[Sebuah resensi Novel berjudul: "LEMBATA".]
Oleh: Marlin Bato
Jakarta, 12/06/2015
Pengantar
Oleh: Marlin Bato
Jakarta, 12/06/2015
Pengantar
Novel Lembata-nya Florianus Rahardi diadaptasi sebagai kisi-kisi realitas yang sangat kompleks tetapi halus, juga sedap mengalir dicerna . Isinya kritik tajam terhadap hukum-hukum kanonik gerejawi dalam era kekinian.
Dalam novel Lembata, sebuah kisah dimainkan dengan sangat sempurna oleh Pedro, seorang pastor yang bertugas di kampung Aliuroba negeri yang luput dari akses modernitas. Ia baru saja diorbitkan menjadi pastor pembantu kampung Aliuroba (Lembata, Flores NTT). Lulus dari Universitas Atmajaya Jakarta jurusan ekonomi membuatnya harus berusaha mengatasi doktrin-doktrin gereja yang justru membelenggu masyarakat Lembata. Dia sangat mengerti bahwa imam-imam, uskup bahkan masyarakat setempat masih menjunjung tinggi etika hukum kanonik.
Melatarbelakangi asas kausa prima yang terjadi ditengah masyarakat, Rahardi melalui peran seorang Pedro seolah ingin menggugat aturan gereja yang lupa ketika umat didera derita. Sebagaimana dengan kisah "Da Vinci Code', setelah melewati investigasi yang panjang, Rahardi, melalui novel Lembata mencoba meneriakkan sikap gereja yang masih tuli, kaku dan apatis menyebabkan gelimang penderitaan bagi penganutnya. Novel ini mengkombinasikan potret kaum marjinal, pergolakan cinta, hasrat birahi dan kehidupan imani. Kampung Aliuroba adalah sebuah pilihan locus delicti yang tepat untuk menggambarkan peristiwa sekaligus melengkapi isi narasi dalam novel tersebut.
Diksi dan Kontradiksi Hidup
Cerita ini dipusatkan pada upaya untuk melawan tradisi gereja yang membuat penduduk Lembata miskin dan melarat. Karakter Pedro, kalau dalam istilah mutakhir, adalah tokoh pejuang ekonomi dan pekerja keras. Tersebutlah pula Luciola gadis binal, putri seorang pengusaha lintas benua yang kaya raya. Ia selalu hadir dalam kehidupan Pedro kendati tahu Pedro adalah seorang imam yang taat. Ia mencintai Pedro sejak sama-sama kuliah di Universitas Atma Jaya. Ia ingin mendapatkan cinta Pedro.
Aliuroba, sebuah kampung terpencil yang terletak di Lewoleba pun didatangi Luciola demi Pedro. Namun Pedro yang berperawakan ganteng selayak pangeran Hindustan itu sulit mengubah sikap, ia tetap memilih selibat untuk mengemban misi pelayanan. Sikapnya itu membuat Ola, sapaan kecil Luciola harus beranjak dari kehidupan Pedro. Ia harus pergi sejauh mungkin dari kehidupan Pedro, melanglang buana ke seantero penjuru dunia.
Meski begitu, ia masih tetap bisa berkomunikasi dengan Pedro lewat surat elektronik (email). Hampir separuh belahan dunia telah dikunjunginya. Ola tampak frustasi. Kehidupan glamour digeluti untuk menuntaskan hasrat frustasi atas hambarnya cinta Pedro. Menyamar sebagai pekerja seks komersial pun dilakoni Luciola. Bahkan nekad tidur seranjang dengan pater Bona ketika sedang berkunjung ke Lourdes - Prancis. Luciola benar-benar menjadi seorang gadis yang liar. Ia seolah ingin menantang adrenalin liar kelelakian Pedro. Lepas dari satu pelukan berpindah ke pelukan lain. Ia tak peduli meski menyandang status sebagai putri mahkota seorang pebisnis prestis bernama Roby Tambayong. Lalu lika-liku tersebut ia kisahkan kembali ke Pedro lewat surat-surat elektronik. Namun Pedro tak bergeming atas sikap Ola yang begitu kusut. Sebaliknya, Pedro justru semakin taat melayani umat dengan caranya sendiri.
Manifesto Dihadang Deburan Ombak
Narasi dalam novel Lembata karya Rahardi ini mengingatkan kembali pada kenikmatan mencerna karya realisme Pramoedya Ananta Toer, sesuatu yang sudah mulai langka dengan kemajuan teknologi saat ini. Dari sedikit yang diketahui, kisah-kisah seperti ini ditulis dengan fragmen yang tak mudah dihubungkan satu dan lainnya. Rahardi membuat semacam pola baru dari adaptasi dan menjahitnya jadi narasi yang prima dengan karakter-karakter yang kuat dan linimasa/alur waktu kilas-balik. Ia mengungkapkan hegemoni, korupsi, konspirasi, penindasan dan ketidak-acuhan institusi agama dalam cerita yang memukau.
Dalam ringkas klimaks, Pedro yang seorang klerus lantas beralih profesi. Ia mengundurkan diri dari tugas seorang pastor menjadi seorang petani awam lantaran dalam homili/khotbahnya menentang aturan gereja yang mewajibkan umat untuk menyambut hosti dan anggur sebagai silih tubuh dan darah Kristus.
Pedro memberontak pada liturgi gereja yang mengharuskan tradisi tersebut. Bahkan ia nekad mempropagandakan tradisi baru bahwa ia akan minum moke dan makan jagung titi lalu membagikan kepada umat sebagai ganti hosti dan anggur. Alasan Pedro melakukan hal tersebut karena ia beranggapan bahwa hosti yang terbuat dari gandum dan anggur adalah produk kaum kapitalis barat, sehingga hal itu tentu akan memperkaya kaum kapitalis tersebut, bukan masyarakat lokal.
Tentu saja pernyataan Pedro menggemparkan dunia dan membuat murka petinggi gereja serta sepertiga umat Aliuroba. Hal itulah yang mendasari pengunduran diri Pedro. Ia benar-benar dibuang, dibenci bahkan terancam dibunuh oleh orang-orang yang tidak terima atas pernyataan tersebut. Mereka membakar lumbung-lumbung yang dibangun Pedro untuk menyimpan hasil tanaman. Luciola yang mendengar kabar tersebut langsung mendatangi Pedro dengan penuh harapan agar dijadikan kekasihnya.
Karya Metaforik dan Kesimpulan
Novel ini setebal 256 halaman, ditulis oleh Florianus Rahardi, lahir di Ambarawa Jawa Tengah 10 Juni 1950, diterbitkan di Penerbit Lamalera tahun 2008 Jl. Paus No. 1 Gesikan III RT 01 Desa Wirejo, Kec Pandak Bantul Yogyakarta.
Cakupan daftar isi dalam novel tersebut sebagai berikut:
1. San Dominggo
2. Romo Deken
3. Aliuroba
4. Atma Jaya Jakarta
5. Montreux Lavaux
6. Kemiri, Mete, Kemiskinan
7. Emas, LSM - Saint Etienne de Tinne
8. Moke, Lourdes
9. Tenun Tradisional - Amsterdam
10. Jagung Titi - Santorini
11. Ekaristi Itu
12. Dipanggil Uskup
13. Kalikasa
14. Udak
15. Via Dolorosa
16. Gandum
17. Anggur
18. Diserbu Massa
19. Ola Datang
20. Ke Rinca
21. Koperasi
22. Winery dan Penggilingan Gandum
23. Penghargaan
24. Masuk Keuskupan Ruteng
25. Pengumuman Vatikan
Hal yang menarik dalam cerita novel picisan karya Rahardi ini bukan saja mampu menghadirkan jarak yang cukup untuk menampilkan karakter Pedro sebagai makhluk tak berdaya melawan hasrat cinta dan kemegahan kuasa, tapi juga dengan canggih mendekatkan kita pada detail ekspresi, tekstur tuturan dan tradisi setempat. Melalui detail investigasi Rahardi tersebut, pembaca bahkan bisa merasakan cahaya matahari yang begitu berbeda antara negeri-negeri di Eropa dan Nusantara yang tropical. Maka pilhan tepat untuk membaca sebuah novel hanyalah karya-karya yang mampu mengkombinasikan segala alur cerita dan unsur-unsur yang menghadirkan klimaks, salah satunya adalah novel Lembata ini.
Tolle et Lege - Ambil dan Bacalah..!!