Logo

Logo
Latest News
Monday, August 18, 2014

Upacara 17 Agustus di Laut Alor


Upacara bendera di kedalaman laut Alor NTT sudah aku dan rekanku, Donny Alamsyah, rencanakan sejak setahun yang lalu saat kami bertemu pertama  kali  saat  melakukan trekking ke Krakatau. Sejak itulah kami intens bertemu untuk membuat perencanaan dan persiapan yang matang agar rencana dan obsesi itu bisa terlaksana. Hingga menjelang hari H, semua persiapan sudah kami laksanakan dan rangkaian ‘Independence Dive’ ini akan jadi puncak dalam rangkaian perjalanan yang kami berikan title ‘Tour De Alor’ dimana saat itu kami melakukan sebuah tour panjang selama 17 hari menggunakan sepeda motor mulai dari Mataram di Pulau Lombok hingga ke Alor.  Ceritanya akan aku tuangkan dalam artikel terpisah.

Tanggal 16 Agustus,persisnya setahun yang lalu,  sesaat setelah tiba di Kupang, kami segera mencari tiket pesawat ke Alor. Kami sudah membuat janji dengan salah satu provider dive di Alor serta rekan-rekan dari Dive Indonesia yang sudah berangkat lebih dulu dan sudah menanti kami di sana. Segera kami menuju ke kantor salah satu maskapai penerbangan untuk mendapatkan tiket. Karena saat itu di Alor sedang banyak kunjungan pejabat yang juga akan melakukan Upacara 17 Agustus-an karena Alor masuk dalam salah satu pulau terluar Indonesia maka semua tiket sudah habis. Jika kami ingin berangkat keesokan harinya atau di tanggal 17 Agustus maka kami akan masuk daftar tunggu. Kami menerima tawaran itu di banding kami sama sekali tidak bisa berangkat sementara persiapan kami sudah matang termasuk membayar DP ke dive provider di sana.

Kami lalu pulang ke rumah salah seorang kerabat di Kupang yang kami jadikan Basecamp. Donny mencoba menghubungi keluarganya di Jakarta untuk membantu mendapatkan tiket agar kami bisa berangkat hari itu jadi kami masih bisa mengejar  upacara bendera di Alor. Jawaban yang sama kami peroleh bahwa kami harus bersabar karena saat itu kondisi sedang peak season untuk tujuan Alor. Kami tidak berani lagi berharap dan memilih pulang beristirahat.

Baru saja kami tiba di basecamp saat handphone Donny berbunyi yang ternyata dari keluarganya di Jakarta yang mengabarkan bahwa kami bisa berangkat hari itu karena ada 2 penumpang yang batal dan tiketnya bisa kami gunakan. Dengan penuh kegirangan aku dan Donny melakukan ‘Toss’ dan segera bersiap-siap ke Bandara. Pak Ismet, pemilik rumah/basecamp bersedia mengantarkan kami ke Bandara El Tari sementara 2 orang rekan kami lainnya tetap tinggal di Kupang.


Setiba di El Tari, kami langsung menuju ke counter Airlines dan mengurus administrasi dan pembayaran tiketnya. Kami masih gelisah karena ternyata di perlukan proses administrasi yang cukup lama untuk melakukan penggantian tiket. Kami menunggunya dengan was-was karena  jadwal keberangkatan pesawat sudah dekat. Kami baru bernafas lega setelah boarding pas sudah di tangan dan kami masuk ke Ruang Tunggu. Akhirnya apa yang kami rencanakan selama hampir setahun lamanya terlaksana juga. AKu segera mengontak dive provider di Alor serta Priska dari Dive Indonesia bahwa kami jadi melakukan penyelaman sambil melaksanakan upacara 17 Agustus keesokan harinya.


Setelah mengudara selama 40 menit, akhirnya kami tiba di Airport Mali di Alor. Sesaat setelah turun dari pesawat, kami langsung meluapkan kegembiraan dengan menari-nari di apron bandara sehingga memancing perhatian penumpang lain yang juga baru turun dari pesawat.  Betapa tidak, kami menari-nari sambil berteriak meluapkan kegembiraan kami. Sebuah perjalanan yang hampir terancam batal padahal kami sudah mempersiapkannya lebih dari setahun dengan perencanaan matang.


Kami melangkah masuk ke bagian kedatangan untuk mengambil bagasi. Sebuah permasalahan timbul. Karena awalnya kami rencana untuk tiba di Alor ini dengan motor serta membawa peralatan lengkap termasuk tenda, karena adanya perubahan rencana, kami tak punya persiapan apa-apa termasuk booking hotel. Kami tak tahu harus kemana. AKhirnya kami bertanya kepada sekumpulan supir yang berkumpul di dekat bandara. Seseorang di antara mereka bersedia mengantar kami ke salah satu hotel yang mungkin masih kosong. Sehubungan dengan adanya upacara kemerdekaan yang di pusatkan di alor yang dihadiri oleh beberapa menteri dan pejabat dari Jakarta, hampir semua hotel di Alor ini penuh.

Setelah ‘mengembara’ ke beberapa hotel dan di bantu oleh salah seorang petugas Airlines yang kami kenal di Airport akhirnya kami menemukan hotel yang terletak persis di depan pelabuhan Alor, dimana besok kami akan berangkat menuju tempat penyelaman. Karena masih kelelahan setelah melewati perjalanan panjang dengan bermotor menyeberang lautan dengan ferry dari Flores ke Kupang dan dilanjutkan dengan ‘mengudara’ dari Kupang ke Alor, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat seusai makan malam di warung di depan hotel.
Pagi-pagi sekali, aku dan Donny sudah siap di dermaga bersama Priska dan Ryan dari Dive Indonesia dan juga Donovan, Dive provider yang akan menjadi dive guide kami. Rencananya kami akan melakukan 3p penyelaman di 3 spot berbeda dan upacara kemerdekaan akan di lakukan di spot 2 karena salah seorang rekan, Karen, akan bergabung setelah mengikuti upacara di lapangan Alor.


Kami mulai berlayar dan kami terkagum-kagum dengan indahnya pemandangan di Alor ini.  Laut yang biru berpadu dengan biru langit yang hanya berbatas horizon, serta gugusan pulau-pulau yang semakin memperindah suasana. Laut yang tenang dan cuaca cerah sepertinya akan membuat penyelaman kali ini akan berjalan dengan baik.  Seperti biasa sebelum melakukan penyelaman, kami di brief oleh Donovan mengenai kondisi dan karakter  spot-spot yang akan di datangi  begitu juga dengan populasi dan hewan laut yang mendiaminya. Tak lupa kami di brief seperti apa pelaksanaan upacara bendera yang akan kita laksanakan di spot ke 2 nanti. Seusai briefing, kami segera melakukan fitting peralatan, setelah semuanya siap dan lengkap serta memastikan semua peralatan berfungsi dengan baik kami mulai ‘nyemplung’. Spot pertama dengan karakter arus bawahnya yang ‘lumayan’ kencang adalah pengalaman pertama kami menyelam di perairan pulau yang masuk kategori pulau terluar di Indonesia ini.

Setelah menyelam hampir 1 jam lamanya, kami kembali ke kapal untuk berangkat menuju ke spot 2 dimana kami akan melakukan upacara bendera tapi sebelumnya akan kembali ke pelabuhan untuk menjempiut salah seorang teman yang baru selesai melakukan upacara bendera di lapangan bersama dengan masyarakat alor dan pejabat-pejabat dari Jakarta.

Bendera kesayangan aku keluarkan dan sebuah tiang bambu yang akan berfungsi sebagai tiang bendera kami siapkan. Mulailah kami nyebur satu per satu.  Di awali dengan berbaris bersama dan Donovan memegangi tiang bendera dan kami semua melakukan penghormatan kepada sang saka merah putih tercinta. Ada rasa haru dan bangga saat melakukan aktifitas ini khususnya di bawah laut negeri tercinta ini. Selama ini kami sudah melakukan upacara baik di sekolah maupun di puncak gunung, tapi melakukan upacara di bawah laut baru kali ini kami lakukan. Setelahnya secara bergantian kami menuju ke tiang bendera satu persatu dan menaik turunkan bendera sementara rekan-rekan lain mengambil gambar. Begitulah seterusnya hingga semua dari kami selesai menaik turunkan bendera. Upacaranya sangat simple.  Pastinya tak terdengar lagu Indonesia Raya yang mengiringi pengibaran bendera seperti upacara di lapangan atau di gunung karena lagu itu hanya mengalun dalam hati sanubari kami, tak ada doa dan hening cipta yang diteriakkan karena doa untuk para pahlawan dan negeri ini terpanjat dari hati kami yang paling dalam, sedalam lautan yang kami sedang tempati untuk menunjukkan rasa cinta kami untuk negeri  ini. Selamat Ulang Tahun yang ke 69 Negeri Indonesiaku tercinta, kami akan selalu menjagamu begitu juga menjaga Merah Putih yang senantiasa kami bawa di setiap jejak langkah kaki kami. Merah Putih telah terpatri di darah dan hati kami, Indonesia. Merdeka!

[Rahmat Hadi]
Foto by : Rahmat Hadi, Donny Alamsyah, Dive Indonesia (Priska-Ryan)
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Upacara 17 Agustus di Laut Alor Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi