Gaya rambut pria Thai pertengahan abad ke-19 sebagaimana dipakai oleh
para petinggi. Gaya rambut kaum wanita Thai ditunjukkan oleh ratu King
Mongkut (Raja Siam) dari dinasti Chakri abad ke-18. Foto: Repro buku
"Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680" karya Anthony Reid.
MB.Com, Seni-- Pompadour, gaya rambut pria terkini, sudah dikenal lebih awal di Thailand dan Kamboja. Inilah tren gaya rambut pria tahun 2014:
tipis di bagian samping namun membiarkan lebat di bagian tengah dan
menyisirnya ke belakang menjauhi muka. Gaya klasik ini disebut
Pompadour, merujuk Madame de Pompadour, selir King Louis XV.
Meski ada banyak variasi gaya ini,
konsep dasarnya sama: rambut menyapu ke atas menjauhi wajah, terkadang
bagian sisi dan belakang juga disisir ke atas.
Pernah tren di kalangan perempuan modis pada abad ke-18, gaya ini dihidupkan kembali sebagai bagian dari tampilan Gibson Girl
–istilah untuk kecantikan ideal seorang perempuan– pada 1890 dan terus
bertahan sampai Perang Dunia I. Gaya ini sekali lagi menjadi mode bagi
perempuan pada 1940-an. Versi pria dipopulerkan bintang rock and roll Elvis Presley pada akhir 1950-an. Variasi gaya ini terus dipakai lelaki dan perempuan pada abad ke-21.
Gaya rambut Pompadour dikenal lebih awal di Siam (Thailand) dan Kamboja. Sejarawan Anthony Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680,
menyebutnya gaya rambut “sapu”: memotong rambut sekira tiga sentimeter
dan mencukur rata kedua sisi pelipis. Orang Siam memakai gaya ini karena
pengaruh Khmer. Orang Siam lalu memberi pengaruh kepada orang Kamboja.
Ada beberapa cerita di balik gaya rambut sapu. Di Siam, Chiengmai Chronical, kronik kerajaan Chiengmai, menyebutkan
pada abad ke-15 seorang mata-mata Chiengmai harus memotong pendek
rambutnya agar tak menarik perhatian orang di kerajaan Ayutthaya. Sebuah
hikayat Melayu merujuk gaya rambut sapu perempuan dengan seorang raja
Siam yang marah besar karena menemukan sehelai rambut panjang di
nasinya. Cerita lainnya menyebut gaya rambut sapu perempuan di Siam
dipakai untuk menipu orang Birma (sekarang Myanmar) yang menyerang
supaya beranggapan bahwa kaum wanita di garis belakang pertempuran
adalah juga serdadu pria.
Anthony Reid menyimpulkan, rambut pendek
model sapu pada mulanya dipaksakan penguasa Siam kepada orang Kamboja
dan Thai sebagai tanda kerendahan status; yang kemudian mereka menjadi penduduk Siam pada 1590-an. Asosiasi rambut pendek dengan status budak masih berlaku di Birma sekira 1700.