Logo

Logo
Latest News
Thursday, January 4, 2018

Yang Muda Waktunya Melegenda, Yang Tua Segeralah Karam di Panti Wreda


Edisi: Mencari Penegak Batu Penjuru NTT:

Oleh Marlin Bato  


Tulisan ini adalah ekspolarsi daya pikir dan ekspresi diri setelah menyelami begitu banyak kemelut miris yang menujam di ulu hati. Pasalnya ada banyak kompleksitas hari-hari ini menderah NTT, tanah tumpah darah yang kian hari kian pincang dirana belantara nusantara yang permai ini.

Jika merevieuw kembali rentang perjalanan sejarah provinsi Nusa Tenggara Timur, sebuah surga di selatan Indonesia ini, rasanya tak adil ketika mencermati kondisi alamnya, manusianya, dan sumberdayanya belum bisa dieksplorasi secara maksimal. Padahal, sudah berapa kali berganti pemimpin tetapi nyatanya belum mampu membuat pranata kehidupan masyarakat NTT tampak baik. Bahkan, sudah banyak orang-orang hebat NTT yang hidup berdiaspora diberbagai pelosok negeri ini hingga ke ujung dunia, tetapi justru apatis dengan kondisi kampung halaman sendiri lantaran telah menikmati hujan emas di negeri orang.

Melalui tulisan ini, saya mencoba membangun embarkasi yang jelas sebagai penguatan sikap dan kiblat. Terdorong oleh rasa miris yang digambarkan pada mukadimah diatas, saya ingin menyampaikan pesan-pesan istimewah kepada para pembaca terkait ajang kontestasi calon-calon pemimpin NTT masa depan yang akan digelar akhir Juni mendatang.

Pertama; Pagelaran Pilgub NTT kali ini boleh jadi yang paling banyak bakal menyita energi. Pasalnya, dengan berkembangnya tekonologi informatika dan terbukanya akses informasi yang begitu luas hingga ke pelosok-pelosok membuat animo dan partisipasi masyarakat NTT diprediksi bakal mencapai frekuensi yang tinggi. Gejolak itu mulai tampak dalam perdebatan-perdebatan sengit diberbagai platform media, baik facebook, twitter, blackberry messenger, telegram maupun jejaring yang paling populer akhir-akhir ini yaitu whattsApp. Hal ini tentu berbeda dengan pilgub NTT tahun 2013 lalu yang perkembangan informasinya masih terbatas. Tekonologi internet juga belum banyak dinikmati oleh semua masyarakat pedesaan. Sekarang, internet telah berubah menjadi jendela dunia. Segala infomasi apapun beredar dengan cepat dan bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Kedua; Kendati ada figur baru, tetapi nuansa Pilgub NTT kali ini sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan 5 tahun yang lalu sebab beberapa pasangan calon yang muncul adalah figur-figur yang sudah tak asing di blantika perpolitikan NTT. Kendati demikian, pilkada NTT kali ini tentu saja lebih istimewah karena gubernur Frans Lebu Raya telah menuntaskan masa bakti dua periode sehingga tak bisa mencalonkan diri lagi.

Ketiga; Periode 2018-2023 bagi saya adalah periode emas dan periode yang sangat krusial sebab gubernur dan wakil gubernur yang nanti dipilih oleh rakyat NTT harus bisa mengikuti ritme kerja pemerintah pusat (Jokowi) yang sedang gencar melakukan perubahan radikal diberbagai aspek hidup. Karena itu, NTT butuh pemimpin yang enerjik, visioner dan berjiwa spekulatif membangun. NTT tak butuh pemimpin yang bekerja secara nomenklatur hanya untuk memenuhi standart semata. Kita butuh pemimpin bertarget lebih, lebih dan lebih serta harus mampu menerobos rintangan birokrasi berliku yang justru selalu menjadi beban abadi bagi surga diselatan Indonesia ini..

Pada pilgub NTT kali ini, saya menaruh ekspektasi penuh kepada figur muda sesuai pilihan saya yaitu Marianus Sae dan Emi Nomleni. Dari rekam jejaknya, kedua figur ini saya anggap paling mumpuni menjawab harapan, mengingat geografi dan topografi NTT yang luas dan ekstrim serta mempunyai kerumitan khusus. Maka, diperlukan sosok muda yang enerjik untuk menjangkau semua wilayah NTT termasuk juga menyerap langsung aspirasi rakyatnya. Sudah terlalu lama NTT terus terpuruk diterpa badai kemiskinan dan problem-problem lainnya.

Saat inilah waktunya NTT membutuhkan pemimpin yang mau menyingsingkan lengan baju. Dan itu, hanya ada pada sosok Marianus dan Nomleni. Saya belum menemukan calon pemimpin yang unik semacam ini. NTT tidak butuh lagi pemimpin yang elitis seperti yang dulu-dulu dengan karakter priyayi. Kita tak butuh lagi pemimpin hedonis yang suka pamer kemewahan. Kita tidak butuh lagi figur tua yang tenaganya tersisa hanya cukup untuk menimang cucu. Tidak..!! Masyarakat NTT harus mampu ciptakan terobosan baru dalam menentukan pemimpinnya.

Maka itu, layaknya kita berkaca di daerah-daerah lain yang kini sedang gencar mendorong figur-figur muda untuk menjadi nahkoda.  Kita harus bisa berkaca di Jambi misalnya, disana ada Zumi Zola gubernur termuda. Atau di Bandung misalnya, ada Ridwan Kamil yang fenomenal. Atau di Surabaya misalnya, ada walikota perempuan yang bernyali lelaki seperti Tri Risma. Saya selalu percaya, figur-figur muda selalu banyak ide dan gagasan bernas serta mampu membuat perubahan secara cepat. Hari-hari ini kita butuh seperti Jokowi dan Ahok. Dua sosok ini telah menjadi magnet sekaligus mentor.

Oleh sebab itu, melalui platform media ini saya ingin mengetuk hati anda sebagai pembaca setia. Marilah kita buat perubahan untuk bumi Flobamora tumpah darah kita tercinta ini. Biarlah yang tua bicara, tetapi yang muda harus bekerja sejurus ritme kerja Jokowi. Ayo...orang-orang muda NTT, sudah waktunya kalian melegenda. Biarlah orang-orang tua cukup tertawa renyah di panti Wreda, sebab mereka harusnya sudah karam disana. Segeralah ambil alih estafet di gedung Sasando, karena itulah milik kalian saat ini. Rebut..!! Rebut dia bila perlu...!!!

****************
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Yang Muda Waktunya Melegenda, Yang Tua Segeralah Karam di Panti Wreda Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi