NGGOI KEBA NGAKI RATE ( SEBUAH PERMENUNGAN ANA MAMO)
RIWAYAT
TANDA-TANDA, PETUNJUK, PENGLIHATAN, MIMPI DAN PEMBICARAAN TENTANG NENEK
MOYANG DABA LANDA & amp; LONGA LANDA LANDA NGAGA – NGAGA WARA
MELALUI EMERENSIANA NUE SIL (Erna)
OLEH: ANA MAMO DARI NIA PASE LA'E TANI NDOPO NDORI WANGGE & DABA LANDA
SUMBER: REFLEKSI SENDIR : KESAKSIAN LO'O MENTRI FELIKS & LO'O ELISABETH : KESAKSIAN EDA BARI KANISIUS : KESAKSIAN PARA ANGGOTA IKATAN TENAGA DALAM MURNI (ITDM) MAUMERE
PRAKATA
Tulisan ini merupakan hasil permenungan dari penulis sendiri yang
mengalami lansung peristiwa kemasukan arwah nenek moyang Daba Landa dan
Longa Landa melalui tunangan penulis yang bernama Emerensiana Nue Sili
(ERNA). Dan dibantu dengan beberapa kesaksian dari orang-orang yang
sudah disebutkan di atas yang mana ikut terlibat langsung pada saat
peristiwa itu berlangsung.
Bagi pembaca, ini cuma sekedar
ulasan pribadi saja untuk dibaca saja. Percaya atau tidaknya itu kembali
kepada pembaca sendiri.
1. TANDA-TANDA AWAL
Ø
Sejak awal mula bertemu dengan Emerensiana Nue Sili (Erna) di rumahnya,
waktu itu dalam rangka acara piknik bersama, saya bertemu dengan
seorang gadis (Erna) sedang duduk di atas kubur di depan rumahnya.
Ketika melihat dia, terpancar cahaya putih melingkari wajahnya. Sepintas
saja saya melihatnya namun saya tidak terlalu memperdulikan hal
tersebut karena saya berpikir bahwa mungkin saya salah lihat atau
sekedar bayangan biasa saja. Itulah tanda awal yang paling pertama.
* Sakit- sakit yang aneh dan ganjil
Semenjak akrab dengan Erna, gejala-gejala aneh pun mulai
bermunculan yakni sakit dan derita yang aneh-aneh dan sulit di mengerti,
hanya bisa di yakini. Sakit-sakit aneh tersebut sepertinya timbul
tenggelam, hilang dan muncul dan lebih mengherankan lagi adalah kedua
kakinya selalu dingin setiap saat, setiap hari. Itulah tanda kedua.
Karena selalu mengalami sakit-sakitan dan derita yang aneh dan
ganjil serta timbul tenggelam, hilang dan muncul yang tak kunjung sembuh
maka saya membawa Erna kepada Om saya Bari Kanisius untuk meminta
bantuan pengobatan. Melalui perantaraan Om Bari, disampaikan petunjuk
bahwa Erna ketika berusia 25 tahun akan menalami Kemasukan Arwah Nenek
Moyang. Saya pun bertanya: Nenek Moyang dari siapa? Om pun menjawab
Nenek Moyang kita sendiri. Saya pun terdiam dan tersenyum sendiri seraya
memikirkan hal ini dalam hati. Itulah petunjuk dasar pertama.
3. PEMBUKA JALAN (Lo’o Lisa dan Lo’o Mentri Feliks, Arwah Nenek Moyang & ITDM)
Sakitnya semakin berat dan deritanya semakin menjadi membuat dia
rasanya mau mati saja. Saya pun pusing dan bingung juga sangat stress,
bagaimana caranya? Akhirnya diputuskan untuk berobat ke Lo’o Lisa dan
Lo’o Mentri Feliks. Di rumah inilah terjadi kontak antara Erna dengan
lo’o Lisa. Gejala-gejala yang di alami oleh Erna dengan sakit dan
penderitaannya ternyata juga dialami oleh lo’o Lisa. Dikatakan oleh lo’o
Lisa bahwa Erna sudah ada tanda-tanda kemasukan arwah. Akhirnya
diputuskan untuk datang berobat terus sampai sembuh.
4. KEMASUKAN
Waktu itu terjadi pada malam hari ketika saya membawa Erna ke rumah
Lo’o, Erna dalam keadaan sakit sekali sementara lo’o berdua sedang
melakukan pengobatan pada saat itulah terjadi kemasukan roh pada diri
Erna. Yang masuk pertama adalah Roh Nenek Moyang yaitu Daba Landa dari
Mole Kelisamba. Kisahnya begini, Waktu itu Erna sementara berontak
kesakitan sedangkan saya yang kebingungan duduk di samping dia sambil
memegang tangannya tiba-tiba masuklah Roh Nenek Moyang, Mamo Daba Landa
lalu lo’o Lisa bertanya ini dengan siapa dan Roh itu menjawab lewat diri
Erna dan mendorong saya dengan keras sehingga saya terpental jatuh dan
Roh itu berkata: Aku mai ghale Mole! Seketika itu juga spontanitas saya
langsung memanggil Mamo Daba! Begitu mendengar suara saya memanggil nama
Roh itu langsung badannya berbalik membelakangi kami semua. Saya
langsung mendekatinya memegang tangannya dan mendengar apa yang
dibicarakannya. Roh itu meminta agar dirinya segera dipindahkan
secepatnya ke Ae Tungu, Roh itu mengeluhkan sakit yang dia derita yakni
kepala dan badan semuanya sakit karena air masuk di dalam kuburnya.
Pada kesempatan yang berikutnya, ketika arwah dari Mamo Daba masuk
lagi, dia berteriak meminta kopi dengan kerasnya. Reaksinya masih sangat
marah tapi jika kita bertanya kepadanya maka dijawabnya dengan baik
sekali. Mamo bertanya kepada saya Kapan urus saya? Saya menjawab: Mamo,
saya uang belum ada. Dia bilang pinjam. Saya menjawab pula: baik kalau
Mamo mau Mamo harus dukung saya supaya cepat urus pinjam di Bank. Dia
biliang iya. Terus dia Tanya SK 100% saya kapan keluar? Saya bilang Mamo
saya tidak tahu, kamu sendiri yang tahu. Dia bertanya lagi pada saya
ini bulan berapa? Saya menjawab bulan Pebruari 2011. Dia mulai mengitung
bulan dengan jari tangannya kemudian dia berkata jangan sampai lewat
dari bulan April semua harus sudah beres.
Pada kesempatan
yang lain Erna juga mengalami kemasukan arwah dari neneknya Maria Pala,
Orang tua dari mamanya Erna. Dia berpesan khusus buat mamanya Erna
supaya sesekali datang ke kampung untuk bakar lilin di kuburnya. Pesan
itu disampaikan langsung kepada Om Nau (Om Kandung dari Erna) yang pada
kesempatan itu berada sewaktu Erna kemasukan arwah.
Pada
kesempatan lain juga, Erna mengalami kemasukan arwah yakni saudara
kandung dari Mamo Daba Landa yaitu Babo Longa Landa. Dia menyampaikan
permintaannya untuk ikut dipindahkan bersama dengan saudarinya ke Ae
Tungu.
Selain kemasukan dari para arwah, Erna juga
mengalami kemasukan dari roh jahat yang paling banyak adalah dari para
mantan-mantan pacar saya dulu. Mereka itu adalah Anastasya, Yuvina, dan
juga dari mantan pacar erna yakniyang lain.
5. PELAKSANAAN
Pencarian kubur Mamo Daba Landa dan saudaranya Longa Landa di Mole
Kelisamba tidaklah mudah karena melalui beberapa proses yang cukup rumit
dan membutukan ketabahan dan pengorbanan yang tidak sedikit baik dari
segi waktu maupun materi.
Pada tahap pertama, saya bersama
Om Bari dan adik saya Ray, adik Safrat dan Aldo, Dengan 4 motor kami
berlima keluar dari Maumere denan tujuan utama adalah Mole Kelisamba,
tapi jalan menuju ke Mole Kelisamba kami tidak tahu. Oleh karena itu
kami menuju ke Masebewa Ae Re’a, ke rumah nenek saya Martina Mono (anak
dari Logho Senda dari isteri kedua Sula Demu) yang kawin dengan suami
Polus, seorang Mosalaki di Masebewa, wilayah tanah Ndori. Setibanya kami
di situ, kami langsung menanyakan informasi mengenai kampung Mole dan
menceritakan maksud kedatangan kami. Akhirnya dicapailah kesepakatan
bahwa Om Anton dan Ame Lorens menjadi pemandu kami menuju ke kampung
Mole. Berangkatlah kami bertujuh dengan 4 motor menuju Mole yang
mengambil rute melalui kampung Wonda, mengikuti jalan besar menuju ke
bawah pantai besar Ma’u Basa, Hoba Tuwa menuju ke kampung Iliwodo lalu
mengambil jalan atas menuju ke kampung Mole.
Setibanya kami
di Mole, kami menuju ke rumahnya Bapak Soleman Setu yang adalah
Sekretaris Desa Masebewa. Kami tidak menduga bahwa Soleman Setu adalah
keturunan dari Mamo Daba Landa karena pada waktu itu belum diketahui
pasti. Ketika tiba di rumah bapak Soleman ternyata beliau sedang pergi
memindahkan sapinya. Akhirnya kami menuju ke rumah besar untuk bertemu
dengan Mosalaki Mole. Kami menjelaskan maksud kedatangan adalah untuk
mencari kubur dari Mamo Daba Landa dan menjalankan amanatnya. Ternyata
Mosalaki tersebut tidak mengetahui dengan pasti tentang riwayat Mamo
Daba yang dimaksudkan. Tetapi ada satu orang yang bernama Sato (seorang
dari keturunan Ana Mbete yakni dari Mbete Gadho, yang dahulunya tinggal
di watuneso, pernah menjadi ajudan pribadi dari Pater Yosef Theodorf
Visser, SVD), dia bertanya kepada saya, Daba itu orang tuanya siapa?
Saya hanya menjawab Dari namanya Daba Landa pasti orang tuanya bernama
Landa. Saya mulai menceritakan tentang penglihatan yang dialami oleh
Erna yang merupakan petunjuk bagi kami. Setelah mendengar itu dia pun
mengerti dan mulai berbisik kepada Mosalaki dan menceritakan tentang
siapa itu Daba Landa, ternyata Mamo Daba ini bersuamikan seorang
Mosalaki. Daba Landa adalah isteri kedua. Keturunan dari Daba Landa di
Mole ini adalah di Soleman Setu. Dari situlah baru kami ketahui bahwa
Soleman Setu adalah keturunan dari Daba Landa.
Karena
menunggu terlalu lama, bapak Soleman Setu belum juga datang akhirnya
kami pun segera pamit pulang dan berjanji akan datang kembali.
Berangkatlah kami menuju ke Masebewa. Kami makan bersama dan
membicarakan rencana selanjutnya dan menentukan waktu untuk datang
kembali. Setelah itu kami berlima pamit diri dan pulang kembali menuju
Maumere.
Setelah kurang lebih 1 minggu, Mamo Daba pun
datang lagi melalui Erna. Dia menyampaikan keluhannya dan kekecewaannya
bahwa dia begitu menantikan kedatangan kami sewaktu kami tiba di Mole.
Dia berharap sekali bahwa saat itu kami sempatkan diri untuk datang
berkunjung ke kuburnya dan membakar lilin di tempatnya, tetapi hal
tersebut tidak kami lakukan karena lokasi kuburnya kami tidak tahu dan
siapa yang menjadi anak dari nia pase lae dari keturunan Mamo Daba di
Mole juga kami tidak ketahui. Dalam dialognya Mamo Daba berkata: Miu na
aku napa, miu iwa ke mai…saya pun menjawab: Mamo, ma’e ate salah le no
kami eo bebo. Leka kunu kau na kami la’e ke tei rewo to pera rate kau
na. Kami baru mbana walo.
Pada tahap kedua, berangkatlah
kami 3 orang dengan masing-masing 3 motor yang terdiri dari saya, Om
Bari dan adik saya Ray dari maumere dengan tujuan utama adalah Mole
Kelisamba. Dalam rencana kami akan singgah terlebih dahulu di Masebewa
untuk menjemput om Anton. Setelah kami tiba di Masebewa, om Anton pun
segera mempersiapkan dirinya secepat mungkin lalu berangkatlah kami
berempat menuju Mole dengan mengambil rute mengikuti kampung Wonda, Hoba
Tuwa, Ma’u Basa, Ili Wodo. Ketika tibanya kami di Mole, berjalanlah
kami langsung menuju ke rumah bapak Soleman Setu. Kami telah mendapat
informasi bahwa bapak tersebut adalah keturunan langsung dari Mamo Daba
di Mole. Setelah tiba di rumah bapak Soleman kami disambut oleh tuan
rumah.
Dalam pertemuan itu, saya mulai bercerita tentang
maksud kedatangan kami ke Mole, saya mulai bercerita: Kami ini datang
untuk mencari tahu di mana kuburnya nenek moyang kami yang bernama Daba
Landa dan siapa saja keluarganya. Karena menurut cerita orang tua kami
bahwa Mamo Daba ini meninggal dan dikuburkan di Mole. Kami datang untuk
mencari tahu terlebih dahulu karena ada amanat langsung dari Mamo Daba
yaitu Dia ingin dipindahkan ke kampung Ae Tungu bersama dengan suami dan
anaknya. Karena saat ini saya sudah mempersatukan semua tulang belulang
dari nenek moyang saya sementara yang masih kurang adalah Mamo Daba.
Mamo Daba adalah isteri pertama dari Tani Ndopo dari kampung, Ae Tungu.
Tetapi sejarahnya bagaimana sampai Mamo Daba ini bisa ada di Mole sampai
meninggal di Mole saya sama sekali tidak tahu. Ada petunjuk tentang
kuburnya Mamo Daba ini melalui penglihatan yang dialami oleh tunangan
saya Emerensiana Nue Sili (Erna), penglihatannya itu begini: Siang itu
ketika dia sedang sendiri di kamar, dalam roh dia seperti di bawa oleh
dua orang tua laki-laki. Seperti terbang rasanya. Mereka orang tua (Tani
Ndopo – Haki Daba Landa, no’o Dawa Tani – ana Tani Ndopo no’o Daba
Landa), mereka memegang kedua tangan saya, yang seorang di sebelah kanan
dan yang seorangnya lagi di sebelah kiri. Mereka membawa saya menuju ke
sebuah kampung secepat kilat, seperti terbang saja. Mereka tiba di
sebuah kampung (Audoa) yang dia tidak tahu namanya. Setelah itu mereka
berjalan kaki menurun ke arah bawah menuju ke sebuah kampung lain lagi
(Mole) yang juga dia tidak tahu namanya. Sesampainya di kampung (Mole)
terlihat hamparan padi, tempatnya itu begitu dingin, sejuk nyaman
ternyata itu adalah Nua Mole Kelisamba, kampung asal mula Ine Pare
mereka membawa dia itu berpakayan putih semua, mereka itu adalah bapak
dan anak. Bapaknya (Tani Ndopo) di sebelah kanan dan anaknya (Dawa Tani)
di sebelah kiri. Setibanya mereka di bawah kampung Mole, bapak dan anak
tersebut langsung menghilang dengan tiba-tiba dan muncul seorang nenek
tua (Mamo Daba Landa) berpakayan yang sudah kelihatan lusuh dan
robek-robek, rambutnya dikonde, dia mengajak erna keluar dari kampung
itu ke sebelah atas yang mana terasa jalannya semakin mendaki. Mereka
berdua berjalan masuk menuju ke sebuah kebun yang kelihatannya seperti
hutan. Jalan tersebut adalah sebuah jalan setapak dan ada persimpangan
jalan menuju ke sesuatu. Di depan saya terlihat ada dua buah kubur
terbuat dari batu dan dijaga oleh dua buah tombak. Dalam certia itu saya
menegaskan kepada bapak Soleman bahwa kuburnya di luar kampung!!, jalan
itu seperti jalan mau ke kebun tetapi kuburnya agak masuk ke dalam dari
jalan tersebut. Kuburnya itu dari batu-batu ceper dulu. Setelah saya
menyampaikan itu, lantas saya bertanya kepada bapak Soleman, bagaimana
bapak setelah mendegar cerita tadi? Apakah benar atau tidak? Bapak itu
menjawab: Benar!!
Karena sudah merasa yakin dengan
keterangan yang diberikan oleh bapak Soleman, saya menusulkan untuk
segera mengunjungi kubur tersebut karena mengingat pesan sebelumnya
bahwa Mamo tunggu kami di rumahnya..Kami semua segera bangun
meninggalkan rumah bapak Soleman, berjalan menuju ke empat
peristirahatan terakhir dari Mamo Daba. Kami berjalan kurang lebih
setengah kilo, dengan sedikit tanjakan menuju ke pusara yang tak
bernama. Lokasi pusaranya sangatlah memprihatinkan. Dari kejauhan kita
memandang, timbul pertanyaan besar dalam hati dan kepala kita…Daba Landa
seorang iseri dari Mosalaki meskipun sebagai isteri yang kedua
selayaknya mendapatkan tempat dan prosesi pemakaman sebagaimana lazimnya
upacara pemakaman seorang isteri Mosalaki menurut tata upacara adat
istiadat Lio. Tapi ini?? Daba Landa, pusaranya berada di luar kampung,
di hutan, di kebun, di antara pohon-pohon kemiri dan pohon-pohon
lainya..betapa sedihnya hati saya yang melihatnya.. Kenapa Mamo saya ada
di sini?? Kenapa kamu yang bilang keturunan dari Mamo Daba di Mole
tidak tersentuh hatinya?? Tapi di balik keprihatinan itu saya melihat
dan merasakan gambaran tentang ketegaran dan ketabahan yang terlihat
dari sebuah batu besar yang menjadi penahan kuburnya Mamo Daba dan
saudaranya Longa Landa selama kurang lebih 2 setengah abad. Batu itu
sangat kokoh berdiri, dari tahun ke tahun dengan setia menjadi penahan,
penyangga kedua kubur nenek moyang saya. Rasa kagum dan haru bercampur
aduk dalam hati saya menyaksikan itu. Berikut ini dapat dilihat beberapa
foto yang sempat diambil dari lokasi kuburnya Mamo Daba Landa. Gambar
tersebut di foto oleh Ana Mamo Ana Dari Nia Tani Ndopo Tuka Daba Landa
Ray Naff melalui handphone selulernya bermerek Nokia CS2
Saya, Om Bari, Ame Lorens, Ka Beni Seni, dan Bapak Soleman Setu, di pusara tak bernama yang terlupakan Daba Landa.
Dalam canda tawa, dalam kelegaan telah berhasil menemukan pusara tak bernama yang hilang 2 setengah abad yang silam.
Ditopang oleh sebuah batu besar yang menjadi wadas pusara dua bersaudara Daba Landa dan Longa Landa
Inilah Wajah Ana Mamo yang mencari pusara tak bernama Daba Landa
Ana Dari Nia Pase La’e Tani Ndopo Tuka Daba Landa, Ae Tungu, pelaksana Amanat Leluhur Daba Landa
Engkau yang dulu terlupakan.. kini bersinar teranglah…Ana Mamo, Ana Dari Nia sudah datang…
Lilin sudah menyala…amanat harus dijalankan!!!
Wajah Bapak Soleman Setu, sebagai Ana Dari Nia Pase La’e Daba Landa Di Mole
Setelah kami selesai menyalakan lilin di atas pusara Mamo Daba hati
saya timbul firasat karena mengingat sesuai dengan penglihatn yang
dialmi oleh Erna bahwa ada 2 kubur distu yang dijaga dengan tombak!
Akhirnya saya melihat ke samping ada baberapa batu-batu yang sudah
tertanam cukup dalam sehingga tidak lagi kelihatan. Firasat dalam hati
saya mengatakan bahwa itu kubur! Dan pastinya kubur dari saudaranya Mamo
Daba Landa yakni Babo Longa Landa. Akhirnya saya memberanikan diri
untuk bertanya kepada bapak Soleman, apakah ini yang di samping adalah
juga sebuah kubur?? Karena saya melihat ada beberapa batu yang
sepertinya batu yang membentuk sebuah kubur. Tapi bapak Soleman berkata
bahwa itu bukanlah kubur. Di sini hanyalah kubur ini yaitu kubur Daba
Landa. Saya pun terdiam saja tidak bisa memastikan kebenarannya. Tetapi
dalam hati saya meyakini bahwa itu adalah kubur yakni kuburnya Longa
Landa.
Setelah kurang lebih 2 jam kami berada di sekitar
pusara Daba Landa, akhirnya kami semua berpamitan dengan penghuni pusara
untuk pulang kembali menuju rumah bapak Soleman. Di rumah bapak Soleman
kami berbicara menyangkut penentuan hari H untuk pelaksanan penggalian
kubur tersebut. Dalam pembicaraan itu kami menyarankan bahwa dari pihak
keluarga bapak Soleman berembuk dan bermusyawarah bersama secara intern
terlebih dahulu dan tentukan tanggal berapa kami bisa datang lagi untuk
mendegar keputusan mereka dan menentukan rencana selanjutnya. Setelah
semuanya disepakati demikian, tibalah waktunya bagi kami untuk pamit
kembali menuju Maumere, kaetika kami hendak keluar dari rumah tiba-tiba
masuklah seorang bapak haji mengenakan peci putih, dia adalah adik
kandung dari bapak Soleman Setu. Nama bapak haji itu adalah Naszrul.
Dari perwakannya orangnya kelihatan berwibawa. Beliau berjabatan tangan
dengan kami semua dan terpaksa kami harus duduk kembali untuk beberapa
menit. Dia berkata: Baik sudah kita 50% Katolik, 50% Islam, urus cepat
sudah jangan lama-lama. Dengar perkataan yang keluar dari mulut bapak
Naszrul itu kami semua yang ada itu menjadi senang karena kami merasa
bahwa dari pihak keluarga di Mole mendukung sepenuhnya amanat dari Mamo
Daba Landa.
Akhirnya kami pun segera berpamitan karena hari
sudah menjelang sore. Seperti biasa melewati jalan yang sama kami
menuju ke Masebewa untuk beristirahat sejenak dan makan malam. Setelah
selesai makan malam kami beriga pulang dengan tiga 3 motor menuju ke
Maumere.
OLA NA’U MAMO DABA LANDA – LANDA NGAGA PATI ANA MAMO HANS TANI NDOPO
1. Tidak boleh menghina Erna, apalagi menyinggung dari ujung kaki
sampai rambut, itu sama saja menghina tebo Mamo. Kalau Erna bau atau apa
yang aneh boleh tegur tapi dengan baik dan jangan salah kata. Kalau
Erna susu kencang atau besar itu juga jangan lagi ganggu karena Erna ini
susu bukan hanya dia sendiri tapi dengan Nenek Moyang yang lain.
2. Setiap hari minggu harus ke Gereja, INGAT ITU!! Kecuali ada
urusan penting hari itu baru tidak ke Gereja atau sakit. Tidak boleh
terlambat ke Gereja. Jika tidak ke Gereja nanti malam akan langsung
dapat teguran.
3. Setiap kali pulang kerja atau dari tempat
jauh ketika mau makan harus cuci tangan dului. Saat berada di atas
motor tiba-tiba ada SMS atau telfon masuk sebaiknya berhenti dulu,
jangan pernah menerima telfon dan membalas SMS pada saat di atas motor
yan sedang berjalan .
4. Tidak boleh lagi lari motor
ngebut- ngebut. Setiap pulang dari Hebing, INGAT!! Tidak boleh lari
terus lagi, harus berhenti sedikit, boleh lari terus kecuali ada urusan,
jika tidak lari pelan-pelan saja dan istirahat. Jangan paksa diri nanti
sakit satu kali parah memang. Jadi sebaiknya atasi dari sekarang.
5. Harus doa memohon ampun atas segala salah dan dosa pribadi
selama ini baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, karena saya
beitu banyak salah.
6. Harus doa seperti dulu lagi, jangan
pernah putus doanya, biar capeh, biar sibuk sempatkan diri untuk berdoa.
Doa pagi selalu ucapkan syukur atas semua yang diberikan, yang sudah
didapatkan, dijalankan dan yang sudah dinikmati hingga saat ini.
Bersyukur atas umur yang panjang hingga pagi hari yang indah itu, Tuhan
masih beri kesempatan untuk kita menghirup udara di pagi hari yang indah
itu, masih berkumpul bersama semua keluarga, bersama dia yang saya
kasihi.
7. Sampai kapan pun sekecil uang yang saya
dapatkan, biar Cuma 5 ratus rupiah sekalipun kasih Erna yang pegang dan
simpan. Pulang dan pulang kasih di tangan Erna. Erna harus cium uang
dari saya dan bersyukur pada Tuhan dan Arwah Nenek Moyang. Jika butuh
baru beritau dan sama-sama urus semuanya. Jika ribut, saya tidak boleh
memang angkat motor jalan saya punya, pecahkan barang-barang,
banting-banting ini itu, cukup saya masuk kamar dan tidur, itu saja.
Juga sebaliknya Erna biar nggoti tapi jangan keluar rumah.
8. Kita harus selalu jaga nama baik kita masing-masing di keluarga kita.
Saya jaga nama baik Erna di keluarga saya dan Erna juga jaga nama baik
saya di keluarga dia. Meski kita ribut sekalipun, di hadapan orang lain
atau siapapun tidak boleh kita memperlihatkan itu semua, cukup di antara
kita berdua saja. Jadi kalau lagi rebut sebaiknya jangan dulu ketemu
orang. Sebaiknya kita di rumah masing-masing dulu, sudah baikan baru
keluar rumah.
9. Tidak boleh pukul sampai kapan pun apapun
yang terjadi, tidak boleh naik tangan, jika Erna ada salah dan saya
marah jangan lagi saya pukul Erna dan masa bodoh dengan dia lagi seperti
yang sudah terjadi. Marah tetap marah tetapi kebiasaan, status,
kebutuhan dan semuanya tetap seperti biasanya. Jika saya marah dan keras
maka Ernayang harus mengalah juga sebaliknya.
10. KITA MASING-MASING AKAN SUSAH JIKA KITA BUAT YANG ANEH-ANEH!!!!
11. Mereka Nenek Moyang akan marah sekali jika kita buat yang aneh-aneh.
12. Mulai dari sekaran harus jujur apapun itu, tidak boleh bohong
dan rahasia-rahasia segala. Dengar dan ikuti kata Erna. Tanya Erna dulu
dan minta ijin sama dia. Segala sesuatu harus beritahu sama Erna mulai
dari sekarang. Juga sebaliknya.
KISAH SENGSARA DABA LANDA-LANDA NGAGA
* Kami imu rua ke, tei miu mai lei sawe tau jemput kami, Daba
Landa-Landa Ngaga no’o Longa Landa. Kami mera leka Ae Tungu, mata leka
Mole Kelisamba. Semulu kami lewa sawe. Leja ina kami bale walo leka Ae
Tungu, ola muri kami leka Ae Tungu.
* Susah bai raka aku
gha Mamo Daba, du aku ambo mbana. Aku ro du raka mata, rate leka tana
ata. Renga uja no’o raki seregu. Ata iwa alo sala, welu aku menga mesa
du raka mata.
* Ebe leka Mole pati ka aku ngere lako. Lako
di so’o bheri se lo’o. Menga teki lebo ola ka aku. Aku wiki ola ka aku
no’o ke. Aku ro du raka mata. Longa tau urus aku, jaga aku, ate dhoa
no’o aku. Ro aku gha du raka mata. Aku ke kera ata iwa peme selo’o. Sia
kobe aku gha sengsara du’a ke.
* Demi aku we’e no’o ebe
leka Mole, ebe joka aku, tebo aku, nijo ae lura leka nia aku gha. Ebe
nosi aku gha wau, iwa rio, ngere ata mata. Aku paru roke leka uma, menga
ka uwi kaju meta no’o horo. Ebe pati ka aku di menga teki lebo no’o
piri bele. Aku mbana seru we wiki ola ka aku. Aku gena Una no’o Buru
Kate raka aku mata.
* Semulu aku mera leka Ae Tungu. Aku
kema uma leka Ae Tungu no’o Mole Kelisamba. Aku to bhale leka Ae Tungu,
ebe leka Mole iwa pio. Ebe PAKSA aku haki walo supaya wi’I sia wengirua
aku mata, latu keturunan aku leka Mole to tau urus uma no’o latu tanah
aku leka Mole. Sawe ina Haki aku TANI NDOPO NDORI WANGGE to mbana wiki
aku leka Mole di ebe IWA PIO, menga Aji aku Longa Landa mbana mera no’o
aku leka Mole du raka mata
* Selama aku gha mata rate leka
Mole Kelisamba, iwa latu ata mai gae rate aku, daki lilin leka rate aku,
iwa latu to tau permisi, to tau pai aku. Aku menga dari tolo we’e no’o
ke.
* Aku na rango, tebo aku keta lei sawe gena ae uja. Aku
susah raka ke leka Mole. Ka di menga uwi kaju. Lambu no’o lawo di wira
sawe. One aku di ae maso nebu aku sementara roke.
RAMALAN, MIMPI DAN PENGLIHATAN EMERENSIANA NUE SILI (ERNA)
TENTANG HUKUMAN BAGI ORANG MOLE KARENA TIDAK IJIN DAN
MENGHALANG-HALANGI PENGGALIAN TULANG DABA LANDA - LANDA NGAGA DAN LONGA
LANDA
* Erna bermimpi, ada satu kampung terbakar semuanya
terutama rumah Kepala Desa terbakar habis. Ketika sedang terbakar muncul
bulan purnama, bulannya berwajah manusia dan di sampingnya ada tiga (3)
cahaya kecil, berbentuk lingkaran, ada tulisan di sampai cahaya itu.
* Semua orang terkena potongan api hanya Erna yang tidak kena
sedikit pun. Erna pakai dengan Rosarionya. Yang keluar hanya Erna
sendiri sdangkan yang lainnya habis terbakar. Kebakaran itu berasal dari
hutan di luar kampung itu.
* Api itu muncul dari sebuah batu bsar sekali, dari bawah dihembuskan api itu, rumah yang dekat itu hancur semuanya.
* Babo Longa Landa masuk di badan Erna dan berkata bahwa
punggungnya sakit. Lalu ibu jari kakinya juga sakit karena kena Tambi
(cangkul) sewaktu gali kuburnya mereka berdua untuk ambil tulangnya
mereka sendiri. Babo Longa berkata bahwa kubur itu di dalamnya sudah
kosong sama sekali dan tidak ada yang tersisa sedikit pun tulang-tulang
mereka. Orang Mole akan kena hukuman Hujan angin dan kelaparan.
KISAH PENGLIHATAN EMERENSIANA NUE SILI (ERNA)
v Siang itu ketika saya sedang sendiri di kamar, dalam roh saya
seperti di bawa oleh dua orang tua (Tani Ndopo – Haki Daba Landa, no’o
Dawa Tani – ana Tani Ndopo no’o Daba Landa), mereka memegang kedua
tangan saya, yang seorang di sebelah kanan dan yang seorangnya lagi di
sebelah kiri.
v Mereka membawa saya menuju ke sebuah
kampung secepat kilat, seperti terbang saja. Kami tiba di sebuah kampung
(Audoa) yang saya tidak tahu namanya. Setelah itu kami berjalan kaki
menurun ke arah bawah menuju ke sebuah kampung lain lagi (Mole) yang
juga saya tidak tahu namanya. Sesampainya di kampung (Mole) terlihat
hamparan padi, tempatnya itu begitu dingin, sejuk nyaman ternyata itu
adalah Nua Mole Kelisamba, kampung asal mula Ine Pare mereka membawa
saya itu berpakayan putih semua, mereka itu adalah bapak san anak.
Bapaknya (Tani Ndopo) di sebelah kanan dan anaknya (Dawa Tani) di
sebelah kiri. Setibanya kami di bawah kampung Mole, bapak dan anak
tersebut langsung menghilang dengan tiba-tiba dan muncul seorang nenek
tua (Mamo Daba Landa) berpakayan yang sudah kelihatan lusuh dan
robek-robek, rambutnya dikonde, dia mengajak saya keluar dari kampung
itu ke sebelah atas yang mana terasa jalannya semakin mendaki. Kami
berjalan masuk menuju ke sebuah kebun yang kelihatannya seperti hutan.
Jalan tersebut adalah sebuah jalan setapak dan ada persimpangan jalan
menuju ke sesuatu. Di depan saya terlihat ada dua buah kubur terbuat
dari batu dan dijaga oleh dua buah tombak (Tombak menurut mata orang
hidup tetapi sebenarnya itu adalah KERIS PUSAKA, senjata. Keris itu ada
dua buah, yang berukuran kecil dan berkelok, gagangnya terbuat dari
taring gigi babi hutan jantan besar lengkap dengan sarungnya, telah ada
ditangan saya sendiri. Sedangkan yang satunya lagi berukuran agak besar,
mirip pisau, gagangnya terbuat dari tanduk kerbau pertama tangga di
Sa’o Ria Ae Tungu dan di pegang oleh Suami dari Daba Landa yakni Tani
Ndopo Ndori Wangge.
v Banyak daun-daun yang berjatuhan di
atas kubur tersebut. Kuburnya terbuat dari batu yang tersusun dengan
rapi tetapi sudah lubang-lubang sehingga pada saat hujan air dapat masuk
ke dalam kubur tersebut. Ini adalah cerita penglihatan yang pertama.
v Saya melihat waktu itu saya ke Ae Tungu dengan kalian semua, saya
baru selesai nikah Gereja dengan Hans dank e Ae Tungu urus Adat lagi.
Ketika malamnya kita sementara tidur Mamo Daba kasi bangun saya suruh
saya pergi ke kubur besar. Saya ikut saja sampai di kubur besar Mamo
Daba suruh saya buka batu besar itu lalu saya pun buka dan muncul sinar
di dalam kubur itu. Babo Mamo suruh saya ulurkan tangan ke sinar itu,
saya pun ulurkan tangan dan tangan saya pegang di Keris yang besar dan
panjang. Babo Mamo suruh saya angkat dan tutup lagi batunya. Saya juga
ikut saja kata mereka. Terus saya Tanya buat apa ini keris? Mereka jawab
itu Buat Kau!, lalu saya bilang tapi saya sudah ada satu juga? Mereka
jawab iya dan tambah lagi satu dan genap. Kami sudah tua semua, sekarang
kau yang pegang sudah ini keris dan jaga baik-baik.
v Saya
masih bingung tapi saya terima saja. Saya pamit mau masuk dan tidur
lagi tapi Babo Mamo bilang jangan, tidur di sini saja. Akhirnya saya pun
tidur disitu sampai pagi. Pas painya ada anak perempuan disitu yang
lihat dan kaget lihat saya tidur di kubur itu. Dia berteriak dan semua
keluar dengan mata mengantuk terutama Hans. Hans langsung kasi bangun
saya yang sementara tidur dengan sarung. Saya pun bangun dan Hans ajak
saya masuk ke dalam rumah. Mereka semua duduk melinkar dan mau dengar
cerita saya. Akhirnya saya cerita semua sampai saya tidur di situ.
Selesai cerita saya angkat keris yang taruh di dalam sarung, saya
langsung buka di hadapan semuanya dan bersinar kerisnya dan panjang,
gangangnya warna agak coklat, langsung spontan saya Kemasukan Arwah
Nenek Moyang dan keluarlah suara Babo Mamo mereka semuanya, mereka
bilang semuanya dari Ae Tungu, Mole, Wolobheto, Wolonio, Wololele A
pokoknya semua keluarga kita pusatnya di saya dan saya yang pegang
Kerisnya. Jadi ada apa-apasemuanya lari ke saya, Tanya di saya dan omong
dengan saya.
v Begitu saya tersadar Hans langsung peluk
saya juga dengan mama Hans. Akhirnya saya panggil Om Bari, Ray, Hans dan
Kakak Beni, kita turun ke bawa kampong cari sapi, Babo Mamo ada ikat
sapi di kebun untuk kita potong makan. Akhirnya kita dapat sapinya dan
bawa ke Ae Tungu. Kita makan sama-sama. Tapi saya tidak boleh sentuh
maksudnya tidak boleh masak. Saya duduk saja pakai dengan sarung. Saya
duduk di atas batu besar.
v Akhirnya mama Hans panggil saya
mau kasih makan, saya msuk ke rumah dan saya yang panggil mereka semua
baru kita makan. Selesai makan saya tidur dan baring dip aha Hanssamapi
nyenyak. Hans dan yang lainya mete sampai pagi. Esoknya bangun pagi saya
dapat bisikan lagi suruh buka itu kubur besar dan saya pun buka lagi,
semua nenek moyang semuanya yang sudah punya tempat masing-masing di
kubur itu kasih saya sarung satu-satu
MIMPI EMERENSIANA NUE SILI (ERNA)
Saya pakai baju coklat dan celana pendek coklat, sandal hitam,
rambut podi. Saya menghilang selama semingu. Saya tersadar ada di kebun,
di kampung Nggela. Saya turun dari kebun ke kampong dan bertemu dengan
satu orang bapatua dan bertanya: ini kampung apa? Bapa itu menjawab
kampong Nggela. Tapi saya masih tidak percaya karena saya takut dia
tipu. Saya berjalan lagi dan mencari biara meskipun saya benci seklai
dengan suster dan tidak sudi injak biara tapi mau tidak mau saya harus
ke biara karena seorang suter tidak mungkin berbohong.
Akhirnya saya ke biara itu dan sampai di sana saya masuk dan
menceritakan semuanya dan bertanya kepada Sr pemimpin ini kampong apa?
Jwab Sr itu ini kampung Nggela.
Ambil pikul dengan tulang
dua-duanya, kami putar ke sebelah naik ke atas terus sampai di atas pas
ayam berkokok mau pagi. Saya berdiri pas di kubur besar, tapi ada satu
mama yang lihat dan dia panggil suaminya, mereka Tanya saya siapa? Saya
langsung taruh tahan tulang di atas batu dan cekak pinggang beritau kalu
saya adalah Mamo Daba Landa . Aq Daba Landa fai pertama Babo Tani. Miu
tolo sai rate aku leka ina iwa latu apa-apa. Ina aku mai to welu took
aku. Aku na mata leka Mole Kelisamba, langsung Mamo Daba tunjuk ke bawah
arah Mole. Seketika itu juga suami isteri itu bantu dorong batunya dan
saya sendiri yang isi tokonya masing-masing. Lalu saya Tanya bagaimana
dengan Kerisnya? Mamo bilang taruh dulu di situ tunggu Hans datang dulu
baru ambil kembali dan tunjuk. Akhirnya saya masuk istirahat. Badan saya
lumpur semua, kotor sekali, tangan saya patah, kaki luka semua karena
Mamo itu sakit luka sampai terkupas semua kulitnya.
Saya
seluruh badan terkupas semua dan bau sekali, itu adalah badan Mamo.
Tangan saya patah karena mereka tolak Mamo, buat Mamo macam binatang.
Mereka bukan hanya makan pakai lempar tapi makanan itu sudah jatuh di
tanah baru Mamo ambil makan. Ebe iwa ate dhoa no’o aku, ro aku du raka
mata, aku ke kera ata iwa peme se lo’o. Sia kobe aku gha sengsara du’a
ke.
Saya hari itu juga lamngsung pulang dengan oto ke sini
dan langsung ke rumah Hans. Mereka antar sampai di lorong depan. Sampai
di sana saya turun bayar tapi mereka bilang tidak usah. Saya bilang
terima kasih banyak. Saya jalan pake seret ke rumah Hans. Saya dorong
pintu dan langsung pintu terbuka dan saya terjatuh di lantai, langsung
Prili panggil Hans dan waktu itu Hans sementara doa. Prili bilang, dede,
bibi erna dating. Hans langsung bangun dank e depan. Lihat saya tidur
di lantai Hans langsung peluk cium dan saying saya berkali-kali,
sandarkan saya di pangkuannya. Saya bilang saya lapar. Suda satu minggu
saya tidak makan, akhirnya mama Hans cepat ambil makan dan suap saya.
Hans langsung telfon om Bari dan om Bari pun datang. Pas om datang saya
beritau kalau saya lapar sekali. Sedih sekali kalian semua lihat saya.
Habis makan Hans gendong saya ke kamar. Saya tidur dan Hans duduk di
kursi jaga saya sampai pagi.
Saya bangun, lalu mama Hans
bersihkan lukanya, darahnya dan obat dengan minyak. Siangnya kalian
antar saya pulang ke rumah. Sampai di rumah saya, bapak dan mama saya
kaget lihat Hans gendong saya dan langsung baringkan saya di sofa dan
Hans ceritakan semuanya. Orang tua saya juga hampir menangis . Bapa saya
sempat bilang terima kasih banyak buat Hans.
CERITA MAMO DABA LANDA SAMPAI TERJADINYA PINDAH TULANG DARI MOLE - KELISAMBA KE AE TUNGU – WOLOLELE A LISE NGGONDE RIA
· Waktu itu Mamo Daba sementara sakit setengah mati, sementara
lapar lagi dan sengsara sekali. Dia menangsi dan sedih sekali. Dia keluh
kesah di saudaranya Babo Longa Landa. Dia bilang kita ini mau harap
siapa lagi e, yang mau datang lihat kita dua, urus kita ini, sementara
kita ada di hutan begini?
· Mereka dua duduk omong-omong di
atas kubur mereka di Mole, akhirnya ketika yang pas Hans sekeluarga
dengan kakak Anton sekeluarga urus pindahkan tulang-tulang Babo Tani
sekeluarga, Mereka dua sempat dengar dan sempat lari ke Ae Tungu di sana
mereka hanya lihat berdiri dari jauh, mereka lihat semua kalian
sementara urus pindah tulang semuanya satu persatu. Begitu terakhir
mereka dua punya yang tidak ada.
· Mamo Daba lihat dengan
menangis. Dia sedih sekali karena tidak ada yang tahu di mana ratenya
dan tidak ada yang tahu tentang dia dan kisah hidupnya.
·
Dia kembali ke Mole dengan menangis, bersama saudaranya Longa. Pada saat
Hans sekeluarga pulang ke Maumere itulah Mamo Daba ikut Hans sampai di
sini tapi dia belum beri tanda-tanda. Dia sampai di rumah Hans dia lihat
semuanya..
· Ketika Erna mulai sakit-sakitan lagi, juga
kami sering ke om Bari untuk berobat, Mamo Daba juga ikut. Ketika cek di
om Bari ada petunjuk dari Babo Logho bilang Erna nanti akan Kemasukan
Arwah Nenek Moyang pada saat umur 25 tahun. Dari situlah Mamo Daba cari
waktu dan bagaimana supaya bisa masuk di Erna dan omong semuanya. Ketika
kami berobat di Lo’o Lisa dan Lo’o Menteri Feliks saat itulah Mamo Daba
Masuk dan ceritakan maksud dia bahwa dia minta supaya dipindahkan ke Ae
Tungu bersama dengan suami dan anaknya.
· Setelah itu Mamo
Daba pulang dan sampaikan kepada saudaranya Babo Longa bahwa Mamo nanti
akan di bawa ke Ae Tungu. Akhirnya Babo Longa bilang kalau Mamo Daba di
bawa ke Ae Tungu nanti bagaimana dengan dia Cuma dia sendiri saja
tinggal di hutan. Akhirnya Mamo Daba bilang nanti Babo Longa juga ikut
sama-sama dengan Mamo Daba ke Ae Tungu.
· Dari situ sudah
Mamo Daba singgung soal Babo Longa dan dengan sendirinya Babo Longa
datang. Mereka-mereka yang buat sengsara Mamo Daba itu jengkel sekali
waktu tau Hans mau urus Mamo Daba apalagi Hans dating urus Mamo kasih
pindah, mereka jengkel sekali.
· Selama Mamo masuk di Erna
dan minta Hans urus Mamo Daba, memang ada juga yang tidak percaya kalau
Mamo Daba masuk di Erna, ada juga yang iri hati dengan Erna karena Mamo
Daba datang di Erna, semua nenek moyang dating di Erna sampai kasih Erna
Keris.
· Mamo Daba lebih dulu kasih keris di Erna sebelum
urus dia, kasih pindah semuanya karena dia kasiha Erna yang banyak
musuh, banyak yang tidak suka dia, supaya jaga dia karena Erna orangnya
tenang, bisa jaga dengan baik kerisnya dan pergunakan dengan baik. Juga
bukti bahwa selama ini itu benar adanya dan memang itulah Mamo Daba.
PESAN PRIBADI MAMO DABA LANDA – LANDA NGAGA
o Aku pesan kau, jaga fai kau, wiisia wengirua kai mera dowa no’o
kau, demi ata tau re’e kai, tau susah kai, sengsara kai, iwa sena no’o
kai, kau ma’e welu kai menga mesa. Susa sena kau no’o kai. Ma’e peme ata
rugare. Percaya no’o kai. Aku tolo sawe ema, wiisia wengirua latu
keluarga kita iwa sena no’o kai.
o Ema aku mbe’o kau na
sarjana, kau PNS, nia kau eo ganteng, ata fai rewo demi tolo kau, kenal
kau na ebe lei sawe fonga no’o kau, TAPI INGAT EMA!! Kau na latu fai,
ma’e pati nia no’o ata fai erwo. Jelek-jelek ema kai na fai kau. Ma’e
tau kesa ro ate kai.
o Ji’e sai ema tau tebo kai. Kau iwa
ate dho no’o kai? Kami na Mamo Babo kau, kami maso leka tebo kai, tebo
kai na ro lei sawe. Demi kau di tebo kai, joka kai, tau re’e kai, kau
iwa ate dhoa? Aku ke ema tolo kau tebo kai senelu. Ji’e sai ema temu
sai. Rejeki kau, are sepiri latu leka kai ema.
o Ema kau
ma’e kaget demi wiisia wengirua, ata fai semulu fonga no’o kau, ebe peme
kau to nikah, ina latu rencana ebe to pati haling miu. Miu hati-hati
mbana mai, ka leka one ata, simo bara ngawu leka ata pati
o
Wiisia kau gae lei sawe berngawu ata fai lei sawe, semulu ebe pati kau
na, poke lei sawe leka ae mesi. Demi kau mbana tei ebe leka jala, ma’e
pati nia, kau mbana masa bodoh. Demi ebe pai gare tawa no’o kau ma’e
peme, ma’e sai kenal no’o ebe lei sawe.
o Miu urus sawe
baru kai na iwa do rango, iwa do sengsara. Demi kau latu rejeki, kau
urus rate kami leka Ae Tungu. Kami kobe leja renga uja, ae maso leka
rate. Demi kai gharu pade, kau kolo ro, hai lima mo, longgo di ro, ina
ma’e sai heran. Ina kami mai.
Demi ku mbe’o ema aku ro,
ngange ku mbana sekolah, ngange ku welu ema. Ine so ngatu sura, nosi bu
aku mai so’o lama. Aku so mai, iwa dowa sai, Menga tei rate meta. So
gepa gae leka tana penga, ae luku mesu. Susah raka ke tebo aku ema, ola
bogo kau ema ana kau ina. Ema, jasa kau ku la’e balas. Pu’u apa kau
mbana nebu aku leka tana ata, nebu aku sekolah letu. Ngere bu ina ola
muri aku no’o ine.