Oleh: Febri Edo
Mahasiswa Komunikasi(Jurnalistik) Jakarta
CINTAKU JAUH DI PULAU (CHAIRIL ANWAR)
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
(Chairil Anwar, 1946)
Langit masih gelap hujan yang deras itu berhenti.Kabut perlahan menempel pada bukit sasa yang berdiri angkuh .Seperti biasa,suasana sepi mewarnai kesejukan senja ini.Samar-samar tampak lukisan pelangi oleh Sang Pencipta dari belakang bukit indah menyerupai bidarai yang cantik.
Mata terus menatap ke arah pelangi itu dari ujung koridor lantai kamarnya(Ambo).Warna pelangi terpadu begitu rapi,membawa mereka pada banyangan pelangi tahun lalu di bulan september.Ketika itu hati mereka begitu senang dicampur rasa penuh cinta lantaran seorang kekasih(gadis manis) hadir di dalam hidupknya(ambo).Perahu cinta yang datang selalu menyapaku meskipun peristiwa kelam sekalipun.Sorotan matanya membuat dia(ambo) terdiam seakan terhipnotis dengan tatapan ketulusan penuh cinta.Yah masihku ingat bulan lalu,di bulan September di kota Malang.
Sayup-sayup dengar tembang pelangi di matamu,yang dibawa oleh group music jamrud dari kamar temanku,gumam ambo.Dia hanya tersenyum mendengarnya,ternyata masih banyak orang yang mengerti tentang makna sebentuk pelangi.”Aku masih ingat ketika kita berjalan bersama menyusuri lorong-lorong kota Malang,menikmati indahnya cinta,indahnya kalau kita bersama”.Berjalan tiap lorong hentakan waktu tak terasa dan ingin rasanya malam tetap bertahan.Senyummu penuh dengan tatapan keibuaan dan cintamu tak bias kusangkal”ujar ambo.”Inginku kalungkan ole-ole ini untukmu kekasih(gadis manis).Tetapi hentakan waktu dari Sang Pencipta yang begitu dahsyat, memanggiku untuk melangkah ke alam lain.Sulit rasanya,gumam Ambo. Ambo mengatakan ini,kuasa Sang Pencipta tak ada opsi untuk saya memilih dan Kuasa-Nya tak bisa terbantah,mahluk mana pun di dunia ini.Dan sungguh Ambo tidak pernah mengatakan kepadamu kekasih (gadis manis) tentang penyakit lever yang menderanya.kekasih(gadis manis) pernah bilang kepada Ambo,Aku selalu ada untukmu meskipun jarak yang memisahkan kita tetapi cinta bisa meluluhkan semuanya.
Dan aku mengerti perasaanmu kekasih(gadis manis) masih gundah dan tidak bisa menerima ini semua.Kekasih (gadis manis). Kekasih(gadis manis) tak menerima perahu yang mereka tumpangi tenggelam terhempas ombak.Kekasih(gadis manis) tidak bisa menerima ini semuanya dan tak mengklaim ini semua tidak adil. Mengapa Ambo secepat itu meningalkan cintanya tanpa sepucuk pesan disampaikan kepada kekasihnya(gadis manis) ini.Hati kekasih(gadis manis)itu,seakan tertusuk dan digerogoti oleh sebuah batu karang yang sulit ia pecahkan. Kekasih (gadis manis) bercelotehpenuh penyesalan karena rasa cinta,Ambo Pelangi dimatamulah yang membuat aku mengerti tentang cinta dan pelangi di matamulah aku mengerti tentang arti dari sebuah ketulusan.
Hati gadis manis ini,tersa terisris oleh sang waktu dan coretan cinta yang mereka bina terhempas tahta ajal yang mendera Ambo.