Emy Nomleni (Cawagub NTT 2018)
Oleh Marlin Bato
Penulis adalah Petualang hidup tanpa titik akhir
Selasa, 09/01/2018
"Maaf artikel ini telah diralat dan di edit ulang. Akibat kekeliruan referensi, nama Napoleon Bonaparte saya ganti dengan Joan of Arc (1412-1431)".
Hadir figur baru menghiasi panggung politik NTT sebagai perempuan pertama yang menyadang status Calon Wakil Gubernur tentu tidaklah mudah. Butuh keberanian dan kekuatan batin yang prima untuk membongkar sekat-sekat sistem patrilineal yang telah mengakar berabad-abad lamanya. Pasalnya, kuatnya hegemoni laki-laki di Bumi NTT menyebabkan perbandingan peran antara lelaki dan perempuan NTT sangatlah jauh berbeda. Tentu saja menjadi timpang karena kaum lelaki lebih dominan mengatur segala ritual hidup dan pranata sosial politik, demikian pula seperti riwayat-riwayat yang dirawi menggenapi kisah-kisah terdahulu.
Perempuan di bumi Flobamora acapkali hanya dianggap sebagai pelengkap. Ini adalah realita yang terjadi kekal abadi pun menggurita dari dulu hingga detik ini. Perempuan NTT, dalam alur tradisi kerap menjadi korban ketidakadilan para priyayi yang mementingkan kehormatan diri. Hal ini juga tercermin dari sederet peristiwa yang terjadi menimpa kaum perempuan. Belum lagi sejumlah kasus-kasus Human Trafficking mengisi kemelut dan problematika NTT yang tak kunjung usai. Terlebih, NTT hari ini diketahui sebagai penyumbang Pekerja Rumah Tangga (PRT) terbanyak hingga ke berbagai penjuru dunia.
Pertanyaannya, mengapa, untuk apa Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memilh dia untuk mendampingi Marianus Sae? Saya tentu tidak dapat menyelami isi hati ibu Mega. Namun, kalau boleh merekah-rekah, terpilihnya perempuan asal Timor Tengah Selatan ini untuk menjawab problem-problem yang selama ini terjadi, baik dari kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga kasus-kasus perdagangan orang (Human Trafficking).
Dipilihnya Emy Nomleni juga diprediksi untuk menguatkan peran perempuan NTT yang selama ini selalu diminorkan. Bisa jadi alasan ibu Mega tidak memilih laki-laki yang lain untuk mendampingi Marianus karena laki-laki dianggap tidak sanggup menuntaskan urusan perempuan yang serba feminim. Dengan kata yang lain, kesetaraan jender tidak akan terwujud jika semua peran didominasi oleh laki-laki. Apalagi urusan perempuan NTT yang saat ini acapkali masuk lingkaran setan mafia perdagangan orang yang beroperasi di lintasan laut Timor, Sumba, Flores hingga Maluku.
Munculnya Emy Nomleni, membangkitkan soverenitas kaum perempuan di bumi Flobamora. Ia adalah sosok yang dianggap bisa mengispirasi kaum perempuan NTT untuk berani menempatkan posisi sederet dengan kaum laki-laki dalam segala hal, termasuk dalam urusan-urusan yang bersifat politis. Saya secara pribadi, tidak terlalu mengenal sosok ini. Namun jika dicermati setiap alur di linimasa, saya dapat menangkap dan menyimpulkan bahwa aura perempuan asal Soe ini terpancar sangat tegar, berkarakter kuat serta sosok yang dapat menjawab kebutuhan kaum perempuan NTT yang selama ini tertindas. Ia termasuk sosok yang tenang. Bisa jadi, kehadiran sosok ini mampu melengkapi Marianus Sae untuk menyelesaikan problem-problem pelik yang selama ini menderah NTT.
Kehadirannya diajang kontestasi lima tahunan ini tentu saja mematahkan dominasi kaum laki-laki. Ini adalah sejarah baru, satu dari dua juta perempuan NTT mampu menjadi pusat perhatian di gelanggang politik yang bergengsi lagi prestis. Munculnya Emy Nomleni menampar semua anggapan minor tentang NTT yang rapuh dalam urusan perempuan. Ia hadir seperti mata air dipadang belantara, untuk menyeka air mata perempuan-perempuan NTT yang selama ini tertumpah dihamparan tanah-tanah kering. Ia seperti aurora malikha pembawa harapan, keteduhan dan penuntas dahaga bagi perempuan-perempuan yang membutuhkan pertolongan. Hari ini, saya melihat sosok Emy merupakan personifikasi dari ibu sekaligus pertiwi NTT itu sendiri.
Para pembaca yang setia dan saya banggakan, saya berharap sebanyak-banyak kaum perempuan membaca ini. Harapan saya yang terbesar adalah kaum perempuan di setiap jengkal tanah bumi Flobamora menjadi bagian terindah untuk menemukan oase yang selama ini hilang. Ingat Joan of Arc? Ia adalah perempuan yang membawah perubahan melalui revolusi Prancis tahun 1412-143 melawan penjajahan Inggris. Ia berhasil memenangkan pertempuran di Orleans. Ia adalah ksatria perempuan yang selalu berfikir ulung. Ingatkah kalian pada sosok Catherine the Great? Ia adalah pemimpin politik terbesar abad 19 yang berhasil menyatukan Rusia sebagai salah satu negara terkuat di Eropa.
Saya mungkin tidak memimpikan sosok Emy Nomleni bisa sebesar Joan of Arc atau Catherine the Great itu, tetapi saya berharap kehadirannya mendampingi Marianus bisa membuat perubahan bagi NTT yang serba kekurangan menjadi besar dan dihormati oleh segenap mahkluk tanah air ini. Ia harus menjadi icon perjuangan perempuan NTT untuk menciptakan hal-hal hebat. Sama seperti sebuah nubuat hidup yang tertulis; "Sekiranya seorang manusia dipanggil sebagai seorang penyapu sampah, dia harus menyapu sama seperti Michel Angelo melukis atau Beethoven memainkan musiknya, ataupun Shakespeare menulis puisinya. Dia harus menyapu dengan begitu baik sekali sehingga semua yang terdapat di surga dan dunia akan berhenti dan berkata, disinilah tempat tinggal seorang penyapu sampah yang paling hebat, yang telah melakukan kerjanya dengan baik sekali".
Sobat-sobitku yang baik, Emy Nomleni mungkin hanya satu permata NTT yang muncul ke permukaan. Jika anda telah meresapi tulisan saya diatas, maka saya mengajak anda-anda semua terlebih kaum perempuan untuk berbagi kisah ini, sekaligus mengajak kaum perempuan lainnya untuk turut berpartisipasi aktif dalam mendorong sosok Emy Nomleni menjadi meteor bagi kaum perempuan NTT yang hari ini hak suaranya kerap dieksploitasi oleh didominasi patriarkis. Oleh karenanya, pilihan terbaik untuk menjawab semua kegamangan kaum perempuan hanya ada pada sosok Emy. Sebab hanya perempuanlah sesungguhnya berhati lembut yang mampu berselancar meresapi hati dan pikiran kaum perempuan itu sendiri, bukan lelaki.
*************