[Yakobus Umbu Warata]
MB.com - Dua remaja Jerman menjalani
petualangan masa muda mereka menuju Indonesia untuk misi kemanusiaan
dan sosial di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tanggal 12 September
2013, untuk pertama kalinya, mereka tiba di Pulau Sumba, dengan bahasa
Indonesia yang sangat terbatas. Tetapi setelah dua bulan, mereka bisa
berbahasa Indonesia dengan baik
Marcello Barth, 19 tahun dan Andi Parzen, 19 tahun bekerja sebagai tenaga suka rela (Volunteers) di bawah naungan Redemptorist Volunteer Ministries di kota Bonn-
Jerman. Setelah menamatkan pendidikan SMA di Colose Josephinum Bonn di
Jerman, mereka ingin menimba pengalaman lain (sebelum melanjutkan
kuliah mereka) dengan bekerja di daerah terpencil, dan masih terbatas
segala sarananya. Untuk tahun Ajaran 2013-2014, Redemptorist Volunteer Ministries
mengirimkan 14 tenaga suka rela ke beberapa Negara: ke Amerika,
Argentina, Irlandia, Peru, Thailand, dan Indonesia (Pulau Sumba)
P. Dr. Langer, CSsR menjelaskan,
bahwa Sumba menjadi salah satu tempat favorit yang dilamar oleh para
calon Volunteer. Marcello dan Andi bekerja dengan Pasport pekerja
sosial, dengan misi menakjubkan: bekerja dan mengajar dengan sukarela
tanpa digaji. Di Sumba, Pastor Efrem Boly, CSsR (rector Asrama Pada
Dita) dan Pater Domiikus Rihi Mone, CSsR (kepala SMA Katolik Anda Luri)
menjadi pendamping.
Selama di Sumba, mereka tinggal
di Asrama Pewarta Injil Pada Dita Waingapu, Sumba Timur, NTT. Asrama
ini didirikan tahun 1963, oleh misionaris Redemptoris asal Jerman alm.
Mgr. Legeland, CSsR. Tujuan asrama adalah untuk mendidik orang muda
Sumba supaya memperoleh masa depan yang cerah. Cita-cita ini diteruskan
oleh Para pastor Redemptoris sampai sekarang ini. Saat ini, Asrama ini
juga menerima siswa dari berbagai daerah di NTT
Sejak tahun 2009, Asrama Pada Dita telah menjalin kerja sama dengan satu lembaga di Jerman: Redemptoris Volounteer Ministries,
untuk misi kemanusian dan pendidikan. Selama satu tahun di Sumba,
mereka mengabdikan diri mengajar di SMP dan SMA Katolik Anda Luri, untuk
pelajaran Bahasa Ingris, Jerman dan Matematika. Mereka juga membantu
anak-anak Asrama Pada Dita dengan les-les tambahan. Sejak pagi mereka
bangun jam 5, dan memulai aktifitas dengan Perayaan Ekaristi atau doa
pagi bersama: Jam 6 Pagi: sarapan. Setiap hari mereka berjalan kaki
bersama anak-anak Asrama ke sekolah sepanjang 2 km. Sore hari aktifitas
mereka memberikan les tambahan untuk anak-anak asrama, sampai jam 9
malam
Kehadiran mereka membawa suasana baru, dan memberikan
motivasi kepada lebih dari 1.000 di sekolah dan lebih dari 100 siswa di
Asrama. `Mereka berbaur dengan budaya Sumba, bahkan mereka juga diberi
nama Sumba: Marcello Umbu Bintang dan Andy Umbu Mangganna,
ungkap Pastor Efrem. ´Setiap anak ingin bercerita dan bertanya pada
kami, tentang budaya Jerman, dan tentang hal-hal yang berguna untuk masa
depan`, ungkap Marcello dan Andy.
Pater Efrem, rector Asrama Pewarta Injil mengatakan bahwa pemberian diri, waktu dan motivasi dari dua remaja Jerman tanpa pamrih adalah bukti bahwa, Allah tidak pernah membiarkan umatnya sendirian. ‘Kami berterima kasih, karena Allah tetap mencintai kami di daerah terpencil, bahwa kami tidak pernah berjalan sendiri, dan bahwa masih ada saudara-saudara kami dari luar benua, mengabdikan diri bagai kemajuan anak-anak Sumba`, ungkapnya. Kerjasama kedua lembaga ini semakin meningkatkan hubungan antara Jerman dan Sumba khususnya di bidang pendidikan.
Cinta orang Jerman terhadap orang Sumba melalui pengabdian diri yang hebat dan tulus dan juga penghargaan Budaya local yang menakjubkan, memotivasi kita, orang Indonesia, supaya di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan kita yang ke- 69 negara kita Indonesia, juga semakin banyak orang yang berbagi dan mengabdikan diri bagi sesamanya.