai pada 1974, ketika BJ Habibie, pemuda brilian yang menuntut ilmu dan berkarya di Jerman Barat diminta kembali ke tanah air oleh Presiden Soeharto. Habibie diminta pulang untuk membantu tugas-tugas presiden, menjadi penasihat pemerintah di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi.
 
Maka, pada 1974 itu pula, di antara tugas-tugas membantu presiden, dimulailah riset dan pembuatan pesawat. BJ Habibie dibantu 20 tenaga ahli mengerjakan tugas berat itu, hingga 10 tahun kemudian membuahkan hasil.

Pada 1984, Rudy, panggilan masa kecil Habibie, berhasil menyelesaikan pesawat CN-235, hasil kerjasama antara CASA di Spanyol dan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara). Seluruh rakyat menyambut gembira keberhasilan Habibie. Selanjutnya, Presiden Soeharto memberikan kepercayaan penuh kepada BJ Habibie yang saat itu telah menjabat Menristek untuk mengembangkan industri kerdirgantaraan.

Mr Crack
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie, yang lebih dikenal dengan BJ Habibie, lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Dia anak keempat dari delapan bersaudara. Habibie mempunyai garis keturunan Jawa dari ibundanya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, dan darah keturunan Bugis dari sang ayah, Alwi Abdul Jalil Habibie.

Sedari kecil, Habibie telah menunjukkan minat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Beranjak dewasa, ia dikirim ke Bandung untuk bersekolah di SMAK Dago. Ia kemudian melanjutkan kuliah di Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung (ITB).

Lulus dari ITB, Habibie terbang ke Jerman pada 1955. Ia melanjutkan pendidikan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische (RWTH), Aachen, Jerman Barat. Selama lima tahun studi di Jerman, Habibie memperoleh gelar Diplom-Ingenenieur atau diploma teknik dengan predikat summa cum laude. Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman semasa SMA bernama Hasri Ainun Besari pada 1962. Menyandang status baru sebagai suami sekaligus mahasiswa, Habibie harus bekerja untuk membiayai studi sekaligus rumah tangganya. Dari pernikahan ini, Habibie mempunyai dua buah hati, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Pada 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan  indeks prestasi lagi-lagi summa cum laude. Setelah lulus studi doktoral pada 1965, Habibie mulai bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Dia ditunjuk sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada analisis struktrur pesawat terbang, sampai 1969.
 
Selanjutnya ditunjuk sebagai Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB hingga 1973. Dinilai cakap dalam bekerja, ia lantas dipercaya menjadi Vice President merangkap  Direktur Teknologi di MBB hingga 1978.

Di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil riset dan sejumlah teori di bidang thermodinamika, konstruksi dan aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.

Disebut rumus “Habibie Factor” atau “Faktor Habibie” karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Atas rumusnya itu, BJ Habibie juga dijuluki dengan “Mr. Crack”.

Menjadi “permata” di negeri Jerman, otomatis Habibie menjadi bahan perbincangan di tanah air. Presiden Soeharto, begitu mendengar perihal Habibie, sangat tertarik dengan kecerdasan serta kecakapan BJ Habibie di bidang teknologi pesawat terbang. Atas dasar itulah, pada 1974, Presiden Soeharto memanggil BJ Habibie kembali ke Indonesia. Tugas ini diemban hingga 1978.
 
Sekalipun demikian, dari 1974 hingga 1978, Habibie masih “wira-wiri” Jerman-Indonesia karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB Jerman Barat. Presiden Soeharto pada 1978 mengangkat BJ Habibie, menjadi Menristek (Menteri Negara Riset dan Teknologi). Jabatan Menristek inilah yang kemudian secara berturut-turut ia emban hingga 20 tahun, yakni pada 1978 hingga 1998. Puncak karier BJ Habibie di pemerintahan Soeharto adalah ketika ia diangkat menjadi Wakil Presiden melalui Sidang Umum MPR pada 11 Maret 1998.
 
Presiden RI Ke-3
Habibie menjadi Wakil Presiden RI ke-7, di saat krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia yang juga memukul perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah anjlok dari Rp 2.000 per US dolar menjadi Rp 12.000-an per US dolar. Utang luar negeri jatuh tempo, sehingga membengkak akibat depresiasi rupiah. Hal tersebut makin parah ketika sektor perbankan swasta banyak di antaranya mengalami kesulitan likuiditas. Angka inflasi naik hingga di atas 50 persen.
 
Keadaan yang mengkhawatirkan itulah yang akhirnya menggerakkan gelombang demonstrasi. Aksi-aksi demo dari berbagai lapisan masyarakat itu menjelma menjadi gerakan reformasi. Di ujungnya, Presiden Soeharto lengser diterjang gelombang reformasi tersebut. Pada pidato pengunduran dirinya, Soeharto menunjuk wakilnya, BJ Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden.

Di masa kepemimpinan Habibie, ada satu keputusan politik, yakni diadakannya referendum Timor Timur (Timtim). Habibie juga berupaya agar Indonesia kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi.
Presiden BJ Habibie juga membebaskan para tahanan politik dan memberikan keleluasaan kepada pers Indonesia untuk melakukan tugas jurnalistik, tidak lagi dalam kawalan ketat kekuasaan.

Di era pemerintahannya yang singkat, Habibie memberikan landasan kokoh dengan lahirnya UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting UU otonomi daerah. Indonesia untuk pertama kalinya melaksanakan Pemilu 1999 dengan sistem multi partai.

Namun, kekuasaan Habibie tak berlangsung lama. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR, pada Sidang Umum MPR 1999. Rasa cinta Habibibe yang besar pada Ainun, mendiang istrinya, dituangkannya dalam buku berjudul “Habibie & Ainun”. Buku setebal 323 halaman itu, menceritakan kisah pertemuan Habibie dan Ainun, hingga Ainun menghembuskan nafas terakhir karena komplikasi pada 22 Mei 2010. Buku ini kemudian diangkat ke film layar lebar dengan judul yang sama.
 
Kini, setelah tidak lagi berada dalam lingkaran kekuasaan, BJ Habibie tetap mendharmabhaktikan seluruh pemikiran dan tenaganya di bidang teknologi kedirgantaraan. Dan R80 merupakan buah nyata. Pesawat itu bisa diharapkan menjadi penghubung Nusantara yang terdiri dari banyak pulau. Bersama Ilham, puteranya, BJ Habibie masih  diharap membawa bisnis dirgantara Indonesia terbang membumbung lebih tinggi.
  • Facebook Comments
Item Reviewed: BJ Habibie, R80 Inovasi yang Tak Henti Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi