Ersin, demikian sapaannya justru merasa bangga ketika mengenakan pakain adat. Ia menunjukkan ketika terlibat secara aktif pada proses pengukuhan Ria Bewa (tokoh adat, Red) di Kampung Mulawatu, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende, pekan lalu. Saat itu, Ersin terlihat anggun serta percaya diri mengenakan pakain adat setempat.
Bagi Ersin, memakai pakain adat bukanlah barang baru baginya karena bagi wanita kelahiran Mulawatu Baru, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende, 21 Agustus 1994, pakaian adat sudah sangat akrab dengannya. Sejak masih anak-anak, ia sudah terbiasa mengenakan pakaian adat ini.
Begitu pun di sekolahnya, Ersin juga kerap mengenakan pakaian adat untuk acara-acara tertentu. Jadi, urusan mengenakan pakaian adat bukan hal baru atau sesuatu yang asing. Tentang kesannya mengenakan pakain adat, Ersin mengatakan, dengan mengenakan pakain adat menunjukkan sikap mengenal dan menghargai budaya dan jati diri. "Kita menghargai budaya tidak semata-mata hanya ucapan di bibir, namun harus benar-benar teraplikasi dalam kehidupan nyata," katanya.
Menurut Ersin, penggunaan pakaian adat bukan hal yang memalukan. Justru suatu kebanggan. Yang penting pakaian itu dikenakan pada saat yang tepat. "Artinya kita mengenakan pakaian pada ada acara adat. Tak elok pada saat acara adat, kita mengenakan pakaian bebas," kata Ersin yang ditemui di Kampung Mulawatu, Kecamatan Lio Timur, Sabtu (26/8/2014).
Pada saat pengukuhan Ria Bewa (tua adat) di Kampung Mulawatu, Ersin mengatakan, dirinya sangat senang karena penantian panjang akan sosok seorang Ria Bewa akhirnya terjawab. Lebih dari itu, pengukuhan Ria Bewa memberikan kesan mendalam baginya karena pada acara tersebut, Ersin dapat melihat langsung serimoni adat yang dibilang langka ini.
"Pada pengukuhan Ria Bewa, kami bisa bertemu dengan keluarga yang datang dari Kupang, Surabaya bahkan Jakarta. Sungguh suatu moment persaudaraan yang luar biasa," kata wanita punya hobi nyanyi dan membaca ini. (romualdus pius)
