Logo

Logo
Latest News
Thursday, October 9, 2014

Catatan Tengah Dibuat, Beri Kesempatan pada Rakyat

MB.com, OPINI-- Menyaksikan drama politik pekan ini,  ada kesan yang agak mudah ditangkap, bahwa politik tampil kembali dalam wajah yang tegang.  Politik seakan hadir dalam hasrat yang tak lagi dapat  dibendung. Tak lagi ada ruang kompromi. Kepentingan telah memegang kendali. Politik lalu menjadi ricuh. Lantas, bergerak dalam naluri purba untuk saling menumpas. Saling bendung. Saling gulung. Pihak sana. Pihak sini. Hitam. Putih.

Pada situasi ini,  panggung politik terasa lebih dramatik dibanding panggung sandiwara. Konflik yang sedianya merupakan sesuatu yang dinamik, dalam panggung politik itu, menjadi hiruk-pikuk dan membingungkan.

Di atas panggung itu, publik yang semula adalah pelakon utama seakan tak lagi dilibatkan apalagi mendapat peran. Panggung itu, seakan, sepenuh-penuhnya telah disesaki dan dikuasai sekelompok pemangku kepentingan. Seolah, sudah dimiliki seluruhnya bagi mereka yang telah dititipi mandat. Tak ada lagi yang tersisa.

Publik, sang empunya mandat, seakan ingin ditempatkan kembali sebagai “mayoritas diam”. Posisi ini kerap mudah dan pernah disalah-artikan. Dengan posisi itu, orang kebanyakan yang diam ini, bolehlah diperlakukan apa saja. Toh, meski mayoritas, orang kebanyakan ini akan adem ayem. Tenang-tenang saja.

Pikiran seperti ini, bisa jadi tak terlalu salah, jika ia dibaca dari paham lama yang menganggap publik adalah sesuatu yang di luar sana. Bahwa, publik hanya orang banyak yang menonton. Pikiran sejenis ini pernah menguasai kekuasaan di negeri ini beberapa dasawarsa lamanya. Saat itu, senyum seorang jenderal adalah ukuran atas baik dan buruk.

Tapi zaman bergerak. Dan, sekarang bukan zaman edan. Publik kini adalah entitas yang bertenaga. Pikiran yang menempatkan publik sebagai remah-remah, sebagai sesuatu yang hanya akan mendapatkan “trickle down effect”, adalah pikiran yang ingin memutar balik arah jarum jam. Pikiran yang lahir dari rasa cemas akan lenyapnya hak-hak istimewa. Pikiran yang menolak zaman baru. Pikiran yang menghindar dari gerak roda sejarah.

Dari kisah Cina klasik, ada nasihat dari Zeng Guoquan, “Untuk menghindari suatu negara jatuh ke dalam kekacauan, hukum berat diadakan. Di sebuah negara yang sudah lama dalam keadaan kacau, pertimbangan-pertimbangan lunak seharusnya diterapkan untuk memberi kesempatan pada rakyat.” (1824-1890)

Hari ini, sejarah sedang kembali ditulis. Tiap-tiap kita adalah mata pena. Jika ada yang dikaburkan dari yang ingin dikabarkan, tinta sejarah kelam itu akan kalah kuat dibanding dengan ingatan mayoritas diam. Ingatan orang banyak telah dan akan terus terpatri dalam kerelaan panjangnya selama ini. Bahwa, jika berkehendak, suara mayoritas pernah membungkam senyum seorang jenderal besar.

Bisa jadi, kita mungkin memang hidup dalam ingatan yang singkat. Namun, di zaman ini, catatan lebih mudah dibuat,  media massa dan media sosial merekam tiap-tiap babak juga lakon yang diperankan di atas panggung politik. Dan, catatan itu tengah dibuat.

Pepatah lama berkata, sepandai-pandainya menyimpan bangkai pada akhirnya tercium juga. Sepandai-pandainya bermain sandiwara, aslinya akan ketahuan juga. Alhasil, sebelum terlalu meracau, berilah kesempatan pada rakyat. (dadang rhs)
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Catatan Tengah Dibuat, Beri Kesempatan pada Rakyat Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi