Logo

Logo
Latest News
Monday, August 11, 2014

Dibalik Pondok Sandiwara Kita

MB.com, - Lampu teplok di atas mejaku bersinar buram. Keningku mengerut membaca baris-baris kalimat dalam buku yang hurufnya kecil dan padat. Buku ilmiah, kajian rasional dan sistematis dari ahli-ahli pemikir humaniora, bahasanya tidak teknis. Bentuk kalimatnya panjang dan anak kalimatnya beranak pinak. Oleh temanku, buku jenis seperti ini adalah buku tulisan para filsuf. Buku itu mengajak aku memasuki dunia kehidupan dari persoalan keseharian yang remeh temeh sampai ke pertanyaan inti yang membutuhkan bertahun-tahun harus berpikir dan berefleksi. Salah satu pertanyaan yang masuk dalam bawah sadarku adalah, apa tujuanmu datang ke dunia ini sobat? Apa yang sudah kau lakukan di sini?

Tidak ada Yang Tetap, bro

Tidak ada yang tetap, bro, Kata Heraklitos. Segala sesuatu mengalir seperti air mengalir, sesuatu yang usang akan berlalu, diganti oleh hal-hal yang baru. Nenek moyangmu sudah mati, munculah dirimu, munculah hidup baru, muncul hal-hal baru. Maka yang niscaya ada adalah perubahan itu sendiri.
Tidak bisa dibantah, Heraklitos seorang pengamat yang jeli. Apa yang disimpulkan Heraklitos secara empirik dan rasional bisa dibuktikan. Diwaktu muda, seorang manusia bangga dengan ototnya yang perkasa, kecemerlangan akal budinya, prestasinya, kecantikannya, ketampanannya, kekuasaan dan sebagainya. Namun saban hari roda kehidupan terus berputar. Segala realitas yang nampak dan elegan di mata fisik kita menjadi fana. Titik puspita menjadi keriput, Beni Panjaitan terkena struk, dsbnya. Dan kau? Barang kali menghabisi waktumu berjuang untuk memoles tanah liatmu supaya terkesan gagah dan cantik, bukan? Berapa biaya kosmetikmu? Berapa biaya perawatan wajah dan rambutmu? Heraklitos tertawa melihatmu yang sedang menata sesuatu yang fana

Realitas kefanaan membuat sesuatu menjadi absur, sandiwara belaka. Sebab kehidupan kita ini adalah kesementaraan (contigent). Kau dan aku adalah sang tamu yang mampir ke dunia ini, engkau bukan pemilik dunia dan kehidupan ini, bro. (Cak Lontong pasti berkata, mikir lhooo, hehe). Lagipula, engkau tak pernah melmbuat konsensus atau sebuah kesepakatan sebelum untuk datang ke dunia ini. Oleh Heidegger, kau disebut orang yang terlempar. Tiba-tiba, kau bertemu dengan aku di dunia ini, berbagi senyum, berbicara basa-basi tentang kehidupan dan kau mati-matian membela sesuatu yang ujung-ujungnya adalah proses dirimu menghindar dari rasa sakit sebagai orang asing. 

Apa yang kau buat adalah demi kepuasan dirimu sendiri. Kau adalah tenunan sebuah sistem, jikakau dilatih membidik rusa dengan memicing mata kananmu, kau akan berpendapat, apa yang kau lakukan itu benar. Pembuktiannya sederhana saja, kau melakukan tembakan jitu dengan memicing mata kananmu. Sebenarnya itu adalah kebiasaanmu saja dan kau telah melewati proses pembiasaan itu. Tetapi orang lain bisa melakukan tembakan yang jitu dengan memicing mata kirinya. Dengan demikian, pendapatku ini juga adalah relatif. 

Lalu Bagaimana?

Husst, kau sudah paham bahwa, kau adalah sesuatu yang sementara? Jika engkau sudah paham, engkau akan mengerti arti tujuan hidup ini. Aku bukan guru kebijaksanaan, tetapi ini sebuah insight dari petualangan melewati lorong-lorong waktu, dari kisah para sufi dan ulama-ulama kebijaksanaan hidup. Jika kau dan aku adalah tamu di dunia ini, perlakukan kehidupan ini dengan sopan. Kau adalah tamu, maka wajib hukumnya menurut Emanuel Kant untuk berbuat baik. Tamu yang rasional, pasti mengerti dia wajib berbuat baik untuk sesamanya. 

Dibalik panggung sandiwara ini, pasti ada sesuatu yang tetap dan absolut. Bila kamu berpegang pada logika sebab-akibat bahwa sesuatu itu ada pasti ada sebabnya, maka Thomas Aquinas, Ibnu Sina dkk memberikan jawaban bahwa, Zat yang tetap itu adalah Tuhan atau Allah. Hanya padanya, kerinduanmu akan menjadi tenang, demikian kata Santo Agustinus. JIKA KAU ADALAH TAMU, APA YANG KAU LAKUKAN, SOBAT? MARILAH KITA MENJADI TAMU YANG BAIK. DIBALIK PANGGUNG SANDIWARA, TERSIMPAN MAKNA.
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Dibalik Pondok Sandiwara Kita Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi