Logo

Logo
Latest News
Monday, July 22, 2013

NGGOI KEBA NGAKI RATE ( SEBUAH PERMENUNGAN ANA MAMO)

 
RIWAYAT TANDA-TANDA, PETUNJUK, PENGLIHATAN, MIMPI DAN PEMBICARAAN TENTANG NENEK MOYANG DABA LANDA & amp; LONGA LANDA LANDA NGAGA – NGAGA WARA MELALUI EMERENSIANA NUE SIL (Erna)

OLEH: ANA MAMO DARI NIA PASE LA'E TANI NDOPO NDORI WANGGE & DABA LANDA

SUMBER: REFLEKSI SENDIR
: KESAKSIAN LO'O MENTRI FELIKS & LO'O ELISABETH
: KESAKSIAN EDA BARI KANISIUS
: KESAKSIAN PARA ANGGOTA IKATAN TENAGA DALAM MURNI (ITDM) MAUMERE

PRAKATA

Tulisan ini merupakan hasil permenungan dari penulis sendiri yang mengalami lansung peristiwa kemasukan arwah nenek moyang Daba Landa dan Longa Landa melalui tunangan penulis yang bernama Emerensiana Nue Sili (ERNA). Dan dibantu dengan beberapa kesaksian dari orang-orang yang sudah disebutkan di atas yang mana ikut terlibat langsung pada saat peristiwa itu berlangsung.

Bagi pembaca, ini cuma sekedar ulasan pribadi saja untuk dibaca saja. Percaya atau tidaknya itu kembali kepada pembaca sendiri.

1. TANDA-TANDA AWAL

Ø Sejak awal mula bertemu dengan Emerensiana Nue Sili (Erna) di rumahnya, waktu itu dalam rangka acara piknik bersama, saya bertemu dengan seorang gadis (Erna) sedang duduk di atas kubur di depan rumahnya. Ketika melihat dia, terpancar cahaya putih melingkari wajahnya. Sepintas saja saya melihatnya namun saya tidak terlalu memperdulikan hal tersebut karena saya berpikir bahwa mungkin saya salah lihat atau sekedar bayangan biasa saja. Itulah tanda awal yang paling pertama.

* Sakit- sakit yang aneh dan ganjil

Semenjak akrab dengan Erna, gejala-gejala aneh pun mulai bermunculan yakni sakit dan derita yang aneh-aneh dan sulit di mengerti, hanya bisa di yakini. Sakit-sakit aneh tersebut sepertinya timbul tenggelam, hilang dan muncul dan lebih mengherankan lagi adalah kedua kakinya selalu dingin setiap saat, setiap hari. Itulah tanda kedua.

2. PETUNJUK (Bari Kanisius, Arwah Nenek Moyang & THS-THM)

Karena selalu mengalami sakit-sakitan dan derita yang aneh dan ganjil serta timbul tenggelam, hilang dan muncul yang tak kunjung sembuh maka saya membawa Erna kepada Om saya Bari Kanisius untuk meminta bantuan pengobatan. Melalui perantaraan Om Bari, disampaikan petunjuk bahwa Erna ketika berusia 25 tahun akan menalami Kemasukan Arwah Nenek Moyang. Saya pun bertanya: Nenek Moyang dari siapa? Om pun menjawab Nenek Moyang kita sendiri. Saya pun terdiam dan tersenyum sendiri seraya memikirkan hal ini dalam hati. Itulah petunjuk dasar pertama.

3. PEMBUKA JALAN (Lo’o Lisa dan Lo’o Mentri Feliks, Arwah Nenek Moyang & ITDM)

Sakitnya semakin berat dan deritanya semakin menjadi membuat dia rasanya mau mati saja. Saya pun pusing dan bingung juga sangat stress, bagaimana caranya? Akhirnya diputuskan untuk berobat ke Lo’o Lisa dan Lo’o Mentri Feliks. Di rumah inilah terjadi kontak antara Erna dengan lo’o Lisa. Gejala-gejala yang di alami oleh Erna dengan sakit dan penderitaannya ternyata juga dialami oleh lo’o Lisa. Dikatakan oleh lo’o Lisa bahwa Erna sudah ada tanda-tanda kemasukan arwah. Akhirnya diputuskan untuk datang berobat terus sampai sembuh.

4. KEMASUKAN

Waktu itu terjadi pada malam hari ketika saya membawa Erna ke rumah Lo’o, Erna dalam keadaan sakit sekali sementara lo’o berdua sedang melakukan pengobatan pada saat itulah terjadi kemasukan roh pada diri Erna. Yang masuk pertama adalah Roh Nenek Moyang yaitu Daba Landa dari Mole Kelisamba. Kisahnya begini, Waktu itu Erna sementara berontak kesakitan sedangkan saya yang kebingungan duduk di samping dia sambil memegang tangannya tiba-tiba masuklah Roh Nenek Moyang, Mamo Daba Landa lalu lo’o Lisa bertanya ini dengan siapa dan Roh itu menjawab lewat diri Erna dan mendorong saya dengan keras sehingga saya terpental jatuh dan Roh itu berkata: Aku mai ghale Mole! Seketika itu juga spontanitas saya langsung memanggil Mamo Daba! Begitu mendengar suara saya memanggil nama Roh itu langsung badannya berbalik membelakangi kami semua. Saya langsung mendekatinya memegang tangannya dan mendengar apa yang dibicarakannya. Roh itu meminta agar dirinya segera dipindahkan secepatnya ke Ae Tungu, Roh itu mengeluhkan sakit yang dia derita yakni kepala dan badan semuanya sakit karena air masuk di dalam kuburnya.

Pada kesempatan yang berikutnya, ketika arwah dari Mamo Daba masuk lagi, dia berteriak meminta kopi dengan kerasnya. Reaksinya masih sangat marah tapi jika kita bertanya kepadanya maka dijawabnya dengan baik sekali. Mamo bertanya kepada saya Kapan urus saya? Saya menjawab: Mamo, saya uang belum ada. Dia bilang pinjam. Saya menjawab pula: baik kalau Mamo mau Mamo harus dukung saya supaya cepat urus pinjam di Bank. Dia biliang iya. Terus dia Tanya SK 100% saya kapan keluar? Saya bilang Mamo saya tidak tahu, kamu sendiri yang tahu. Dia bertanya lagi pada saya ini bulan berapa? Saya menjawab bulan Pebruari 2011. Dia mulai mengitung bulan dengan jari tangannya kemudian dia berkata jangan sampai lewat dari bulan April semua harus sudah beres.


Pada kesempatan yang lain Erna juga mengalami kemasukan arwah dari neneknya Maria Pala, Orang tua dari mamanya Erna. Dia berpesan khusus buat mamanya Erna supaya sesekali datang ke kampung untuk bakar lilin di kuburnya. Pesan itu disampaikan langsung kepada Om Nau (Om Kandung dari Erna) yang pada kesempatan itu berada sewaktu Erna kemasukan arwah.

Pada kesempatan lain juga, Erna mengalami kemasukan arwah yakni saudara kandung dari Mamo Daba Landa yaitu Babo Longa Landa. Dia menyampaikan permintaannya untuk ikut dipindahkan bersama dengan saudarinya ke Ae Tungu.

Selain kemasukan dari para arwah, Erna juga mengalami kemasukan dari roh jahat yang paling banyak adalah dari para mantan-mantan pacar saya dulu. Mereka itu adalah Anastasya, Yuvina, dan juga dari mantan pacar erna yakniyang lain.

5. PELAKSANAAN

Pencarian kubur Mamo Daba Landa dan saudaranya Longa Landa di Mole Kelisamba tidaklah mudah karena melalui beberapa proses yang cukup rumit dan membutukan ketabahan dan pengorbanan yang tidak sedikit baik dari segi waktu maupun materi.

Pada tahap pertama, saya bersama Om Bari dan adik saya Ray, adik Safrat dan Aldo, Dengan 4 motor kami berlima keluar dari Maumere denan tujuan utama adalah Mole Kelisamba, tapi jalan menuju ke Mole Kelisamba kami tidak tahu. Oleh karena itu kami menuju ke Masebewa Ae Re’a, ke rumah nenek saya Martina Mono (anak dari Logho Senda dari isteri kedua Sula Demu) yang kawin dengan suami Polus, seorang Mosalaki di Masebewa, wilayah tanah Ndori. Setibanya kami di situ, kami langsung menanyakan informasi mengenai kampung Mole dan menceritakan maksud kedatangan kami. Akhirnya dicapailah kesepakatan bahwa Om Anton dan Ame Lorens menjadi pemandu kami menuju ke kampung Mole. Berangkatlah kami bertujuh dengan 4 motor menuju Mole yang mengambil rute melalui kampung Wonda, mengikuti jalan besar menuju ke bawah pantai besar Ma’u Basa, Hoba Tuwa menuju ke kampung Iliwodo lalu mengambil jalan atas menuju ke kampung Mole.

Setibanya kami di Mole, kami menuju ke rumahnya Bapak Soleman Setu yang adalah Sekretaris Desa Masebewa. Kami tidak menduga bahwa Soleman Setu adalah keturunan dari Mamo Daba Landa karena pada waktu itu belum diketahui pasti. Ketika tiba di rumah bapak Soleman ternyata beliau sedang pergi memindahkan sapinya. Akhirnya kami menuju ke rumah besar untuk bertemu dengan Mosalaki Mole. Kami menjelaskan maksud kedatangan adalah untuk mencari kubur dari Mamo Daba Landa dan menjalankan amanatnya. Ternyata Mosalaki tersebut tidak mengetahui dengan pasti tentang riwayat Mamo Daba yang dimaksudkan. Tetapi ada satu orang yang bernama Sato (seorang dari keturunan Ana Mbete yakni dari Mbete Gadho, yang dahulunya tinggal di watuneso, pernah menjadi ajudan pribadi dari Pater Yosef Theodorf Visser, SVD), dia bertanya kepada saya, Daba itu orang tuanya siapa? Saya hanya menjawab Dari namanya Daba Landa pasti orang tuanya bernama Landa. Saya mulai menceritakan tentang penglihatan yang dialami oleh Erna yang merupakan petunjuk bagi kami. Setelah mendengar itu dia pun mengerti dan mulai berbisik kepada Mosalaki dan menceritakan tentang siapa itu Daba Landa, ternyata Mamo Daba ini bersuamikan seorang Mosalaki. Daba Landa adalah isteri kedua. Keturunan dari Daba Landa di Mole ini adalah di Soleman Setu. Dari situlah baru kami ketahui bahwa Soleman Setu adalah keturunan dari Daba Landa.

Karena menunggu terlalu lama, bapak Soleman Setu belum juga datang akhirnya kami pun segera pamit pulang dan berjanji akan datang kembali. Berangkatlah kami menuju ke Masebewa. Kami makan bersama dan membicarakan rencana selanjutnya dan menentukan waktu untuk datang kembali. Setelah itu kami berlima pamit diri dan pulang kembali menuju Maumere.

Setelah kurang lebih 1 minggu, Mamo Daba pun datang lagi melalui Erna. Dia menyampaikan keluhannya dan kekecewaannya bahwa dia begitu menantikan kedatangan kami sewaktu kami tiba di Mole. Dia berharap sekali bahwa saat itu kami sempatkan diri untuk datang berkunjung ke kuburnya dan membakar lilin di tempatnya, tetapi hal tersebut tidak kami lakukan karena lokasi kuburnya kami tidak tahu dan siapa yang menjadi anak dari nia pase lae dari keturunan Mamo Daba di Mole juga kami tidak ketahui. Dalam dialognya Mamo Daba berkata: Miu na aku napa, miu iwa ke mai…saya pun menjawab: Mamo, ma’e ate salah le no kami eo bebo. Leka kunu kau na kami la’e ke tei rewo to pera rate kau na. Kami baru mbana walo.


Pada tahap kedua, berangkatlah kami 3 orang dengan masing-masing 3 motor yang terdiri dari saya, Om Bari dan adik saya Ray dari maumere dengan tujuan utama adalah Mole Kelisamba. Dalam rencana kami akan singgah terlebih dahulu di Masebewa untuk menjemput om Anton. Setelah kami tiba di Masebewa, om Anton pun segera mempersiapkan dirinya secepat mungkin lalu berangkatlah kami berempat menuju Mole dengan mengambil rute mengikuti kampung Wonda, Hoba Tuwa, Ma’u Basa, Ili Wodo. Ketika tibanya kami di Mole, berjalanlah kami langsung menuju ke rumah bapak Soleman Setu. Kami telah mendapat informasi bahwa bapak tersebut adalah keturunan langsung dari Mamo Daba di Mole. Setelah tiba di rumah bapak Soleman kami disambut oleh tuan rumah.

Dalam pertemuan itu, saya mulai bercerita tentang maksud kedatangan kami ke Mole, saya mulai bercerita: Kami ini datang untuk mencari tahu di mana kuburnya nenek moyang kami yang bernama Daba Landa dan siapa saja keluarganya. Karena menurut cerita orang tua kami bahwa Mamo Daba ini meninggal dan dikuburkan di Mole. Kami datang untuk mencari tahu terlebih dahulu karena ada amanat langsung dari Mamo Daba yaitu Dia ingin dipindahkan ke kampung Ae Tungu bersama dengan suami dan anaknya. Karena saat ini saya sudah mempersatukan semua tulang belulang dari nenek moyang saya sementara yang masih kurang adalah Mamo Daba. Mamo Daba adalah isteri pertama dari Tani Ndopo dari kampung, Ae Tungu. Tetapi sejarahnya bagaimana sampai Mamo Daba ini bisa ada di Mole sampai meninggal di Mole saya sama sekali tidak tahu. Ada petunjuk tentang kuburnya Mamo Daba ini melalui penglihatan yang dialami oleh tunangan saya Emerensiana Nue Sili (Erna), penglihatannya itu begini: Siang itu ketika dia sedang sendiri di kamar, dalam roh dia seperti di bawa oleh dua orang tua laki-laki. Seperti terbang rasanya. Mereka orang tua (Tani Ndopo – Haki Daba Landa, no’o Dawa Tani – ana Tani Ndopo no’o Daba Landa), mereka memegang kedua tangan saya, yang seorang di sebelah kanan dan yang seorangnya lagi di sebelah kiri. Mereka membawa saya menuju ke sebuah kampung secepat kilat, seperti terbang saja. Mereka tiba di sebuah kampung (Audoa) yang dia tidak tahu namanya. Setelah itu mereka berjalan kaki menurun ke arah bawah menuju ke sebuah kampung lain lagi (Mole) yang juga dia tidak tahu namanya. Sesampainya di kampung (Mole) terlihat hamparan padi, tempatnya itu begitu dingin, sejuk nyaman ternyata itu adalah Nua Mole Kelisamba, kampung asal mula Ine Pare mereka membawa dia itu berpakayan putih semua, mereka itu adalah bapak dan anak. Bapaknya (Tani Ndopo) di sebelah kanan dan anaknya (Dawa Tani) di sebelah kiri. Setibanya mereka di bawah kampung Mole, bapak dan anak tersebut langsung menghilang dengan tiba-tiba dan muncul seorang nenek tua (Mamo Daba Landa) berpakayan yang sudah kelihatan lusuh dan robek-robek, rambutnya dikonde, dia mengajak erna keluar dari kampung itu ke sebelah atas yang mana terasa jalannya semakin mendaki. Mereka berdua berjalan masuk menuju ke sebuah kebun yang kelihatannya seperti hutan. Jalan tersebut adalah sebuah jalan setapak dan ada persimpangan jalan menuju ke sesuatu. Di depan saya terlihat ada dua buah kubur terbuat dari batu dan dijaga oleh dua buah tombak. Dalam certia itu saya menegaskan kepada bapak Soleman bahwa kuburnya di luar kampung!!, jalan itu seperti jalan mau ke kebun tetapi kuburnya agak masuk ke dalam dari jalan tersebut. Kuburnya itu dari batu-batu ceper dulu. Setelah saya menyampaikan itu, lantas saya bertanya kepada bapak Soleman, bagaimana bapak setelah mendegar cerita tadi? Apakah benar atau tidak? Bapak itu menjawab: Benar!!

Karena sudah merasa yakin dengan keterangan yang diberikan oleh bapak Soleman, saya menusulkan untuk segera mengunjungi kubur tersebut karena mengingat pesan sebelumnya bahwa Mamo tunggu kami di rumahnya..Kami semua segera bangun meninggalkan rumah bapak Soleman, berjalan menuju ke empat peristirahatan terakhir dari Mamo Daba. Kami berjalan kurang lebih setengah kilo, dengan sedikit tanjakan menuju ke pusara yang tak bernama. Lokasi pusaranya sangatlah memprihatinkan. Dari kejauhan kita memandang, timbul pertanyaan besar dalam hati dan kepala kita…Daba Landa seorang iseri dari Mosalaki meskipun sebagai isteri yang kedua selayaknya mendapatkan tempat dan prosesi pemakaman sebagaimana lazimnya upacara pemakaman seorang isteri Mosalaki menurut tata upacara adat istiadat Lio. Tapi ini?? Daba Landa, pusaranya berada di luar kampung, di hutan, di kebun, di antara pohon-pohon kemiri dan pohon-pohon lainya..betapa sedihnya hati saya yang melihatnya.. Kenapa Mamo saya ada di sini?? Kenapa kamu yang bilang keturunan dari Mamo Daba di Mole tidak tersentuh hatinya?? Tapi di balik keprihatinan itu saya melihat dan merasakan gambaran tentang ketegaran dan ketabahan yang terlihat dari sebuah batu besar yang menjadi penahan kuburnya Mamo Daba dan saudaranya Longa Landa selama kurang lebih 2 setengah abad. Batu itu sangat kokoh berdiri, dari tahun ke tahun dengan setia menjadi penahan, penyangga kedua kubur nenek moyang saya. Rasa kagum dan haru bercampur aduk dalam hati saya menyaksikan itu. Berikut ini dapat dilihat beberapa foto yang sempat diambil dari lokasi kuburnya Mamo Daba Landa. Gambar tersebut di foto oleh Ana Mamo Ana Dari Nia Tani Ndopo Tuka Daba Landa Ray Naff melalui handphone selulernya bermerek Nokia CS2

Saya, Om Bari, Ame Lorens, Ka Beni Seni, dan Bapak Soleman Setu, di pusara tak bernama yang terlupakan Daba Landa.

Dalam canda tawa, dalam kelegaan telah berhasil menemukan pusara tak bernama yang hilang 2 setengah abad yang silam.

Ditopang oleh sebuah batu besar yang menjadi wadas pusara dua bersaudara Daba Landa dan Longa Landa

Inilah Wajah Ana Mamo yang mencari pusara tak bernama Daba Landa

Ana Dari Nia Pase La’e Tani Ndopo Tuka Daba Landa, Ae Tungu, pelaksana Amanat Leluhur Daba Landa

Engkau yang dulu terlupakan.. kini bersinar teranglah…Ana Mamo, Ana Dari Nia sudah datang…

Lilin sudah menyala…amanat harus dijalankan!!!

Wajah Bapak Soleman Setu, sebagai Ana Dari Nia Pase La’e Daba Landa Di Mole

Setelah kami selesai menyalakan lilin di atas pusara Mamo Daba hati saya timbul firasat karena mengingat sesuai dengan penglihatn yang dialmi oleh Erna bahwa ada 2 kubur distu yang dijaga dengan tombak! Akhirnya saya melihat ke samping ada baberapa batu-batu yang sudah tertanam cukup dalam sehingga tidak lagi kelihatan. Firasat dalam hati saya mengatakan bahwa itu kubur! Dan pastinya kubur dari saudaranya Mamo Daba Landa yakni Babo Longa Landa. Akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya kepada bapak Soleman, apakah ini yang di samping adalah juga sebuah kubur?? Karena saya melihat ada beberapa batu yang sepertinya batu yang membentuk sebuah kubur. Tapi bapak Soleman berkata bahwa itu bukanlah kubur. Di sini hanyalah kubur ini yaitu kubur Daba Landa. Saya pun terdiam saja tidak bisa memastikan kebenarannya. Tetapi dalam hati saya meyakini bahwa itu adalah kubur yakni kuburnya Longa Landa.


Setelah kurang lebih 2 jam kami berada di sekitar pusara Daba Landa, akhirnya kami semua berpamitan dengan penghuni pusara untuk pulang kembali menuju rumah bapak Soleman. Di rumah bapak Soleman kami berbicara menyangkut penentuan hari H untuk pelaksanan penggalian kubur tersebut. Dalam pembicaraan itu kami menyarankan bahwa dari pihak keluarga bapak Soleman berembuk dan bermusyawarah bersama secara intern terlebih dahulu dan tentukan tanggal berapa kami bisa datang lagi untuk mendegar keputusan mereka dan menentukan rencana selanjutnya. Setelah semuanya disepakati demikian, tibalah waktunya bagi kami untuk pamit kembali menuju Maumere, kaetika kami hendak keluar dari rumah tiba-tiba masuklah seorang bapak haji mengenakan peci putih, dia adalah adik kandung dari bapak Soleman Setu. Nama bapak haji itu adalah Naszrul. Dari perwakannya orangnya kelihatan berwibawa. Beliau berjabatan tangan dengan kami semua dan terpaksa kami harus duduk kembali untuk beberapa menit. Dia berkata: Baik sudah kita 50% Katolik, 50% Islam, urus cepat sudah jangan lama-lama. Dengar perkataan yang keluar dari mulut bapak Naszrul itu kami semua yang ada itu menjadi senang karena kami merasa bahwa dari pihak keluarga di Mole mendukung sepenuhnya amanat dari Mamo Daba Landa.

Akhirnya kami pun segera berpamitan karena hari sudah menjelang sore. Seperti biasa melewati jalan yang sama kami menuju ke Masebewa untuk beristirahat sejenak dan makan malam. Setelah selesai makan malam kami beriga pulang dengan tiga 3 motor menuju ke Maumere.

OLA NA’U MAMO DABA LANDA – LANDA NGAGA PATI ANA MAMO HANS TANI NDOPO

1. Tidak boleh menghina Erna, apalagi menyinggung dari ujung kaki sampai rambut, itu sama saja menghina tebo Mamo. Kalau Erna bau atau apa yang aneh boleh tegur tapi dengan baik dan jangan salah kata. Kalau Erna susu kencang atau besar itu juga jangan lagi ganggu karena Erna ini susu bukan hanya dia sendiri tapi dengan Nenek Moyang yang lain.

2. Setiap hari minggu harus ke Gereja, INGAT ITU!! Kecuali ada urusan penting hari itu baru tidak ke Gereja atau sakit. Tidak boleh terlambat ke Gereja. Jika tidak ke Gereja nanti malam akan langsung dapat teguran.

3. Setiap kali pulang kerja atau dari tempat jauh ketika mau makan harus cuci tangan dului. Saat berada di atas motor tiba-tiba ada SMS atau telfon masuk sebaiknya berhenti dulu, jangan pernah menerima telfon dan membalas SMS pada saat di atas motor yan sedang berjalan .

4. Tidak boleh lagi lari motor ngebut- ngebut. Setiap pulang dari Hebing, INGAT!! Tidak boleh lari terus lagi, harus berhenti sedikit, boleh lari terus kecuali ada urusan, jika tidak lari pelan-pelan saja dan istirahat. Jangan paksa diri nanti sakit satu kali parah memang. Jadi sebaiknya atasi dari sekarang.

5. Harus doa memohon ampun atas segala salah dan dosa pribadi selama ini baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, karena saya beitu banyak salah.

6. Harus doa seperti dulu lagi, jangan pernah putus doanya, biar capeh, biar sibuk sempatkan diri untuk berdoa. Doa pagi selalu ucapkan syukur atas semua yang diberikan, yang sudah didapatkan, dijalankan dan yang sudah dinikmati hingga saat ini. Bersyukur atas umur yang panjang hingga pagi hari yang indah itu, Tuhan masih beri kesempatan untuk kita menghirup udara di pagi hari yang indah itu, masih berkumpul bersama semua keluarga, bersama dia yang saya kasihi.

7. Sampai kapan pun sekecil uang yang saya dapatkan, biar Cuma 5 ratus rupiah sekalipun kasih Erna yang pegang dan simpan. Pulang dan pulang kasih di tangan Erna. Erna harus cium uang dari saya dan bersyukur pada Tuhan dan Arwah Nenek Moyang. Jika butuh baru beritau dan sama-sama urus semuanya. Jika ribut, saya tidak boleh memang angkat motor jalan saya punya, pecahkan barang-barang, banting-banting ini itu, cukup saya masuk kamar dan tidur, itu saja. Juga sebaliknya Erna biar nggoti tapi jangan keluar rumah.

8. Kita harus selalu jaga nama baik kita masing-masing di keluarga kita. Saya jaga nama baik Erna di keluarga saya dan Erna juga jaga nama baik saya di keluarga dia. Meski kita ribut sekalipun, di hadapan orang lain atau siapapun tidak boleh kita memperlihatkan itu semua, cukup di antara kita berdua saja. Jadi kalau lagi rebut sebaiknya jangan dulu ketemu orang. Sebaiknya kita di rumah masing-masing dulu, sudah baikan baru keluar rumah.

9. Tidak boleh pukul sampai kapan pun apapun yang terjadi, tidak boleh naik tangan, jika Erna ada salah dan saya marah jangan lagi saya pukul Erna dan masa bodoh dengan dia lagi seperti yang sudah terjadi. Marah tetap marah tetapi kebiasaan, status, kebutuhan dan semuanya tetap seperti biasanya. Jika saya marah dan keras maka Ernayang harus mengalah juga sebaliknya.

10. KITA MASING-MASING AKAN SUSAH JIKA KITA BUAT YANG ANEH-ANEH!!!!

11. Mereka Nenek Moyang akan marah sekali jika kita buat yang aneh-aneh.


12. Mulai dari sekaran harus jujur apapun itu, tidak boleh bohong dan rahasia-rahasia segala. Dengar dan ikuti kata Erna. Tanya Erna dulu dan minta ijin sama dia. Segala sesuatu harus beritahu sama Erna mulai dari sekarang. Juga sebaliknya.

KISAH SENGSARA DABA LANDA-LANDA NGAGA

* Kami imu rua ke, tei miu mai lei sawe tau jemput kami, Daba Landa-Landa Ngaga no’o Longa Landa. Kami mera leka Ae Tungu, mata leka Mole Kelisamba. Semulu kami lewa sawe. Leja ina kami bale walo leka Ae Tungu, ola muri kami leka Ae Tungu.

* Susah bai raka aku gha Mamo Daba, du aku ambo mbana. Aku ro du raka mata, rate leka tana ata. Renga uja no’o raki seregu. Ata iwa alo sala, welu aku menga mesa du raka mata.

* Ebe leka Mole pati ka aku ngere lako. Lako di so’o bheri se lo’o. Menga teki lebo ola ka aku. Aku wiki ola ka aku no’o ke. Aku ro du raka mata. Longa tau urus aku, jaga aku, ate dhoa no’o aku. Ro aku gha du raka mata. Aku ke kera ata iwa peme selo’o. Sia kobe aku gha sengsara du’a ke.

* Demi aku we’e no’o ebe leka Mole, ebe joka aku, tebo aku, nijo ae lura leka nia aku gha. Ebe nosi aku gha wau, iwa rio, ngere ata mata. Aku paru roke leka uma, menga ka uwi kaju meta no’o horo. Ebe pati ka aku di menga teki lebo no’o piri bele. Aku mbana seru we wiki ola ka aku. Aku gena Una no’o Buru Kate raka aku mata.

* Semulu aku mera leka Ae Tungu. Aku kema uma leka Ae Tungu no’o Mole Kelisamba. Aku to bhale leka Ae Tungu, ebe leka Mole iwa pio. Ebe PAKSA aku haki walo supaya wi’I sia wengirua aku mata, latu keturunan aku leka Mole to tau urus uma no’o latu tanah aku leka Mole. Sawe ina Haki aku TANI NDOPO NDORI WANGGE to mbana wiki aku leka Mole di ebe IWA PIO, menga Aji aku Longa Landa mbana mera no’o aku leka Mole du raka mata

* Selama aku gha mata rate leka Mole Kelisamba, iwa latu ata mai gae rate aku, daki lilin leka rate aku, iwa latu to tau permisi, to tau pai aku. Aku menga dari tolo we’e no’o ke.

* Aku na rango, tebo aku keta lei sawe gena ae uja. Aku susah raka ke leka Mole. Ka di menga uwi kaju. Lambu no’o lawo di wira sawe. One aku di ae maso nebu aku sementara roke.

RAMALAN, MIMPI DAN PENGLIHATAN EMERENSIANA NUE SILI (ERNA)

TENTANG HUKUMAN BAGI ORANG MOLE KARENA TIDAK IJIN DAN MENGHALANG-HALANGI PENGGALIAN TULANG DABA LANDA - LANDA NGAGA DAN LONGA LANDA

* Erna bermimpi, ada satu kampung terbakar semuanya terutama rumah Kepala Desa terbakar habis. Ketika sedang terbakar muncul bulan purnama, bulannya berwajah manusia dan di sampingnya ada tiga (3) cahaya kecil, berbentuk lingkaran, ada tulisan di sampai cahaya itu.

* Semua orang terkena potongan api hanya Erna yang tidak kena sedikit pun. Erna pakai dengan Rosarionya. Yang keluar hanya Erna sendiri sdangkan yang lainnya habis terbakar. Kebakaran itu berasal dari hutan di luar kampung itu.

* Api itu muncul dari sebuah batu bsar sekali, dari bawah dihembuskan api itu, rumah yang dekat itu hancur semuanya.

* Babo Longa Landa masuk di badan Erna dan berkata bahwa punggungnya sakit. Lalu ibu jari kakinya juga sakit karena kena Tambi (cangkul) sewaktu gali kuburnya mereka berdua untuk ambil tulangnya mereka sendiri. Babo Longa berkata bahwa kubur itu di dalamnya sudah kosong sama sekali dan tidak ada yang tersisa sedikit pun tulang-tulang mereka. Orang Mole akan kena hukuman Hujan angin dan kelaparan.

KISAH PENGLIHATAN EMERENSIANA NUE SILI (ERNA)

v Siang itu ketika saya sedang sendiri di kamar, dalam roh saya seperti di bawa oleh dua orang tua (Tani Ndopo – Haki Daba Landa, no’o Dawa Tani – ana Tani Ndopo no’o Daba Landa), mereka memegang kedua tangan saya, yang seorang di sebelah kanan dan yang seorangnya lagi di sebelah kiri.

v Mereka membawa saya menuju ke sebuah kampung secepat kilat, seperti terbang saja. Kami tiba di sebuah kampung (Audoa) yang saya tidak tahu namanya. Setelah itu kami berjalan kaki menurun ke arah bawah menuju ke sebuah kampung lain lagi (Mole) yang juga saya tidak tahu namanya. Sesampainya di kampung (Mole) terlihat hamparan padi, tempatnya itu begitu dingin, sejuk nyaman ternyata itu adalah Nua Mole Kelisamba, kampung asal mula Ine Pare mereka membawa saya itu berpakayan putih semua, mereka itu adalah bapak san anak. Bapaknya (Tani Ndopo) di sebelah kanan dan anaknya (Dawa Tani) di sebelah kiri. Setibanya kami di bawah kampung Mole, bapak dan anak tersebut langsung menghilang dengan tiba-tiba dan muncul seorang nenek tua (Mamo Daba Landa) berpakayan yang sudah kelihatan lusuh dan robek-robek, rambutnya dikonde, dia mengajak saya keluar dari kampung itu ke sebelah atas yang mana terasa jalannya semakin mendaki. Kami berjalan masuk menuju ke sebuah kebun yang kelihatannya seperti hutan. Jalan tersebut adalah sebuah jalan setapak dan ada persimpangan jalan menuju ke sesuatu. Di depan saya terlihat ada dua buah kubur terbuat dari batu dan dijaga oleh dua buah tombak (Tombak menurut mata orang hidup tetapi sebenarnya itu adalah KERIS PUSAKA, senjata. Keris itu ada dua buah, yang berukuran kecil dan berkelok, gagangnya terbuat dari taring gigi babi hutan jantan besar lengkap dengan sarungnya, telah ada ditangan saya sendiri. Sedangkan yang satunya lagi berukuran agak besar, mirip pisau, gagangnya terbuat dari tanduk kerbau pertama tangga di Sa’o Ria Ae Tungu dan di pegang oleh Suami dari Daba Landa yakni Tani Ndopo Ndori Wangge.

v Banyak daun-daun yang berjatuhan di atas kubur tersebut. Kuburnya terbuat dari batu yang tersusun dengan rapi tetapi sudah lubang-lubang sehingga pada saat hujan air dapat masuk ke dalam kubur tersebut. Ini adalah cerita penglihatan yang pertama.

v Saya melihat waktu itu saya ke Ae Tungu dengan kalian semua, saya baru selesai nikah Gereja dengan Hans dank e Ae Tungu urus Adat lagi. Ketika malamnya kita sementara tidur Mamo Daba kasi bangun saya suruh saya pergi ke kubur besar. Saya ikut saja sampai di kubur besar Mamo Daba suruh saya buka batu besar itu lalu saya pun buka dan muncul sinar di dalam kubur itu. Babo Mamo suruh saya ulurkan tangan ke sinar itu, saya pun ulurkan tangan dan tangan saya pegang di Keris yang besar dan panjang. Babo Mamo suruh saya angkat dan tutup lagi batunya. Saya juga ikut saja kata mereka. Terus saya Tanya buat apa ini keris? Mereka jawab itu Buat Kau!, lalu saya bilang tapi saya sudah ada satu juga? Mereka jawab iya dan tambah lagi satu dan genap. Kami sudah tua semua, sekarang kau yang pegang sudah ini keris dan jaga baik-baik.

v Saya masih bingung tapi saya terima saja. Saya pamit mau masuk dan tidur lagi tapi Babo Mamo bilang jangan, tidur di sini saja. Akhirnya saya pun tidur disitu sampai pagi. Pas painya ada anak perempuan disitu yang lihat dan kaget lihat saya tidur di kubur itu. Dia berteriak dan semua keluar dengan mata mengantuk terutama Hans. Hans langsung kasi bangun saya yang sementara tidur dengan sarung. Saya pun bangun dan Hans ajak saya masuk ke dalam rumah. Mereka semua duduk melinkar dan mau dengar cerita saya. Akhirnya saya cerita semua sampai saya tidur di situ. Selesai cerita saya angkat keris yang taruh di dalam sarung, saya langsung buka di hadapan semuanya dan bersinar kerisnya dan panjang, gangangnya warna agak coklat, langsung spontan saya Kemasukan Arwah Nenek Moyang dan keluarlah suara Babo Mamo mereka semuanya, mereka bilang semuanya dari Ae Tungu, Mole, Wolobheto, Wolonio, Wololele A pokoknya semua keluarga kita pusatnya di saya dan saya yang pegang Kerisnya. Jadi ada apa-apasemuanya lari ke saya, Tanya di saya dan omong dengan saya.

v Begitu saya tersadar Hans langsung peluk saya juga dengan mama Hans. Akhirnya saya panggil Om Bari, Ray, Hans dan Kakak Beni, kita turun ke bawa kampong cari sapi, Babo Mamo ada ikat sapi di kebun untuk kita potong makan. Akhirnya kita dapat sapinya dan bawa ke Ae Tungu. Kita makan sama-sama. Tapi saya tidak boleh sentuh maksudnya tidak boleh masak. Saya duduk saja pakai dengan sarung. Saya duduk di atas batu besar.

v Akhirnya mama Hans panggil saya mau kasih makan, saya msuk ke rumah dan saya yang panggil mereka semua baru kita makan. Selesai makan saya tidur dan baring dip aha Hanssamapi nyenyak. Hans dan yang lainya mete sampai pagi. Esoknya bangun pagi saya dapat bisikan lagi suruh buka itu kubur besar dan saya pun buka lagi, semua nenek moyang semuanya yang sudah punya tempat masing-masing di kubur itu kasih saya sarung satu-satu

MIMPI EMERENSIANA NUE SILI (ERNA)

Saya pakai baju coklat dan celana pendek coklat, sandal hitam, rambut podi. Saya menghilang selama semingu. Saya tersadar ada di kebun, di kampung Nggela. Saya turun dari kebun ke kampong dan bertemu dengan satu orang bapatua dan bertanya: ini kampung apa? Bapa itu menjawab kampong Nggela. Tapi saya masih tidak percaya karena saya takut dia tipu. Saya berjalan lagi dan mencari biara meskipun saya benci seklai dengan suster dan tidak sudi injak biara tapi mau tidak mau saya harus ke biara karena seorang suter tidak mungkin berbohong.

Akhirnya saya ke biara itu dan sampai di sana saya masuk dan menceritakan semuanya dan bertanya kepada Sr pemimpin ini kampong apa? Jwab Sr itu ini kampung Nggela.

Ambil pikul dengan tulang dua-duanya, kami putar ke sebelah naik ke atas terus sampai di atas pas ayam berkokok mau pagi. Saya berdiri pas di kubur besar, tapi ada satu mama yang lihat dan dia panggil suaminya, mereka Tanya saya siapa? Saya langsung taruh tahan tulang di atas batu dan cekak pinggang beritau kalu saya adalah Mamo Daba Landa . Aq Daba Landa fai pertama Babo Tani. Miu tolo sai rate aku leka ina iwa latu apa-apa. Ina aku mai to welu took aku. Aku na mata leka Mole Kelisamba, langsung Mamo Daba tunjuk ke bawah arah Mole. Seketika itu juga suami isteri itu bantu dorong batunya dan saya sendiri yang isi tokonya masing-masing. Lalu saya Tanya bagaimana dengan Kerisnya? Mamo bilang taruh dulu di situ tunggu Hans datang dulu baru ambil kembali dan tunjuk. Akhirnya saya masuk istirahat. Badan saya lumpur semua, kotor sekali, tangan saya patah, kaki luka semua karena Mamo itu sakit luka sampai terkupas semua kulitnya.

Saya seluruh badan terkupas semua dan bau sekali, itu adalah badan Mamo. Tangan saya patah karena mereka tolak Mamo, buat Mamo macam binatang. Mereka bukan hanya makan pakai lempar tapi makanan itu sudah jatuh di tanah baru Mamo ambil makan. Ebe iwa ate dhoa no’o aku, ro aku du raka mata, aku ke kera ata iwa peme se lo’o. Sia kobe aku gha sengsara du’a ke.

Saya hari itu juga lamngsung pulang dengan oto ke sini dan langsung ke rumah Hans. Mereka antar sampai di lorong depan. Sampai di sana saya turun bayar tapi mereka bilang tidak usah. Saya bilang terima kasih banyak. Saya jalan pake seret ke rumah Hans. Saya dorong pintu dan langsung pintu terbuka dan saya terjatuh di lantai, langsung Prili panggil Hans dan waktu itu Hans sementara doa. Prili bilang, dede, bibi erna dating. Hans langsung bangun dank e depan. Lihat saya tidur di lantai Hans langsung peluk cium dan saying saya berkali-kali, sandarkan saya di pangkuannya. Saya bilang saya lapar. Suda satu minggu saya tidak makan, akhirnya mama Hans cepat ambil makan dan suap saya. Hans langsung telfon om Bari dan om Bari pun datang. Pas om datang saya beritau kalau saya lapar sekali. Sedih sekali kalian semua lihat saya. Habis makan Hans gendong saya ke kamar. Saya tidur dan Hans duduk di kursi jaga saya sampai pagi.

Saya bangun, lalu mama Hans bersihkan lukanya, darahnya dan obat dengan minyak. Siangnya kalian antar saya pulang ke rumah. Sampai di rumah saya, bapak dan mama saya kaget lihat Hans gendong saya dan langsung baringkan saya di sofa dan Hans ceritakan semuanya. Orang tua saya juga hampir menangis . Bapa saya sempat bilang terima kasih banyak buat Hans.


CERITA MAMO DABA LANDA SAMPAI TERJADINYA PINDAH TULANG DARI MOLE - KELISAMBA KE AE TUNGU – WOLOLELE A LISE NGGONDE RIA

· Waktu itu Mamo Daba sementara sakit setengah mati, sementara lapar lagi dan sengsara sekali. Dia menangsi dan sedih sekali. Dia keluh kesah di saudaranya Babo Longa Landa. Dia bilang kita ini mau harap siapa lagi e, yang mau datang lihat kita dua, urus kita ini, sementara kita ada di hutan begini?

· Mereka dua duduk omong-omong di atas kubur mereka di Mole, akhirnya ketika yang pas Hans sekeluarga dengan kakak Anton sekeluarga urus pindahkan tulang-tulang Babo Tani sekeluarga, Mereka dua sempat dengar dan sempat lari ke Ae Tungu di sana mereka hanya lihat berdiri dari jauh, mereka lihat semua kalian sementara urus pindah tulang semuanya satu persatu. Begitu terakhir mereka dua punya yang tidak ada.

· Mamo Daba lihat dengan menangis. Dia sedih sekali karena tidak ada yang tahu di mana ratenya dan tidak ada yang tahu tentang dia dan kisah hidupnya.

· Dia kembali ke Mole dengan menangis, bersama saudaranya Longa. Pada saat Hans sekeluarga pulang ke Maumere itulah Mamo Daba ikut Hans sampai di sini tapi dia belum beri tanda-tanda. Dia sampai di rumah Hans dia lihat semuanya..

· Ketika Erna mulai sakit-sakitan lagi, juga kami sering ke om Bari untuk berobat, Mamo Daba juga ikut. Ketika cek di om Bari ada petunjuk dari Babo Logho bilang Erna nanti akan Kemasukan Arwah Nenek Moyang pada saat umur 25 tahun. Dari situlah Mamo Daba cari waktu dan bagaimana supaya bisa masuk di Erna dan omong semuanya. Ketika kami berobat di Lo’o Lisa dan Lo’o Menteri Feliks saat itulah Mamo Daba Masuk dan ceritakan maksud dia bahwa dia minta supaya dipindahkan ke Ae Tungu bersama dengan suami dan anaknya.

· Setelah itu Mamo Daba pulang dan sampaikan kepada saudaranya Babo Longa bahwa Mamo nanti akan di bawa ke Ae Tungu. Akhirnya Babo Longa bilang kalau Mamo Daba di bawa ke Ae Tungu nanti bagaimana dengan dia Cuma dia sendiri saja tinggal di hutan. Akhirnya Mamo Daba bilang nanti Babo Longa juga ikut sama-sama dengan Mamo Daba ke Ae Tungu.

· Dari situ sudah Mamo Daba singgung soal Babo Longa dan dengan sendirinya Babo Longa datang. Mereka-mereka yang buat sengsara Mamo Daba itu jengkel sekali waktu tau Hans mau urus Mamo Daba apalagi Hans dating urus Mamo kasih pindah, mereka jengkel sekali.

· Selama Mamo masuk di Erna dan minta Hans urus Mamo Daba, memang ada juga yang tidak percaya kalau Mamo Daba masuk di Erna, ada juga yang iri hati dengan Erna karena Mamo Daba datang di Erna, semua nenek moyang dating di Erna sampai kasih Erna Keris.

· Mamo Daba lebih dulu kasih keris di Erna sebelum urus dia, kasih pindah semuanya karena dia kasiha Erna yang banyak musuh, banyak yang tidak suka dia, supaya jaga dia karena Erna orangnya tenang, bisa jaga dengan baik kerisnya dan pergunakan dengan baik. Juga bukti bahwa selama ini itu benar adanya dan memang itulah Mamo Daba.

PESAN PRIBADI MAMO DABA LANDA – LANDA NGAGA

o Aku pesan kau, jaga fai kau, wiisia wengirua kai mera dowa no’o kau, demi ata tau re’e kai, tau susah kai, sengsara kai, iwa sena no’o kai, kau ma’e welu kai menga mesa. Susa sena kau no’o kai. Ma’e peme ata rugare. Percaya no’o kai. Aku tolo sawe ema, wiisia wengirua latu keluarga kita iwa sena no’o kai.

o Ema aku mbe’o kau na sarjana, kau PNS, nia kau eo ganteng, ata fai rewo demi tolo kau, kenal kau na ebe lei sawe fonga no’o kau, TAPI INGAT EMA!! Kau na latu fai, ma’e pati nia no’o ata fai erwo. Jelek-jelek ema kai na fai kau. Ma’e tau kesa ro ate kai.

o Ji’e sai ema tau tebo kai. Kau iwa ate dho no’o kai? Kami na Mamo Babo kau, kami maso leka tebo kai, tebo kai na ro lei sawe. Demi kau di tebo kai, joka kai, tau re’e kai, kau iwa ate dhoa? Aku ke ema tolo kau tebo kai senelu. Ji’e sai ema temu sai. Rejeki kau, are sepiri latu leka kai ema.

o Ema kau ma’e kaget demi wiisia wengirua, ata fai semulu fonga no’o kau, ebe peme kau to nikah, ina latu rencana ebe to pati haling miu. Miu hati-hati mbana mai, ka leka one ata, simo bara ngawu leka ata pati

o Wiisia kau gae lei sawe berngawu ata fai lei sawe, semulu ebe pati kau na, poke lei sawe leka ae mesi. Demi kau mbana tei ebe leka jala, ma’e pati nia, kau mbana masa bodoh. Demi ebe pai gare tawa no’o kau ma’e peme, ma’e sai kenal no’o ebe lei sawe.

o Miu urus sawe baru kai na iwa do rango, iwa do sengsara. Demi kau latu rejeki, kau urus rate kami leka Ae Tungu. Kami kobe leja renga uja, ae maso leka rate. Demi kai gharu pade, kau kolo ro, hai lima mo, longgo di ro, ina ma’e sai heran. Ina kami mai.

Demi ku mbe’o ema aku ro, ngange ku mbana sekolah, ngange ku welu ema. Ine so ngatu sura, nosi bu aku mai so’o lama. Aku so mai, iwa dowa sai, Menga tei rate meta. So gepa gae leka tana penga, ae luku mesu. Susah raka ke tebo aku ema, ola bogo kau ema ana kau ina. Ema, jasa kau ku la’e balas. Pu’u apa kau mbana nebu aku leka tana ata, nebu aku sekolah letu. Ngere bu ina ola muri aku no’o ine.
    • Facebook Comments
    Item Reviewed: NGGOI KEBA NGAKI RATE ( SEBUAH PERMENUNGAN ANA MAMO) Rating: 5 Reviewed By: Unknown