MB.com, KUPANG.COM, ENDE-- Seekor kerbau jantan dikorbankan pada rangkaian acara Rapat Koordinasi (Rakor) antara Pemda Ende dengan para mosalaki (tokoh adat, Red) yang berlangsung di Museum Tenun Ikat, Ende, Kamis (7/8/2014).
Acara tersebut dihadiri 300 orang mosalaki dari sejumlah persekutuan adat yang ada di Kabupaten Ende, Jajaran Muspida Kabupaten Ende, Para Camat dan Kepala Desa. Semua undangan yang hadir dalam acara itu mengenakan pakaian adat Ende-Lio. Seperti yang dilaporkan awak media, rangkaian pembukaan rakor ditandai dengan penyembelihan seekor kerbau yang dilakukan secara simbolis oleh Bupati Ende, Ir Marsel Petu dan Wakil Bupati Ende, Drs H Djafar Achmad. Bupati memotong di bagian kepala sedangkan wakil bupati di bagian punggung belakang badan kerbau.
Selain pemotongan kerbau yang dikenal dengan nama Wesa Kamba dalam bahasa daerah setempat, rakor itu kental dengan nuansa adat mulai dari pakaian yang dikenakan oleh peserta. Peserta pria mengenakan busana daerah yang dikenal dengan nama ragi dan baju lengan pendek polos serta wanita mengenakan lawo lambu. Selain itu juga ditandai dengan tari-tarian adat berupa gawi, do wenggo dan orowoko begitupun dengan makanan.
Bupati Marsel saat pembukaan kegiatan mengatakan kegiatan yang dilaksanakan itu merupakan suatu bentuk penghargaan dan pengakuan atas eksistensi adat baik secara kelembagaan maupun struktur yang secara nyata telah ada sejak masa lalu sampai dengan saat ini. Bahkan sudah ada pengakuan dunia internasional melalui resolusi nomor 49/214 majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menetapkan Hari Masyarakat Adat Sedunia yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 9 Agustus. Tahun ini merupakan peringatan yang ke-20.
"Perasaan kita sekalian dari unsur pemerintah dan seluruh kita yang hadir saat ini tentang kebahagiaan dan kebanggaan yang tak terhingga dari lubuk hati yang paling dalam bisa bertatap muka pada forum yang bermartabat dengan para pemangku adat (mosalaki) se-Kabupaten Ende. Mereka menggunakan busana kebesarannya, mencerminkan kekuatan yang sangat berpengaruh pada kemajuan daerah bahkan bangsa yang majemuk dengan kebhineka tunggal ika-nya diharapkan akan menjadi perisai dan filter atau penyaring menghadapi perkembangan zaman di era globalisasi dan modernisasi yang tak terhindarkan ini," kata Bupati Marsel.
Dikatakannya, kenyataan sosiologis dan sejarah perkembangan adat sampai dengan saat ini harus diakui telah menemukan titik konvergensi dengan pemerintah meskipun disadari dalam proses tersebut sering mengakibatkan kedudukan, peran dan fungsi dari masing -masing sering bersinggungan.
"Menyikapi realitas ini dan jalinan perjalanan kebersamaan akan satu tujuan yang sama yakni sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat, umat dan fai walu ana kalo yang satu dan sama maka penerapan model segitiga kekuatan bekerja membangun Kabupaten Ende," demikian Marsel Petu.