Logo

Logo
Latest News
Friday, September 19, 2014

RESENSI - Stalin: Masa Muda Kamerad Koba



MB.com, RESENSI - Masa muda Stalin penuh petualangan, dari menjadi penyair hingga pemimpin perampokan. Pada 20 September 1906, kapal uap Tsarevich Giorgi berlayar dari Odessa menuju Batumi. Ia membawa penumpang dan harta benda yang cukup besar. Tanpa diketahui, sekelompok geng Bolshevik, dengan senapan dan granat tersembunyi di balik jubah berada di kapal dan melakukan pembajakan.

Mereka menyandera petugas jaga, jurumudi, dan para awak. Kepala bajak laut, yang digambarkan sebagai “pria Georgia pendek berusia dua puluhan, dengan rambut kuning kemerahan, dan berbintik-bintik” mengambil-alih anjungan dan menodongkan Mausernya kepada kapten kapal, Sinkevich. “Kami kaum revolusioner, bukan penjahat. Kami membutuhkan uang tunai untuk Revolusi dan kami hanya akan mengambil harta benda,” ujar Stalin.

Setelah mendapatkan 16.000 rubel, para perompak meninggalkan kapal. Dengan uang itu, mereka membeli senjata untuk Partai Bolshevik yang dipimpin Lenin; juga sebuah kapal pesiar Zara. Namun, semuanya lenyap sewaktu Zara dihantam badai. Sebagai gantinya, Stalin dengan Klub Perampas Bolshevik atau Outfit punya rencana lain: merampok Bank Negara di Tiflis. Dan mereka berhasil menggondol uang ratusan ribu rubel, meski jatuh banyak korban jiwa.

Menurut Simon Sebag Montefiore, sejarawan terkemuka Inggris, penulis buku Stalin Muda, perampokan bank di Tiflis adalah pembuktian Stalin kepada patronnya bahwa dirinya bukan hanya politisi berbakat tapi juga pria tanpa belas kasihan. “Lenin akhirnya memutuskan bahwa Stalin adalah ‘benar-benar tipe orang yang dibutuhkannya’,” tulis Simon.

Karena kedua anaknya meninggal selagi bayi, Vissarion “Beso” Djugashvili dan Ekaterina “Keke” Geladze membuat nazar: jika anak ketiganya hidup, mereka berjanji akan melakukan perjalanan suci ke gereja di Geri untuk berterima kasih kepada Tuhan. Pada 6 Desember 1878, Stalin lahir di Gori, Georgia. Dia dibaptis dengan nama Josef.

Namun Stalin kecil tumbuh dengan kekerasan. Sejak kematian kedua putranya, ayahnya jadi pemabuk. Kebiasaan teler merusak bisnis reparasi sepatunya dan membuatnya jadi tempramental. Keke dan Soso –demikian Stalin dipanggil– jadi sasarannya. Beso pernah membanting Soso sehingga selama beberapa hari air kencingnya berdarah. Kelak, Stalin memang tak menjadi pemukul anak dan istri, tapi dia mengabaikan mereka. “Istri riil dan kekasihnya adalah revolusi,” tulis Simon.

Beso juga mengerasi Stalin agar mengikuti jejaknya sebagai tukang reparasi sepatu. Tapi, Keke mendukung sekuat tenaga agar Soso mendapatkan pendidikan yang baik. Di usia sepuluh tahun, Soso belajar di Sekolah Gereja Gori. Dia anak yang cerdas. Dia pandai menyanyi dan melukis. Dia juga menunjukkan minat pada akting, tapi ketertariknnya lebih besar pada puisi.

Di balik prestasinya, Soso seorang anak pemberontak. Dia bisa mengancam seorang guru yang melarang murid-muridnya berbicara bahasa Georgia di sekolah –bahasa wajib di sekolah adalah Rusia.

Stalin suka buku. “Bila tertarik pada sebuah buku,” tulis Simon, “dia dengan senang akan mencurinya dari siswa lain dan membawanya lari pulang ke rumah.”

Salah satu buku yang dibacanya adalah Origin of Species karya Darwin. Suatu hari, saat tidur-tiduran di taman kota sambil ngobrol soal kesenjangan kaya-miskin bersama kawan-kawannya, tiba-tiba dia berujar: “Tuhan tidak adil. Dia tidak benar-benar ada. Kita sudah ditipu. Kalau Tuhan ada, dia akan membuat dunia menjadi lebih adil.”

Selain buku Darwin, Stalin terpengaruh karya-karya Victor Huga, terutama novel 1793, karena menemukan prototipe dirinya pada karakter pahlawannya, Cimourdain, seorang pendeta-revolusioner.
Stalin juga terkesan dengan karya sastra Georgia yang mengagungkan perjuangan Georgia untuk merdeka, seperti novel The Patricide karya Alexander Kazbegi. Karakter utamanya seorang pahlawan-bandit bernama Koba yang berperang melawan Rusia, berkorban demi istri dan negaranya, lalu melancarkan balas dendam kepada musuh-musuhnya. Stalin ingin menjadi Koba. Dia memanggil dirinya Koba dan bersikeras agar kawan-kawannya memanggilnya begitu.

“Koba berarti banyak bagi Stalin: pembalasan dendam orang-orang pegunungan Kaukasia, kekejaman bandit, obsesi pada kesetiaan dan pengkhianatan, dan pengorbanan seseorang dan keluarga demi sebuah tujuan. Koba pun menjadi norma favorit revolusi sekaligus julukan,” tulis Simon. “Namun, orang-orang terdekatnya masih memanggilnya Soso,” tulis Simon.

Pada Juli 1893, Stalin lulus ujian dengan nilai tinggi. Dia melanjutkan ke sekolah Seminari di Tiflis. Seminari ini justru tak terduga memasok orang-orang paling radikal dalam revolusi Rusia. Bahkan, tak ada satu pun sekolah sekuler yang memproduksi ateis sebanyak Seminari Tiflis.

Di masa ini Stalin mulai dikagumi sebagai penyair. Pada akhir semester tahun kedua di Seminari Tiflis, dia membawa puisi-puisinya ke suratkabar terkenal Iveria. Penyair terkenal Georgia, Ilya Chavchavadze, yang menerimanya terkesan dan memilih lima puisi untuk diterbitkan.
Puisi-puisi Stalin, yang diterbitkan dengan nama pena Soselo, dibaca luas. Ia menjadi bagian dari sastra klasik Georgia dan muncul di berbagai antologi puisi terbaik. Deda Ena, antologi puisi anak-anak Georgia terbitan 1916 memasukkan puisi Stalin “Pagi”.

Tapi, pada 1899 dia ditendang keluar seminari karena dituduh “menyebar pikiran-pikiran subversif.” Maka bergabunglah dia dengan gerakan Marxis bawah tanah, dan pada 1903, tatkala terjadi perpecahan dalam tubuh partai, dia memihak kelompok Bolshevik. Hingga tahun 1917 dia merupakan anggota partai yang gigih dan giat, ditahan tak kurang enam kali.

Pascakematian Lenin di awal 1924, Stalin menggantikannya. Untuk mengokohkan kekuasaannya, dia melakukan “pembersihan” di tubuh Partai Komunis dan militer. Dia mengirim jutaan orang ke alam baka dan kamp kerja paksa.

[Histori/a]
  • Facebook Comments
Item Reviewed: RESENSI - Stalin: Masa Muda Kamerad Koba Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi