MB.com, Histori - Selain cantik, mereka harus berpengetahuan luas dan mahir bermain musik. Mereka menjadi teman para pembesar Athena, Yunani.
Socrates, filsuf ternama asal Athena,
Yunani, memilih mati minum racun ketimbang hidup mengingkari kebenaran.
Pengadilan mendakwanya menyebarkan ajaran yang merusak generasi muda.
Sebelum mati, masa hidupnya (470 SM-399) sebagian besar dihabiskan untuk
bertanya kepada orang-orang untuk membantu orang lain memperoleh
wawasan dan pengetahuan yang benar dengan mencari dan mendapatkannya
sendiri. Karenanya metode filsafatnya disebut seni kebidanan (maieutika).
Dari kesenangannya bertanya-tanya, dia tak disukai sebagian orang, tapi
punya banyak kawan. Salah satu kawan akrabnya, Theodote, seorang hetairai atau pelacur kelas atas masa peradaban Yunani Kuno.
Peradaban Yunani Kuno sering disebut sebagai sumber renaissans (kelahiran kembali) di Eropa
Barat pada abad ke-15. Kala itu, buah pikir filsuf Yunani Kuno yang
mempengaruhi bidang seni, bahasa, sastra, politik, pendidikan, dan ilmu
kembali digali. Peradaban Yunani Kuno sendiri merentang waktu hampir
sepuluh abad, sejak 8 SM sampai 4 M. Rentang waktu itu terbagi atas masa
arkais (750-500 SM), masa klasik (500-323 SM), masa helenistik (323-146
SM), dan masa akhir antikuitas (146 SM-4 M). Negara-kota Athena menjadi
pusat tumbuh-kembangnya peradaban negeri ini.
Peradaban ini, selain melahirkan sejumlah ahli pikir, juga memunculkan hetairai. Berbeda dari perempuan Athena umumnya, hetairai menduduki posisi lebih tinggi dalam masyarakat. Para negarawan dan filsuf menghargai mereka.
Perempuan tak punya banyak peran dalam
masyarakat Athena. Mereka juga mendapat pembatasan. Mereka tak boleh
menjadi pejabat pemerintahan lokal. Membaca dan menulis tak menjadi
kewajiban mereka. Sekolah tak mau menerima mereka sampai masa
Helenistik. Bersama para budak dan orang asing, perempuan Athena tak
punya pengaruh atau hak-hak sipil. Singkatnya, "Menjadi perempuan pada
masa Athena Kuno sangat tak menyenangkan," tulis Jørgen Christian Meyer,
guru besar Departemen Arkeologi, Sejarah, Kajian Budaya, dan Agama pada
Universitas Bergen, Norwegia dalam makalahnya, "Women in Classical
Athens."
Seorang perempuan mesti menjadi hetairai jika menginginkan posisi yang lebih tinggi. Menurut Nikolaos A. Vrissimtzis dalam bukunya Erotisme Yunani,
"peran perempuan memang direndahkan, tapi kita juga tak bisa berpikir
bahwa posisi mereka tak dihargai." Karena itu, beberapa perempuan,
terutama imigran dan budak, berupaya menjadi hetairai di Athena.
Pemerintah Athena tak melarang
prostitusi. Hal yang sama terjadi pada wilayah Yunani lainnya. Bahkan
seorang negarawan, Solon (638 SM-558 SM), menjadi salah satu germo
pertama di Athena. Dia membuka rumah bordil. Pelacur rendahan dari
berbagai kota di Yunani tersedia di sana, sebab perempuan Athena
dilarang menjadi pelacur. Dari rumah bordil itu mereka bisa menapaki
karier sebagai hetairai.
Sebutan hetairai kali pertama tersua dalam Histories
karya Herodotus (484 SM-425 SM), sejarawan Yunani Kuno. "Sebutan itu
ditujukan untuk Rhodopis (569 SM-526 SM), seorang perempuan asal Thrace
(Turki) yang pindah ke Naukratis (Mesir), koloni Yunani Kuno," tulis
Rebekah Witheley dalam "Courtesans and Kings: Ancient Greek Perspectives
on the Hetairai" tesis pada Universitas Calgary, Kanada. Rhodopis
dinilai sebagai hetairai pertama dan terkenal di kalangan pembesar Naukratis.
Untuk menjadi hetairai, seorang
perempuan tak cukup hanya cantik. Dia mesti meluaskan pengetahuan
mengenai bahasa (puisi), filsafat, dan politik. Dia bisa memperolehnya
dari pergaulan dengan tetamunya. Keahlian bermain alat musik seperti
flute, tamborin, kastanet, dan lyre juga sangat dibutuhkan. Selain itu,
mereka harus mahir menari. Inilah yang membedakan hetairai dengan pelacur rendahan dan selir. Berbekal kemampuan itu, mereka melayani tetamu laki-laki dalam symposia, acara minum anggur dan diskusi khusus lelaki yang diakhiri bercinta dengan hetairai. Aktivitas percintaan mereka dapat dilihat pada guci-guci kuno Yunani.
Hetairai mencapai popularitas pada masa klasik. "Masa ini dinilai banyak sarjana sebagai zaman keemasan Haeterai.
Kebanyakan berasal dari luar Athena, namun hidup bersama lelaki
Athena," tulis Rebekah. Beberapa tokoh penting Athena seperti Pericles
(orator dan negarawan), Praxiteles (seniman patung), dan Epicurus
(filsuf) mempunyai hetairai masing-masing. Yang terkenal adalah
Aspasia, milik Pericles. "Socrates sangat memuji kemampuan bicaranya,"
tulis Nikolaos. Tapi, hubungannya dengan Pericles menjadi gunjingan
banyak orang. Sebab, Aspasia bukan orang Athena, sedangkan Pericles
adalah pembesar Athena.
Hidup hetairai dilimpahi
kemewahan dan keistimewaan. Dengan bayaran mahal mereka memiliki rumah
dan budak sendiri. Ini melanggar aturan umum masyarakat Athena yang tak
membolehkan perempuan memiliki rumah dan budak. Anak-anak mereka juga
mewarisi hak-hak istimewa sang ibu. Meski statusnya bukan sebagai warga
Athena, anak-anak itu dapat menduduki posisi sebagai jenderal atau
anggota senat. Padahal, aturan tak memperkenankan anak hasil hubungan
lelaki Athena dengan perempuan luar Athena memperoleh hak-hak politik.
Sebenarnya, hetairai tak
menghendaki kehamilan dari hubungan dengan tetamu. Karenanya mereka
berhati-hati dalam berhubungan intim. Beberapa cara seperti sanggama
terputus, membaca mantera-mantera, meminum ramuan tertentu, dan memakan
telur gagak diterapkan. Tapi, karena banyak dari mereka menjadi selir,
kehamilan tak terhindarkan. Bagi masyarakat Athena, selir memiliki
fungsi sebagai penghasil keturunan atas persetujuan istri sah. Lelaki
Athena memelihara selir karena istrinya mandul atau hanya melahirkan
anak perempuan.
[Historia]