Logo

Logo
Latest News
Wednesday, July 8, 2009

RESENSI

RESENSI BUKU
“CONFESSIONS OF AN ECONOMIC HIT MAN”



Mahasiswa : Universitas " BUNG KARNO " :

Oleh : Florensius Sumarlin Bato

Jurusan : Fakultas Hukum

NIM : 2101070064



Resensi buku “Confessions Of An Economic Hit Man”


Oleh : Sumarlin Bato

Munculnya buku karya Perkins ini menunjukkan bahwa teori konspirasi yang selama ini dianggap isapan jempol, khususnya di Indonesia, menjadi suatu kenyataan.
Buah karya dari negeri Paman Sam itu ternyata sangat menghebohkan dunia, terutama di AS sendiri. Isinya, pengakuan Perkins tentang sepak terjangnya saat menghancurkan negara-negara dunia. Teori konspirasi bukan lagi isapan jempol, tapi suatu kenyataan.
Buku yang kini sedang menjadi buah bibir masyarakat dunia itu tak lain adalah Confessions of an Economic Hit Man buah pena John Perkins. Berrett-Koehler Publisher Inc, sebuah penerbit buku-buku ternama yang menerbitkan buku ini mengaku tidak memiliki sangkut paut apapun dengan korporasi besar dan pemerintah AS saat menerbitkannya.
“Independensi ini menyebabkan Berrett-Koehler tidak terafiliasi dengan pihak-pihak yang bisa mendiskriminasikan penerbit buku ini untuk keep quiet”. Buku yang membuat heboh dunia ini terbilang unik. Jika kebanyakan buku ditulis oleh para pengamat atau orang ketiga, namun buku ini langsung ditulis oleh seorang “pelaku” atau “pemain” nya sendiri. Isinya pun terbilang “luar biasa”: mengungkap pengakuan tentang sepak terjang Perkins sebagai economic hit man (EHM) yang berusaha menghancurkan negara-negara lain selama lima belas tahun.
Dalam cerita pribadi yang memukau ini, Perkins menceritakan perjuangan pribadinya dari seorang pelayan kerajaan menjadi pejuang yang gigih untuk hak asasi manusia dan orang-orang tertindas. Sebagai hasil rekutmen terselubung oleh United States National Security Agency dan tercantum sebagai penerima gaji dari perusahaan konsultan internasional, dia berkelana ke berbagai pelosok dunia yakni Indonesia, Panama, Ekuador, Kolumbia, Saudi Arabia, Iran dan negara strategis lainnya.
Pekerjaannya adalah menerapkan kebijakan yang mempromosikan kepentingan corporatocracy (Koalisi pemerintah, bank dan korporasi) Amerika Serikat, sambil menyatakan minat mengurangi kemiskinan - suatu kebijakan yang sebenarnya mengasingkan berbagai bangsa serta meyebabkan peristiwa 11 September dan meningkatkan Anti-Amerika.


Daftar Isi buku “Confessions Of An Economic Hit Man”,

BAGIAN I: 1963 -1971
BAB 1 Seorang Economic Hit Man Lahir……1
BAB 2 “Untuk Seumur Hidupmu”………….. 12
BAB 3 Indonesia: Pelajaran untuk Seorang EHM ……….22
BAB 4 Menyelamatkan Sebuah Negara dari Komunisme………..26
BAB 5 Menjual Jiwaku ………………32
BAGIAN II: 1971- 1975
BAB 6 Peranku Sebagai Penyelidik ……….41
BAB 7 Mengadili Peradaban……………. , 46
BAB 8 Yesus, Dilihat Secara Berbeda…………. 52
BAB 9 Kesempatan Seumur Hidup………………. 57
BAB 10 Presiden dan Pahlawan Panama ………….64
BAB 11 Perompak di Zona Terusan ………………70
BAB 12 Prajurit dan Pelacur …………………………74
BAGIAN III ; 1975 - 1981
BAB 17 Negosiasi Terusan Panama dan Graham Green……..113
BAB 18 Raja Diraja Iran …………….122
BAB 19 Pengakuan Seorang Laki-Laki yang Dianiaya…………..128
BAGIAN IV : 1981 - Sekarang
BAB 26 Kematian Presiden Ekuador ………………..175
BAB 27 Panama : Kematian Presiden Lain……181
BAB 28 Perusahaan Energiku, Enron dan George W. Bush…………..185

Pengakuan Perkins,

Namanya John Perkins, warga Amerika Serikat yang mengungkapkan jaringan corporatocracy. Inilah ilmu tentang mencari untung sebanyak- banyaknya dengan memeras habis negara yang mudah dikelabui, seperti Indonesia.
Pada 1971, Perkins direkrut Chas T Main, sebuah firma konsultan asal Boston. Di firma itu, jebolan fakultas ekonomi ini, diangkat sebagai kepala ekonomi yang memimpin 50 orang staf. Chas T Main sendiri memiliki sekitar dua ribu orang pegawai.
Perkins dan sejumlah temannya memiliki sebutan sebagai economic hit man atau pembunuh ekonomi. Mereka bertugas di bawah Pengawasan Dewan Keamanan Nasional atau National Security Agency (NSA), salah satu lembaga keamanan dan intelijen terkemuka di AS.


Ia seorang konsultan “istimewa“. Posisinya tidak hanya sekadar meng-gol-kan kesepakatan bisnis negara-negara berkembang atau dunia ketiga dengan AS, tapi juga membangun kerajaan imperium AS di dunia. Perkins berusaha menciptakan situasi, dimana semakin banyak sumber penghasilan mengalir ke AS atau ke perusahaan-perusahaan milik AS.
Buku ini juga menceritakan, imperium itu dibangun bukan melalui persaingan yang sehat dan jujur, tapi dengan cara-cara yang kotor. Mereka melakukannya melalui manipulasi ekonomi, kecurangan, penipuan, seks, merayu orang untuk mengikuti cara hidup Amerika dan lainnya.
Tugas utama Perkins adalah membuat kesepakatan untuk memberi pinjaman ke negara lain, jauh lebih besar supaya negara tersebut tidak sanggup membayar. Ia mengaku pernah menjalankan kebijakan ini di sejumlah negara dunia, seperti Indonesia dan Ekuador.
Dalam kesepakatan antar negara itu, ia berusaha menekan negara-negara lain agar memberikan 90 persen dari pinjamannya kepada perusahaan-perusahaan AS, seperti Halliburton atau Bechtel. Kemudian perusahaan-perusahaan AS tersebut akan masuk membangun sistem listrik, pelabuhan, jalan tol dan lainnya di negara-negara berkembang.
Masih dalam buku itu, setelah mendapatkan utang, AS akan memeras negara tersebut sampai tak bisa membayarnya. Dengan alasan itu, barulah AS akan mendesak negara-negara lain untuk menyerahkan sumber kekayaan alamnya, seperti minyak, gas, kayu, tembaga dan lainnya ke AS. Bagaimana jika negara-negara itu menolak ? Perkins menyatakan, mereka bisa saja dibunuh. Ini bukan isapan jempol. Dua tokoh dunia, yakni Presiden Panama Omar Torijos dan Presiden Ekuador Jaime Rojos dibantai karena menolak kerja sama dengan AS.
Perkins meyakini, jatuhnya pesawat yang ditumpangi Torijos tahun 1981, dilakukan Jackals, satuan dari dinas intelijen CIA, disebabkan Torijos menolak proposal proyek pembangunan Terusan Panama dari Bechtel. Untuk proyek tersebut, Torijos ternyata lebih memilih kontraktor asal Jepang ketimbang Bechtel.
Terbitnya buku Confession of an Economic Hit Man karya Perkins ini sontak mengundang komentar kritis dari para pengamat politik dan ekonomi Indonesia termasuk juga pembesar-pembesar negara lainnya. Menurut pandangan saya, buku ini semakin mempertegas tesis para pakar ekonom dan pakar politik Indonesia bahwa selama ini utang (pinjaman) luar negeri hanyalah alat negara-negara besar, seperti AS untuk menjajah negara-negara lain.

“Sebelum membaca buku ini, saya sudah beberapa kali mengikuti seminar atau membaca disurat kabar bahwa utang luar negeri dipakai negara-negara pemberi utang untuk menjalankan politik imperialisme kepada negara lain. Pinjaman luar negeri di mata saya tidak lain sebagai akal bulus negara-negara besar kepada negara lain yaitu memberikan utang kepada negara lain. menurutku, bukan untuk membantu pembangunan, tapi untuk mengeruk kekayaan alam negara-negara lain, seperti Indonesia. “Tak ada ceritanya utang luar negeri untuk membantu pembangunan negara. Hal ini tak lain merupakan proses pembohongan publik,” Sejujurnya saya merasa prihatin dengan sikap pemerintah yang terus menerus mengandalkan utang asing untuk pembangunan infrastruktur negara.
Jika dilihat dari cara-caranya, politik imperialisme negara-negara besar, terutama AS, menurutku mirip dan sebangun dengan politik imperialisme yang dibangun kolonial Belanda saat menjajah Indonesia dulu. Spirit dan tujuannya sama, namun komoditasnya saja yang berbeda. “Dulu Belanda mau berdagang rempah-rempah, tapi ia mencoba menguras Indonesia dengan mengambil keuntungan dari bisnis rempah-rempah, seperti gula dan perkebunan. Tapi AS, sejak tahun 1960-an lebih berorientasi ke sumber daya alam”.

Meski merasa gerah dengan politik kotor negara-negara besar seperti AS kepada negara-negara lain, namun saya hanya bisa berharap agar seluruh masyarakat jangan lengah terhadap orang-orang yang cenderung menjadi kaki tangan negara-negara barat lainnya yang beroperasi di Indonesia.
Menurutku, negara-negara besar tidak akan berhasil “menjajah” Indonesia jika tidak ada orang-orang yang mendukungnya di Indonesia. “Karena kerja sama itu dilakukan dengan berbagai cara, jadi pejabat-pejabat yang terlibat dalam pembuatan utang luar negeri perlu diwaspadai,” Dan saya akan mengritik keras kepada para pejabat-pejabat negeri ini atau siapapun yang terlibat menjadi kaki tangan asing di Indonesia.
Munculnya buku karya Perkins ini menunjukkan bahwa teori konspirasi yang selama ini dianggap isapan jempol, khususnya di Indonesia, menjadi suatu kenyataan. “Ini bukan isapan jempol, tapi menjadi pembenaran terhadap teori konspirasi tersebut,” Saya optimis bahwa peristiwa politik yang terjadi selama ini, khususnya di Indonesia tidak lepas dari peran serta negara-negara besar, seperti AS dalam rangka melanggengkan hegemoninya.

Terbitnya buku karya John Perkins ini tentu saja menggembirakan, sekaligus membenarkan asumsi beberapa pakar politik selama ini. Berdasarkan pengamatan pakar politik inilah yang menyatakan bahwa, setiap proses perkembangan ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, banyak sekali jebakannya, terutama jebakan utang hingga Indonesia tidak mampu membayar pinjaman.

Itu membuat mereka mengambil alih proyek-proyek strategis contohnya saham Bank BNI, PERTAMINA, GARUDA, EXXON MOBILE dan lain-lain. Saya tegaskan bahwa ini adalah suatu ”TRAPS” (jebakan) yang mereka buat. Sekali lagi saya tegaskan bahwa ini adalah suatu Jebakan.

Meskipun Perkins menceritakan adanya tahapan pembunuhan bagi pemimpin yang tidak menaati kesepakatan dengan negara-negara besar, namun saya berpendapat, di Indonesia policy mereka belum sampai ke tahap pembunuhan, apalagi invasi militer.
Keengganan mereka melakukan pembunuhan dan invasi militer, menurutku, karena pemimpin Indonesia sangat kooperatif. Pemimpin Indonesia tidak menjalankan politik konfrontatif dengan negara-negara besar. Bahkan dalam koridor internasional, sering kali Indonesia mengekor policy mereka.

“Yang terjadi di Indonesia baru economic hit man. Negara-negara besar belum perluh menjalankan policy pembunuhan atau invasi militer. Namun hanya dengan tahap pertama itu, mereka sudah bisa mengeliminir peran para pemimpin Indonesia untuk tunduk pada kebijakan mereka,” Saya sangat menyayangkan dengan sikap para pemimpin Indonesia yang lembek dan menurut saja pada kemauan negara-negara besar dunia.
Buah karya Perkins ini sebenarnya merupakan komplementer dari buku-buku karya penulis dunia lainnya, seperti Josep Stiglitz. Dalam berbagai bukunya, ekonom dunia ini acap kali menghantam kebijakan lembaga-lembaga keuangan dunia, seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank yang dianggap tidak jujur saat melakukan kesepakatan dengan negara berkembang atau negara dunia ketiga.
Dalam bukunya yang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia tersebut, Stiglitz menilai bahwa kebijakan-kebijakan imperialisme negara-negara besar terhadap negara lain tidak lepas dari kebijakan IMF, World Bank dan lembaga keuangan dunia lainnya. Bahkan ia pun mengritik kebijakan AS yang menurutnya sering ikut campur kepentingan negara-negara lain.

Tanggapan saya,

Jika dicermati secara teliti, apa yang ditulis Perkins dalam bukunya tersebut, banyak kemiripannya dengan kasus yang terjadi di Indonesia. Tak cukup mengendalikan politik, AS juga merampas kekayaan Indonesia. Jika konspirasi itu yang sedang terjadi, maka bukan tidak mungkin saat ini Indonesia sedang berada di-ambang kehancuran.

Kesimpulan saya,

Siapa pun dia, tentu saja tidak akan rela jika negaranya dijajah bangsa lain. Agar terlepas dari cengkeraman itu, bangsa Indonesia harus berani menolak utang negara-negara besar yang bertujuan menghancurkan Indonesia. Selain itu, masyarakat juga harus berani “membersihkan” orang-orang yang menjadi kaki-tangan asing di Indonesia.

Harapan saya,

Jika kita Peduli dengan masa depan bangsa, Tolong...!!! sampaikan isi dan makna yang terkandung dalam buku ”CONFESSIONS OF AN ECONOMIC HIT MAN” ini kepada orang-orang yang dekat dengan anda agar lebih kritis menanggapi berbagai persoalan baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Dan yang terpenting jangan sampai kita menjadi kaki tangan pihak asing jika kita tidak ingin disebut sebagai ”Pengkhianat”.............

Akhirnya Saya Ucapkan Terima Kasih Sebagai Penutup Dari Resensi
Ini Dan ”Selamat Berjuang”

Mahasiswa Universitas ’Bung Karno’
Nama : Florensius Sumarlin Bato
NIM : 2101070064
  • Facebook Comments
Item Reviewed: RESENSI Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi