Logo

Logo
Latest News
Thursday, June 27, 2013

RUMAH ADAT LIO DAN FILOSOFINYA


(Sa'o Ria Tenda Bewa / One Hubu Bewa)

Jakarta, 24/01/2012
Penulis: Marlin Bato
Sumber: Kamus Oxford, EZ Halim, Jhon mansford Prior dan Stein Kristiansen (Traditional houses and duties of Musalaki), P. Paul Arndt SVD. dalam bukunya berjudul "Du'a Ngga'e Wujud Tertinggi Masyarakat Suku Lio Flores tengah.
Sumber Lisan: Bpk. Rafael Bata Demu, Bpk. Yulius Balu Dan Bpk. Yosep Depa Jopu

Bab I . Pengertian atau Filosofinya

Secara umum, pengertian rumah menurut kamus Oxford, house is as building for people to live in, ussually for one family (rumah adalah bangunan tempat tinggal orang, biasannya untuk tinggal satu keluarga). Dari definisi rumah tersebut maka akan jelas fungsi vital sebuah rumah bagi suatu keluarga, yakni sebagai tempat tinggal. Jadi, sangat tergantung dari penghuni masing-masing. Rumah adat atau sa'o ria sesungguhnya bukan sekadar tempat tinggal saja melainkan mempunyai makna filosofi yang teramat dalam. Rumah adat sa'o ria adalah tempat hidup dan berinteraksi komunitas masyarakat Lio karena hidup pada prinsipnya keseimbangan antar manusia dengan manusia, serta keseimbangan antar manusia dengan alam semesta, yang mana Sang Pencipta adalah equilirium hidup manusia. Rumah adat bukan sekedar tempat tinggal anggota keluarga saja, melainkan juga "berkumpulnya" nilai-nilai estetika, religi, norma dan budaya. Setiap detail rumah adat selalu mengandung filosofi dan cerminan perilaku arif suku Lio.

Bab II Fungsi Sosial Dan Simbol Religius Sa'o Ria

Sebagai bangunan utama, Sa'o Ria merupakan bangunan besar dan tinggi bilah dibandingkan dengan struktur rumah biasa, dia berbentuk panggung dan tidak dilengkapi dengan jendela kayu kecuali yang disebut 'fate', terdapat pada sisi kiri dan kanan (Ngge'we). Dinding Sao Ria tidak kelihatan dari jauh, sebab bentuk atap Sa'o Ria yang membentang dari atas sampai bawah bagian dinding. Sao Ria adalah tempat tinggal Mosalaki dan keluarganya.

Sao Ria adalah pusat adat suku yang juga menjadi tempat para leluhur. Karena itu dia menjadi lambang kesatuan yang dibangun oleh Aji Ana Fai Walu. Ditempat inilah dilakukan berbagai upacara adat yang bersifat religius, yang berkaitan dengan perkawinan, kelahiran, pertanian. Selain berfungsi sebagai tempat memasak makanan Sao Ria Juga simbol persatuan dan kebesaran. Salah satu bagian didalam Sao Ria adalah Wisu Lulu, Ana Wula Leja, serta benda-benda pusaka suku yang bersifat religius, sehingga Sao Ria amatlah sentral dan strategis secara religius karena disitu juga menjadi tempat persemayaman para leluhur.

Pada hakekatnya Rumah adat Lio disimbolkan dengan wanita karena Rumah Adat merupakan inti dari kesuburan dan kelahiran. Sedangkan simbol lelaki terdapat pada batu Musumase/tubumusu ditengah lapangan rumah adat (K/Hanga), sehingga bentuknya pun menyerupai alat vital lelaki. Setiap kelahiran, kerap diyakini orang Lio datang dari rumah adat. Biasanya, pada salah satu dinding atau pintu rumah adat dipahat pasangan buah dada wanita yang mengungkapkan kesuburan rumah adat tersebut. Dirumah adat juga disimpan emas yang biasanya bermotif vulva (bagian luar sistem reproduksi wanita yang meliputi; labia, lubang vagina, lubang uretra dan klistoris) yang jelas mempunyai hubungan metaforis dengan wanita.

Bab III Berikut ini beberapa komponen yang terdapat dalam suatu rumah adat:

1. SAGA AU/AU WULA LEJA
Tiang tempat meletakan persembahan bagi Wujud Tertinggi atau roh-roh. Ujung atas tiang tersebut biasanya dipahat membentuk perahu atau kepala kuda. Di atasnya di tempatkan sebuah batu ceper tempat meletakan persembahan. Saga Au/Au Wula Leja adalah tiang yang terbuat dari bambu (Aur). Tiang ini berada di sebelah kanan bagian depan dari Sao Ria berdiri tegak sebuah tiang bernama Saga, tiang tersebut dari kayu. Tinginya sebatas lantai Sao Ria. Pada ujung bagian atas diletakan sebuah batu bulat untuk memberi sesajen atau persembahan kepada roh Lehuhur atau Du'a Ngga'e. Pada bagian atas kayu tersebut diikatkan dengan sebatang bambu kemudian dilipat bagian atasnya. Bagian terpanjang dari bambu tersebut diarahkan kebagian atap Sao Ria. Batang bambu ini harus mengarah ke arah "Wula Leja" (Matahari terbit - arah timur). Diujung kanan batang bambu ini juga diletakan batu datar sebagai tempat sirih pinang sesajen kepada roh nenek moyang atau Du'a Ngga'e. Batang kayu dan kedua batang bambu diatas berfungsi menghubungkan dunia atas dan dunia bawah, yakni alam langit dan alam bumi. Disinilah oleh masyarakat suku Lio dipercaya sebagai jalur utama terjadinya perkawinan kosmic antara Langit dan Bumi. Saga Au atau Au Wula Leja biasanya kerap diyakini sebagai Kekuatan rohani tertinggi yang kadang-kadang diartikan sama dengan Du'a Ngga'e. Wulaleja adalah tempat tinggal Du'a Ngga'e yang paling tinggi dan bersifat semesta dalam jagat raya. Oleh karena itulah, konon leluhur Lio selalu melakukan ritual pagi. Sehingga setiap pagi pemimpin adat (Mosalaki) harus duduk didepan "Au Wula Leja" dengan posisi setengah menjongkok dan mengarah ke timur sambil mengucap (Doa) suasasa sebelum matahari terbit untuk meminta kesuburan bagi masyarakat kampungnya.

SOKU-RIA LO'O
Belahan bambu yang dipasang melengkung dari puncak atap rumah sampai kedinding. Belahan bambu itu membentuk lengkungan atap rumah. Di beberapa tempat nama tersebut hanya digunakan untuk belahan bambu yang dipasang pada empat sudut atap. Soku ria adalah belahan bambu yang berukuran besar. Sedangkan soku lo'o adalah belahan bambu yang berukuran kecil.

2. MAGA (TENDA) LO'O - bale bale kecil dalam rumah adat Lio.
Pada bagian luar terdapat maga (bale - bale), tangi jawa ditengah kiri dan kanan itu adalah maga yang lebih dekat dengan tanah. Maga (tenda lo'o) berfungsi sebagai tempat istrahat laki-laki atau yang baru datang sebelum masuk ruangan dalam. Tidak untuk tempat siapa - siapa karena posisinya dibagian depan dari Sa'o Ria .

3. SEI
Adalah tempat di belakang wisululu, cukup besar. Disitu tinggal ana halo faiwalu yang kurang mampu sehingga Mosalaki bisa menampung mereka. Mereka membantu menjaga dan merawat Sa'o Ria tersebut.

4. MAGA (TENDA) RIA - Bale-bale Besar dalam rumah aat Lio.
Bagian atas tenda lo'o terdapat tenda ria (bale bale besar) letak memanjang diatas tangi jawa. Ukuran maga ria lebih besar dari maga lo'o. Tenda ria digunakan untuk upacara adat dan sekaligus tempat untuk menjamu tamu yang datang serta tempat untuk musyawara-musyawara fungsional adat ketika membicarakan hal penting maupun perkara-perkara dalam kampung.

5. TANGI JAWA
Merupakan Tangga pertama untuk masuk kedalam rumah adat, biasanya diapit oleh dua tenda lo'o (balai-balai kecil) kiri dan kanan. Pada kayu tangi jawa biasanya terdapat ukiran-ukiran dengan motif-motif unik seperti ular atau nipa dengan lidah menjilat sedangkan kiri dan kanan berdiri senjata dengan posisi tidak tegak. Senjata ini cukup keramat. Karena itu bagi kaum lelaki yang kawin diluar kampung dan membawa istrinya ke Sao Ria, kerap diperingatkan untuk tidak menyentuhnya agar dia tidak mandul. Senjata dan ular juga sebagai simbol penjaga Sao Ria. Tangi Jawa biasanya terdiri atas tujuh anak tangga sebelum mencapai ruang dalam rumah adat. Tujuh anak tangga merupakan simbol hidup dan tahapan - tahapan dalam hidup manusia suku Lio mencapai frase tertinggi hingga kematian yaitu frase menuju transendental Du'a Ngga'e.

6. WATU WA - Batu ceper
Diujung bawah tangi jawa (anak tangga) terdapat sebuah batu ceper namanya Watu Wa (batu ceper) fungsinya untuk membersihkan kaki sebelum masuk Sao Ria baik itu tamu maupun orang dalam rumah. Rumah adat (sa'oria) adalah tempat yang maha suci menurut agama lokal masyarakat suku Lio. Sehingga siapa pun yang masuk ke rumah ini harus dalam keadaan bersih dan tidak mempunyai tujuan jahat.

7. LATA
Ditengah tenda (maga) ria terdapat "lata" yaitu tangga masuk kedalam ruangan utama Sao Ria. Akan tetapi, tidak semua rumah adat memiliki "lata" kalau posisi ruang utama tidak terlalu tinggi . Sedangkan sebelum masuk ruangan utama terdapat Pe'ne ria yaitu pintu utama untuk masuk keruangan utama. Disitu terdapat papan yang tebal dan lebar persis di kiri dan kanan lata disebut Lebe. Terdapat ukiran motif ular, naga, macam-macam binatang buas sebagai lambang penjaga Sao Ria atau bermotif vulva (bagian luar sistem reproduksi wanita yang meliputi; labia, lubang vagina, lubang uretra dan klistoris) yang jelas mempunyai hubungan metaforis dengan wanita seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi.

8. LIKA WAJA - Perapian/ Tungku
Setelah masuk kedalam ruangan utama Sao Ria didalamnya terdapat dua buah 'waja' dengan posisi kiri dan kanan atau 'waja nggeu dan waja nggana', yang fungsinya memang cukup berbeda. Waja nggana (tungku kanan) selalu digunakan pada saat pesta adat sedangkan waja nggeu (tungku kiri) digunakan sebagai tempat masak sehari hari. Namun dapat juga digunakan pada saat pesta adat. Pada kedua waja (tungku) tersebut selalu ada yang disebut 'lika' adalah tiga buah batu sebagai alat untuk meletakan periuk ketika masak. Diatasnya ada 'hae' dua sampai tiga tingkat keatas. Fungsinya untuk menyimpan perlengkapan masak. Disekitar waja (tungku) terdapat 'NOKI' yaitu tempat dibuat untuk menyimpan kayu bakar. Menurut salah seorang narasumber, lika waja (tiga batu tungku) merupakan simbol trinitasnya suku Lio jaman dahulu. Karena itu, ketiga tungku batu itu harus sama kuat.

9. TADHO WAJA/LADHO WAJA
Tempat duduk di dekat tungku api. Cuatan kayu penyanggah tungku api dirumah adat yang kadang kala dipahat pelengkung dan diukir dengan motif-motif tertentu.

10. WISU LULU.
Adalah tempat yang sakral didalam Sao Ria. posisinya sebelah kanan bagian belakang rumah adat. Disitu juga terletak sebuah peti besar memanjang tempat harta waris leluhur berupa Emas dan segala macam asesoris emas adat, batu-batu pemujaan sejak nenek moyang sebagai lambang kemakmuran, kebesaran, keberanian. Pada bagian kanan wisu lulu juga diletakan Sau (Pedang) yang juga melambangkan keperkasaan dan kejantanan suku. Sering dipakai oleh Mosalaki kalau waktu perang. Biasanya, di "Wisu Lulu" juga terdapat gading gaja peninggalan leluhur yang disebut dengan "SUE". SUE adalah gelang gading kebesaran Mosalaki (suku) dipakai pada waktu pesta adat atau menyambut tamu sebagai pralambang kesahajaan, harta, wibawa dan derajat yang tinggi. Dibagian belakang ruangan utama Sao Ria terdapat sebuah ruangan berbentuk memanjang namanya 'Sei', adalah tempat tinggal ana halo faiwalu yang tidak mampu dan mereka dianggap sebagai anggota keluarga dari suku tersebut.

11. KANDA WARI/T'ENDA TEO
Tempat persembahan yang terbuat dari papan ataupun bambu yang digantung dari atap di tengah-tengah rumah. Di atas tempat ini biasanya diletakan satu atau beberapa batu ceper sebagai tempat untuk menyajikan persembahan.

12. WATU
Batu. Watu wisu lulu adalah batu persembahan yang diletakan disudut kanan rumah adat, juga adalah nama roh-roh pelindung keluarga yang tinggal disitu. Watu tana atau tana watu adalah roh penguasa bumi.

13. JO/FI'I JO
Sebuah papan berbentuk perahu besar. Fi'i jo bisa berarti sebuah perahu. Ungkapan yang sering muncul dalam masyarakat adat Lio adalah sai Du'a nggoro no'o fi'i jo, sai Ngga'e wa'u no'o mangu au yang berarti sejak Du'a Ngga'e (Sang Pencipta) atau leluhur datang dengan perahu, dan turun melewati tiang mangu. Ungkapan itu bisa juga berarti; Sejak awal mula.

14. MANGU/MANGU AU/PU'U MANGU
Tiang utama penyanggahatap rumah. Tempat untuk meletakan bahan-bahan persembahan, tempat turun naiknya Wujud Tertinggi. Mangu au, Pu'u mangu, mangu bewa adalah nama-nama tiang mangu. Mangu juga berarti tiang layar perahu.

15. KOGO LABA
Balok yang dipasang mengarah ketiang mangu (tiang utama penyanggah atap rumah). Salah satu tempat untuk menyajikan persembahan bagi Wujud Tertinggi atau roh-roh yang lain.

16. DALO/PASO DALO
Balok penahan balai-balai. Balok penahan tersebut mempunyai nama masing-masing, seperti;
1. Dalo one - balok penahan balai-balai rumah.
2. Dalo te'nda: balok penahan balai-balai
3. Dalo lena: balok penahan semacam loteng tempat penyimpanan barang berharga.
4. Pasodalo: adalah bagian dari balok penyanggah tersebut yang mencuat keluar.
Di beberapa tempat bagian tersebut, sering kali dipahat dan diukir. Ada juga yang meletakan pelupu dan dijadikan tempat duduk atau tempat tidur.

17. LE'KE / SOKO BOKO
Sao Ria bertumpu diatas 12 tiang, yang dinamakan Le'ke/ Soko boko, masing-masing tingginya kurang lebih satu meter. Tiang-tiang tersebut diletakan diatas batu ceper. Bila dihat dari luar ke 12 le'ke (tiang) tersebut membentuk empat baris, bersama tiang penunjang lainnya. Nampak keseruluhan tiang berdiri berjejer dengan bagian atasnya agak mengecil. Dua tiang (leke) paling tengah disebut l'eke P'era yaitu tiang penyangga utama, fungsinya menyandang penyandang "mangu", yaitu tiang utama pembentuk bubungan rumah (atap) seperti perahu layar.

18. L'EKE/L'EKE P'ERA
Tiang penopang rumah; Tiang penopang rumah adat Lio mempunyai namanya masing-masing. Leke' one, leke ria adalah tiang-tiang besar yang dipasang pada bagian sudut rumah. Leke' pera' adalah tiang yang paling penting secara religius karena merupakan tempat turun naiknya roh-roh ataupun Wujut Tertinggi. Tiang tersebut terletak di sebelah kanan rumah adat.

19. ISI GADHA INE
Pada barisan leke paling belakang melintang 'Isi Gadha Ine' yaitu balok besar atau balok induk. Fungsinya sebagai balok penguat tiang-tiang penopang. Sering digunakan orang untuk bantal kepala.

20. LATA HOJA
Diantara waja dan one melintang sebatang balok yang dinamakan Lata Hoja. Selain berfungsi sebagai pemisah, juga tempat sandaran.

21. LANI HOLO
Berhadapan dengan Lata Hoja melintang pula sebatang balok diatas leke Pera, yang bernama Lani Holo, berfungsi juga sebagai bantal kepala.

22. ISI HUBU
Isi Hubu adalah balok yang melintang dibubungan rumah. Balok tersebut melintang dari kiri ke kanan diatas pertengahan ruang Sao Ria. Balok ini tidak boleh dipasang oleh yang bukan hak memasang. Yang boleh memasang adalah saudara lelaki dari isteri Mosalaki karena dia dianggap sebagai sumber kehidupan.

23. ATE
Atap Sao Ria dinamakan Ate. Terbuat dari alang alang yang membentang dari bubungan hingga melindungi dinding-dinding secara keseluruhan. Ate membatasi ruangan secara vertikal dan horisontal, yaitu membatasi alam dalam dan luar. Puncak dari Sao Ria sesungguhnya berbentuk lengkung, seperti layar perahu .

24. BENGA TOKO
Didekat Wisu Lulu disebelah kanan pintu masuk kamar belakang (Sei) terdapat sebatang balok berukir. Balok tersebut dinamakan Benga Toko atau Benga Be'i. Balok ini berfungsi sebagai tempat bersandar Mosalaki Puu Koekolu/Mosalaki Ine Ame.

Bab. IV Jenis-Jenis Rumah Adat Lio
Berdasarkan fungsi dan karakterisktiknya, rumah adat suku Lio terbagi atas beberapa jenis yaitu:

1. Sao Ria.
Tiga mosalaki tinggal di rumah ini dan mereka memiliki tugas dan peran yang berbeda, seperti:
-Laki Puu; tugas menjadi Tokoh Adat (Pemimpin Adat), mempertahankan adat reservoir beras itu, terlibat dalam membangun pilar Rumah Adat, pertama untuk penanaman dalam satu hari, menyediakan air untuk pemadam kebakaran, dll.
-Laki Turu Tena Nata Ae; tugas untuk menyambut tamu, menjaga dan pisau mengiris kayu mulai program adat upacara adat, dll.
-Laki RUU Tuu jaga tau Rara; bertugas saat ada upacara adat yang akan diadakan dan setelah itu, mosalaki ini akan mengumumkan aturan yang ada dilarang dan tugas adat lainnya.

2. Sao Labo.
Ini merupakan rumah tinggal oleh Mosalaki / Laki Puu. Dia memiliki tugas untuk memberkati Tokoh Adat, menggali dan menanam pilar adat Rumah, menyediakan air untuk pemadam kebakaran, dll.

3. Sao Meko
Ini merupakan rumah tinggal Laki Koe Uwi. Tugasnya adalah untuk mengeluarkan singkong (uwi) dari tanah, memberikan penawaran pada tempat suci atau Kanga, untuk mematahkan leher ayam untuk peramalan panen, penanaman dalam satu hari dll.

4. Sao Tua.
Rumah ini hidup dengan: Laki Dai Nua Ulu. tugas-Nya untuk menjaga pintu gerbang masuk, tanam dalam hari pertama, yang menyatakan dilarang peraturan, dll.

5. Sao Ndoja
Rumah ini hidup dengan: Laki Tunu Nasu. Tugasnya adalah untuk memasak daging ketika adat ceremonials, mendistribusikan daging, tanam di hari ketiga, dll.

6. Sao Leke Bewa
Rumah ini hidup dengan: Laki Ria Bewa. tugas-Nya untuk menjadi hakim adat, penanaman pada hari kedua, dll.

7. Sao Ndoka Ame
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. tugas-Nya adalah untuk membawa / menyalakan api, mendistribusikan daging mentah, penanaman dalam tiga hari, dll.

8. Sao Pemo Roja
Rumah ini hidup dengan: Laki Pama Nggo Lamba. Tugasnya adalah untuk menjaga alat musik, penanaman dalam tiga hari, dll.

9. Sao Gamba Jati
Rumah ini hidup dengan: Laki Gao Lo Kaka Taga. Tugasnya adalah untuk menyentuh nasi adat, membuat ketan, tanam di hari ketiga, dll.

10. Sao Wewa Mesa
Rumah ini hidup dengan: Laki Dai Enga Ae Ulu Nanga Mau. Tugasnya adalah untuk menyimpan air dan danau, rasa jagung, tanam di hari ketiga, dll.

11. Sao Bewa
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. Tugasnya adalah untuk menyampaikan berita atau pesan, mendistribusikan daging ke Sao Ria, penanaman dalam dua hari, dll.

12. Sao Watu Gana
Rumah ini hidup dengan: Laki Bei Nggo Lamba Wangga. tugas-Nya adalah untuk membawa alat musik, mencari udang, pengukuran hutan ketika membuat rumah (Sao Ria).

13. Sao Embu Laka
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. Tugasnya adalah untuk menjaga garis perbatasan desa, tanam di hari kedua, memutar musik adat, mendistribusikan daging mentah, dll.

14. Sao Tana Tombu
Rumah ini hidup dengan: Laki Laki Tau Sani.

15. Sao Mberi Dala
Rumah ini hidup dengan: Laki Laki Tau Sani. Tugasnya adalah untuk memberikan sirih dan pinang bila ada tarian adat atau Gawi untuk penari dan tamu.

16. Sa'o Benga,
Tempat tinggal laki 'Dai Singi - Enga Ra'i" (Penjaga Batas Wilayah). Tugasnya mendampingi Laki Pu'u (Tuke Sangi) pada saat upacara adat ataupun ritual lainnya.

Dari macam-macam jenis rumah adat ini, Jhon mansford Prior akhirnya memberikan gambaran pandangan mistik yang mencoba menujukan unsur keseluruhan berdasarkan tafsiran realitas:

-Sepasang batu, di mana yang lebih tinggi melambangkan pria sang penghubung langit dan bumi sedangkan yang agak rendah melambangkan perempuan, tempat persembahan kepada para leluhur.

-Atap, terbuat dari alang-alang, menjulang dari langit ke bumi dan tanpa jendela, menghubungkan liru dan tana sekaligus membagi dunia luar dan dunia dalam serta terang dari kegelapan.

-Keduabelas tiang, tingginya lebih kurang satu meter dari tanah, tiap tiang berdiri di atas tanah yang diratakan.

-Ruangan manusia, ditempatkan di atas tiang-tiang dasar. Balok-balok tidak bersambungan dengan tiang-tiang dasar di bawahnya atau dengan balok-balok atap. Pada bagian bawahnya (kolong rumah) menjadi tempat hewan khususnya babi dan ayam. Babi melambangkan dimensi kehidupan manusia yang mengikatnya dengan bumi, tanah; unsur makhluk dunia, kesuburannya, perjuangannya untuk hidup makmur.

-Ruangan langit, berada di bawah loteng, di atasnya ditempatkan dua tiang panjang, mangu tempat diletakkannya bubungan atap sebagai simbol sumber kehidupan yang mengalir dari generasi ke generasi melalui para ibu dan anak perempuan.
-Tiga ruangan vertikal, yaitu terdiri dari ruangan bumi, ruangan manusia, dan ruangan langit. Masing-masing berdiri sendiri namun terbuka (‘sadar’ bahwa ada yang lain).

-Tiga ruangan horisontal, terbagi dari depan ke belakang rumah yaitu bale-bale (maga-lo’o), tempat untuk istirahat sejenak dan menarik napas; ruang tengah (maga-ria), tempat untuk menerima tamu, pembicaraan keluarga, dan berbagai ritus berhubungan dengan pertanian, penentuan belis, dan perundingan sesudah kematian; dan one’ adalah ruangan paling belakang dan gelap sebagai rahim rumah. Masing-masing bagian diletakkan pada sepasang tiang dasar.

Para leluhur menetapkan adat yang ditafsirkan secara kreatif oleh keturunananya pada setiap generasi. Setiap kejadian seperti penyakit, peristiwa alam disebabkan tingkah laku dan ulah manusia, baik yang masih hidup, roh leluhur, dll memainkan peranan dalam kehidupan anak-cucunya. Jadi kalau manusia mau hidup aman, makmur, atau hendak mencapai tujuan hidupnya mesti hidup selaras dengan alam yang ditatanya sendiri melalui adat kebiasaannya. Maka yang menjadi penekanannya di sini adalah manusia sebagai pelaku yang aktif dan kreatif, di mana seluruh kosmos dipengaruhi oleh tingkah lakunya harus selalu melestarikan budaya yang telah terwariskan.

Simo Gemi - Terimakasih..!!
  • Facebook Comments
Item Reviewed: RUMAH ADAT LIO DAN FILOSOFINYA Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi