Jakarta, 24/01/2012 Penulis: Marlin Bato
Sumber: Kamus Oxford, EZ Halim, Jhon mansford Prior dan Stein
Kristiansen (Traditional houses and duties of Musalaki), P. Paul Arndt
SVD. dalam bukunya berjudul "Du'a Ngga'e Wujud Tertinggi Masyarakat Suku
Lio Flores tengah. Sumber Lisan: Bpk. Rafael Bata Demu, Bpk. Yulius Balu Dan Bpk. Yosep Depa Jopu
Bab I . Pengertian atau Filosofinya
Secara umum, pengertian rumah menurut kamus Oxford, house is as
building for people to live in, ussually for one family (rumah adalah
bangunan tempat tinggal orang, biasannya untuk tinggal satu keluarga).
Dari definisi rumah tersebut maka akan jelas fungsi vital sebuah rumah
bagi suatu keluarga, yakni sebagai tempat tinggal. Jadi, sangat
tergantung dari penghuni masing-masing. Rumah adat atau sa'o ria
sesungguhnya bukan sekadar tempat tinggal saja melainkan mempunyai makna
filosofi yang teramat dalam. Rumah adat sa'o ria adalah tempat hidup
dan berinteraksi komunitas masyarakat Lio karena hidup pada prinsipnya
keseimbangan antar manusia dengan manusia, serta keseimbangan antar
manusia dengan alam semesta, yang mana Sang Pencipta adalah equilirium
hidup manusia. Rumah adat bukan sekedar tempat tinggal anggota keluarga
saja, melainkan juga "berkumpulnya" nilai-nilai estetika, religi, norma
dan budaya. Setiap detail rumah adat selalu mengandung filosofi dan
cerminan perilaku arif suku Lio.
Bab II Fungsi Sosial Dan Simbol Religius Sa'o Ria
Sebagai bangunan utama, Sa'o Ria merupakan bangunan besar dan tinggi
bilah dibandingkan dengan struktur rumah biasa, dia berbentuk panggung
dan tidak dilengkapi dengan jendela kayu kecuali yang disebut 'fate',
terdapat pada sisi kiri dan kanan (Ngge'we). Dinding Sao Ria tidak
kelihatan dari jauh, sebab bentuk atap Sa'o Ria yang membentang dari
atas sampai bawah bagian dinding. Sao Ria adalah tempat tinggal Mosalaki
dan keluarganya.
Sao Ria adalah pusat adat suku yang juga
menjadi tempat para leluhur. Karena itu dia menjadi lambang kesatuan
yang dibangun oleh Aji Ana Fai Walu. Ditempat inilah dilakukan berbagai
upacara adat yang bersifat religius, yang berkaitan dengan perkawinan,
kelahiran, pertanian. Selain berfungsi sebagai tempat memasak makanan
Sao Ria Juga simbol persatuan dan kebesaran. Salah satu bagian didalam
Sao Ria adalah Wisu Lulu, Ana Wula Leja, serta benda-benda pusaka suku
yang bersifat religius, sehingga Sao Ria amatlah sentral dan strategis
secara religius karena disitu juga menjadi tempat persemayaman para
leluhur.
Pada hakekatnya Rumah adat Lio disimbolkan dengan
wanita karena Rumah Adat merupakan inti dari kesuburan dan kelahiran.
Sedangkan simbol lelaki terdapat pada batu Musumase/tubumusu ditengah
lapangan rumah adat (K/Hanga), sehingga bentuknya pun menyerupai alat
vital lelaki. Setiap kelahiran, kerap diyakini orang Lio datang dari
rumah adat. Biasanya, pada salah satu dinding atau pintu rumah adat
dipahat pasangan buah dada wanita yang mengungkapkan kesuburan rumah
adat tersebut. Dirumah adat juga disimpan emas yang biasanya bermotif
vulva (bagian luar sistem reproduksi wanita yang meliputi; labia, lubang
vagina, lubang uretra dan klistoris) yang jelas mempunyai hubungan
metaforis dengan wanita.
Bab III Berikut ini beberapa komponen yang terdapat dalam suatu rumah adat:
1. SAGA AU/AU WULA LEJA
Tiang tempat meletakan persembahan bagi Wujud Tertinggi atau roh-roh.
Ujung atas tiang tersebut biasanya dipahat membentuk perahu atau kepala
kuda. Di atasnya di tempatkan sebuah batu ceper tempat meletakan
persembahan. Saga Au/Au Wula Leja adalah tiang yang terbuat dari bambu
(Aur). Tiang ini berada di sebelah kanan bagian depan dari Sao Ria
berdiri tegak sebuah tiang bernama Saga, tiang tersebut dari kayu.
Tinginya sebatas lantai Sao Ria. Pada ujung bagian atas diletakan sebuah
batu bulat untuk memberi sesajen atau persembahan kepada roh Lehuhur
atau Du'a Ngga'e. Pada bagian atas kayu tersebut diikatkan dengan
sebatang bambu kemudian dilipat bagian atasnya. Bagian terpanjang dari
bambu tersebut diarahkan kebagian atap Sao Ria. Batang bambu ini harus
mengarah ke arah "Wula Leja" (Matahari terbit - arah timur). Diujung
kanan batang bambu ini juga diletakan batu datar sebagai tempat sirih
pinang sesajen kepada roh nenek moyang atau Du'a Ngga'e. Batang kayu dan
kedua batang bambu diatas berfungsi menghubungkan dunia atas dan dunia
bawah, yakni alam langit dan alam bumi. Disinilah oleh masyarakat suku
Lio dipercaya sebagai jalur utama terjadinya perkawinan kosmic antara
Langit dan Bumi. Saga Au atau Au Wula Leja biasanya kerap diyakini
sebagai Kekuatan rohani tertinggi yang kadang-kadang diartikan sama
dengan Du'a Ngga'e. Wulaleja adalah tempat tinggal Du'a Ngga'e yang
paling tinggi dan bersifat semesta dalam jagat raya. Oleh karena itulah,
konon leluhur Lio selalu melakukan ritual pagi. Sehingga setiap pagi
pemimpin adat (Mosalaki) harus duduk didepan "Au Wula Leja" dengan
posisi setengah menjongkok dan mengarah ke timur sambil mengucap (Doa)
suasasa sebelum matahari terbit untuk meminta kesuburan bagi masyarakat
kampungnya.
SOKU-RIA LO'O Belahan bambu yang dipasang
melengkung dari puncak atap rumah sampai kedinding. Belahan bambu itu
membentuk lengkungan atap rumah. Di beberapa tempat nama tersebut hanya
digunakan untuk belahan bambu yang dipasang pada empat sudut atap. Soku
ria adalah belahan bambu yang berukuran besar. Sedangkan soku lo'o
adalah belahan bambu yang berukuran kecil.
2. MAGA (TENDA) LO'O - bale bale kecil dalam rumah adat Lio.
Pada bagian luar terdapat maga (bale - bale), tangi jawa ditengah kiri
dan kanan itu adalah maga yang lebih dekat dengan tanah. Maga (tenda
lo'o) berfungsi sebagai tempat istrahat laki-laki atau yang baru datang
sebelum masuk ruangan dalam. Tidak untuk tempat siapa - siapa karena
posisinya dibagian depan dari Sa'o Ria .
3. SEI Adalah
tempat di belakang wisululu, cukup besar. Disitu tinggal ana halo
faiwalu yang kurang mampu sehingga Mosalaki bisa menampung mereka.
Mereka membantu menjaga dan merawat Sa'o Ria tersebut.
4. MAGA (TENDA) RIA - Bale-bale Besar dalam rumah aat Lio.
Bagian atas tenda lo'o terdapat tenda ria (bale bale besar) letak
memanjang diatas tangi jawa. Ukuran maga ria lebih besar dari maga lo'o.
Tenda ria digunakan untuk upacara adat dan sekaligus tempat untuk
menjamu tamu yang datang serta tempat untuk musyawara-musyawara
fungsional adat ketika membicarakan hal penting maupun perkara-perkara
dalam kampung.
5. TANGI JAWA Merupakan Tangga pertama untuk
masuk kedalam rumah adat, biasanya diapit oleh dua tenda lo'o
(balai-balai kecil) kiri dan kanan. Pada kayu tangi jawa biasanya
terdapat ukiran-ukiran dengan motif-motif unik seperti ular atau nipa
dengan lidah menjilat sedangkan kiri dan kanan berdiri senjata dengan
posisi tidak tegak. Senjata ini cukup keramat. Karena itu bagi kaum
lelaki yang kawin diluar kampung dan membawa istrinya ke Sao Ria, kerap
diperingatkan untuk tidak menyentuhnya agar dia tidak mandul. Senjata
dan ular juga sebagai simbol penjaga Sao Ria. Tangi Jawa biasanya
terdiri atas tujuh anak tangga sebelum mencapai ruang dalam rumah adat.
Tujuh anak tangga merupakan simbol hidup dan tahapan - tahapan dalam
hidup manusia suku Lio mencapai frase tertinggi hingga kematian yaitu
frase menuju transendental Du'a Ngga'e.
6. WATU WA - Batu ceper
Diujung bawah tangi jawa (anak tangga) terdapat sebuah batu ceper
namanya Watu Wa (batu ceper) fungsinya untuk membersihkan kaki sebelum
masuk Sao Ria baik itu tamu maupun orang dalam rumah. Rumah adat
(sa'oria) adalah tempat yang maha suci menurut agama lokal masyarakat
suku Lio. Sehingga siapa pun yang masuk ke rumah ini harus dalam keadaan
bersih dan tidak mempunyai tujuan jahat.
7. LATA Ditengah
tenda (maga) ria terdapat "lata" yaitu tangga masuk kedalam ruangan
utama Sao Ria. Akan tetapi, tidak semua rumah adat memiliki "lata" kalau
posisi ruang utama tidak terlalu tinggi . Sedangkan sebelum masuk
ruangan utama terdapat Pe'ne ria yaitu pintu utama untuk masuk keruangan
utama. Disitu terdapat papan yang tebal dan lebar persis di kiri dan
kanan lata disebut Lebe. Terdapat ukiran motif ular, naga, macam-macam
binatang buas sebagai lambang penjaga Sao Ria atau bermotif vulva
(bagian luar sistem reproduksi wanita yang meliputi; labia, lubang
vagina, lubang uretra dan klistoris) yang jelas mempunyai hubungan
metaforis dengan wanita seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi.
8. LIKA WAJA - Perapian/ Tungku
Setelah masuk kedalam ruangan utama Sao Ria didalamnya terdapat dua
buah 'waja' dengan posisi kiri dan kanan atau 'waja nggeu dan waja
nggana', yang fungsinya memang cukup berbeda. Waja nggana (tungku kanan)
selalu digunakan pada saat pesta adat sedangkan waja nggeu (tungku
kiri) digunakan sebagai tempat masak sehari hari. Namun dapat juga
digunakan pada saat pesta adat. Pada kedua waja (tungku) tersebut selalu
ada yang disebut 'lika' adalah tiga buah batu sebagai alat untuk
meletakan periuk ketika masak. Diatasnya ada 'hae' dua sampai tiga
tingkat keatas. Fungsinya untuk menyimpan perlengkapan masak. Disekitar
waja (tungku) terdapat 'NOKI' yaitu tempat dibuat untuk menyimpan kayu
bakar. Menurut salah seorang narasumber, lika waja (tiga batu tungku)
merupakan simbol trinitasnya suku Lio jaman dahulu. Karena itu, ketiga
tungku batu itu harus sama kuat.
9. TADHO WAJA/LADHO WAJA
Tempat duduk di dekat tungku api. Cuatan kayu penyanggah tungku api
dirumah adat yang kadang kala dipahat pelengkung dan diukir dengan
motif-motif tertentu.
10. WISU LULU. Adalah tempat yang
sakral didalam Sao Ria. posisinya sebelah kanan bagian belakang rumah
adat. Disitu juga terletak sebuah peti besar memanjang tempat harta
waris leluhur berupa Emas dan segala macam asesoris emas adat, batu-batu
pemujaan sejak nenek moyang sebagai lambang kemakmuran, kebesaran,
keberanian. Pada bagian kanan wisu lulu juga diletakan Sau (Pedang) yang
juga melambangkan keperkasaan dan kejantanan suku. Sering dipakai oleh
Mosalaki kalau waktu perang. Biasanya, di "Wisu Lulu" juga terdapat
gading gaja peninggalan leluhur yang disebut dengan "SUE". SUE adalah
gelang gading kebesaran Mosalaki (suku) dipakai pada waktu pesta adat
atau menyambut tamu sebagai pralambang kesahajaan, harta, wibawa dan
derajat yang tinggi. Dibagian belakang ruangan utama Sao Ria terdapat
sebuah ruangan berbentuk memanjang namanya 'Sei', adalah tempat tinggal
ana halo faiwalu yang tidak mampu dan mereka dianggap sebagai anggota
keluarga dari suku tersebut.
11. KANDA WARI/T'ENDA TEO
Tempat persembahan yang terbuat dari papan ataupun bambu yang digantung
dari atap di tengah-tengah rumah. Di atas tempat ini biasanya diletakan
satu atau beberapa batu ceper sebagai tempat untuk menyajikan
persembahan.
12. WATU Batu. Watu wisu lulu adalah batu
persembahan yang diletakan disudut kanan rumah adat, juga adalah nama
roh-roh pelindung keluarga yang tinggal disitu. Watu tana atau tana watu
adalah roh penguasa bumi.
13. JO/FI'I JO Sebuah papan
berbentuk perahu besar. Fi'i jo bisa berarti sebuah perahu. Ungkapan
yang sering muncul dalam masyarakat adat Lio adalah sai Du'a nggoro no'o
fi'i jo, sai Ngga'e wa'u no'o mangu au yang berarti sejak Du'a Ngga'e
(Sang Pencipta) atau leluhur datang dengan perahu, dan turun melewati
tiang mangu. Ungkapan itu bisa juga berarti; Sejak awal mula.
14. MANGU/MANGU AU/PU'U MANGU
Tiang utama penyanggahatap rumah. Tempat untuk meletakan bahan-bahan
persembahan, tempat turun naiknya Wujud Tertinggi. Mangu au, Pu'u mangu,
mangu bewa adalah nama-nama tiang mangu. Mangu juga berarti tiang layar
perahu.
15. KOGO LABA Balok yang dipasang mengarah ketiang
mangu (tiang utama penyanggah atap rumah). Salah satu tempat untuk
menyajikan persembahan bagi Wujud Tertinggi atau roh-roh yang lain.
16. DALO/PASO DALO Balok penahan balai-balai. Balok penahan tersebut mempunyai nama masing-masing, seperti; 1. Dalo one - balok penahan balai-balai rumah. 2. Dalo te'nda: balok penahan balai-balai 3. Dalo lena: balok penahan semacam loteng tempat penyimpanan barang berharga. 4. Pasodalo: adalah bagian dari balok penyanggah tersebut yang mencuat keluar.
Di beberapa tempat bagian tersebut, sering kali dipahat dan diukir. Ada
juga yang meletakan pelupu dan dijadikan tempat duduk atau tempat
tidur.
17. LE'KE / SOKO BOKO Sao Ria bertumpu diatas 12
tiang, yang dinamakan Le'ke/ Soko boko, masing-masing tingginya kurang
lebih satu meter. Tiang-tiang tersebut diletakan diatas batu ceper. Bila
dihat dari luar ke 12 le'ke (tiang) tersebut membentuk empat baris,
bersama tiang penunjang lainnya. Nampak keseruluhan tiang berdiri
berjejer dengan bagian atasnya agak mengecil. Dua tiang (leke) paling
tengah disebut l'eke P'era yaitu tiang penyangga utama, fungsinya
menyandang penyandang "mangu", yaitu tiang utama pembentuk bubungan
rumah (atap) seperti perahu layar.
18. L'EKE/L'EKE P'ERA
Tiang penopang rumah; Tiang penopang rumah adat Lio mempunyai namanya
masing-masing. Leke' one, leke ria adalah tiang-tiang besar yang
dipasang pada bagian sudut rumah. Leke' pera' adalah tiang yang paling
penting secara religius karena merupakan tempat turun naiknya roh-roh
ataupun Wujut Tertinggi. Tiang tersebut terletak di sebelah kanan rumah
adat.
19. ISI GADHA INE Pada barisan leke paling belakang
melintang 'Isi Gadha Ine' yaitu balok besar atau balok induk. Fungsinya
sebagai balok penguat tiang-tiang penopang. Sering digunakan orang untuk
bantal kepala.
20. LATA HOJA Diantara waja dan one
melintang sebatang balok yang dinamakan Lata Hoja. Selain berfungsi
sebagai pemisah, juga tempat sandaran.
21. LANI HOLO
Berhadapan dengan Lata Hoja melintang pula sebatang balok diatas leke
Pera, yang bernama Lani Holo, berfungsi juga sebagai bantal kepala.
22. ISI HUBU
Isi Hubu adalah balok yang melintang dibubungan rumah. Balok tersebut
melintang dari kiri ke kanan diatas pertengahan ruang Sao Ria. Balok ini
tidak boleh dipasang oleh yang bukan hak memasang. Yang boleh memasang
adalah saudara lelaki dari isteri Mosalaki karena dia dianggap sebagai
sumber kehidupan.
23. ATE Atap Sao Ria dinamakan Ate.
Terbuat dari alang alang yang membentang dari bubungan hingga melindungi
dinding-dinding secara keseluruhan. Ate membatasi ruangan secara
vertikal dan horisontal, yaitu membatasi alam dalam dan luar. Puncak
dari Sao Ria sesungguhnya berbentuk lengkung, seperti layar perahu .
24. BENGA TOKO
Didekat Wisu Lulu disebelah kanan pintu masuk kamar belakang (Sei)
terdapat sebatang balok berukir. Balok tersebut dinamakan Benga Toko
atau Benga Be'i. Balok ini berfungsi sebagai tempat bersandar Mosalaki
Puu Koekolu/Mosalaki Ine Ame.
Bab. IV Jenis-Jenis Rumah Adat Lio Berdasarkan fungsi dan karakterisktiknya, rumah adat suku Lio terbagi atas beberapa jenis yaitu:
1. Sao Ria. Tiga mosalaki tinggal di rumah ini dan mereka memiliki tugas dan peran yang berbeda, seperti:
-Laki Puu; tugas menjadi Tokoh Adat (Pemimpin Adat), mempertahankan
adat reservoir beras itu, terlibat dalam membangun pilar Rumah Adat,
pertama untuk penanaman dalam satu hari, menyediakan air untuk pemadam
kebakaran, dll. -Laki Turu Tena Nata Ae; tugas untuk menyambut tamu, menjaga dan pisau mengiris kayu mulai program adat upacara adat, dll.
-Laki RUU Tuu jaga tau Rara; bertugas saat ada upacara adat yang akan
diadakan dan setelah itu, mosalaki ini akan mengumumkan aturan yang ada
dilarang dan tugas adat lainnya.
2. Sao Labo. Ini merupakan
rumah tinggal oleh Mosalaki / Laki Puu. Dia memiliki tugas untuk
memberkati Tokoh Adat, menggali dan menanam pilar adat Rumah,
menyediakan air untuk pemadam kebakaran, dll.
3. Sao Meko
Ini merupakan rumah tinggal Laki Koe Uwi. Tugasnya adalah untuk
mengeluarkan singkong (uwi) dari tanah, memberikan penawaran pada tempat
suci atau Kanga, untuk mematahkan leher ayam untuk peramalan panen,
penanaman dalam satu hari dll.
4. Sao Tua. Rumah ini hidup
dengan: Laki Dai Nua Ulu. tugas-Nya untuk menjaga pintu gerbang masuk,
tanam dalam hari pertama, yang menyatakan dilarang peraturan, dll.
5. Sao Ndoja
Rumah ini hidup dengan: Laki Tunu Nasu. Tugasnya adalah untuk memasak
daging ketika adat ceremonials, mendistribusikan daging, tanam di hari
ketiga, dll.
6. Sao Leke Bewa Rumah ini hidup dengan: Laki Ria Bewa. tugas-Nya untuk menjadi hakim adat, penanaman pada hari kedua, dll.
7. Sao Ndoka Ame
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. tugas-Nya adalah untuk membawa /
menyalakan api, mendistribusikan daging mentah, penanaman dalam tiga
hari, dll.
8. Sao Pemo Roja Rumah ini hidup dengan: Laki Pama Nggo Lamba. Tugasnya adalah untuk menjaga alat musik, penanaman dalam tiga hari, dll.
9. Sao Gamba Jati
Rumah ini hidup dengan: Laki Gao Lo Kaka Taga. Tugasnya adalah untuk
menyentuh nasi adat, membuat ketan, tanam di hari ketiga, dll.
10. Sao Wewa Mesa
Rumah ini hidup dengan: Laki Dai Enga Ae Ulu Nanga Mau. Tugasnya adalah
untuk menyimpan air dan danau, rasa jagung, tanam di hari ketiga, dll.
11. Sao Bewa
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. Tugasnya adalah untuk
menyampaikan berita atau pesan, mendistribusikan daging ke Sao Ria,
penanaman dalam dua hari, dll.
12. Sao Watu Gana Rumah ini
hidup dengan: Laki Bei Nggo Lamba Wangga. tugas-Nya adalah untuk membawa
alat musik, mencari udang, pengukuran hutan ketika membuat rumah (Sao
Ria).
13. Sao Embu Laka Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto
Au. Tugasnya adalah untuk menjaga garis perbatasan desa, tanam di hari
kedua, memutar musik adat, mendistribusikan daging mentah, dll.
14. Sao Tana Tombu Rumah ini hidup dengan: Laki Laki Tau Sani.
15. Sao Mberi Dala
Rumah ini hidup dengan: Laki Laki Tau Sani. Tugasnya adalah untuk
memberikan sirih dan pinang bila ada tarian adat atau Gawi untuk penari
dan tamu.
16. Sa'o Benga, Tempat tinggal laki 'Dai Singi -
Enga Ra'i" (Penjaga Batas Wilayah). Tugasnya mendampingi Laki Pu'u (Tuke
Sangi) pada saat upacara adat ataupun ritual lainnya.
Dari
macam-macam jenis rumah adat ini, Jhon mansford Prior akhirnya
memberikan gambaran pandangan mistik yang mencoba menujukan unsur
keseluruhan berdasarkan tafsiran realitas:
-Sepasang batu, di
mana yang lebih tinggi melambangkan pria sang penghubung langit dan bumi
sedangkan yang agak rendah melambangkan perempuan, tempat persembahan
kepada para leluhur.
-Atap, terbuat dari alang-alang, menjulang
dari langit ke bumi dan tanpa jendela, menghubungkan liru dan tana
sekaligus membagi dunia luar dan dunia dalam serta terang dari
kegelapan.
-Keduabelas tiang, tingginya lebih kurang satu meter dari tanah, tiap tiang berdiri di atas tanah yang diratakan.
-Ruangan manusia, ditempatkan di atas tiang-tiang dasar. Balok-balok
tidak bersambungan dengan tiang-tiang dasar di bawahnya atau dengan
balok-balok atap. Pada bagian bawahnya (kolong rumah) menjadi tempat
hewan khususnya babi dan ayam. Babi melambangkan dimensi kehidupan
manusia yang mengikatnya dengan bumi, tanah; unsur makhluk dunia,
kesuburannya, perjuangannya untuk hidup makmur.
-Ruangan
langit, berada di bawah loteng, di atasnya ditempatkan dua tiang
panjang, mangu tempat diletakkannya bubungan atap sebagai simbol sumber
kehidupan yang mengalir dari generasi ke generasi melalui para ibu dan
anak perempuan. -Tiga ruangan vertikal, yaitu terdiri dari ruangan
bumi, ruangan manusia, dan ruangan langit. Masing-masing berdiri sendiri
namun terbuka (‘sadar’ bahwa ada yang lain).
-Tiga ruangan
horisontal, terbagi dari depan ke belakang rumah yaitu bale-bale
(maga-lo’o), tempat untuk istirahat sejenak dan menarik napas; ruang
tengah (maga-ria), tempat untuk menerima tamu, pembicaraan keluarga, dan
berbagai ritus berhubungan dengan pertanian, penentuan belis, dan
perundingan sesudah kematian; dan one’ adalah ruangan paling belakang
dan gelap sebagai rahim rumah. Masing-masing bagian diletakkan pada
sepasang tiang dasar.
Para leluhur menetapkan adat yang
ditafsirkan secara kreatif oleh keturunananya pada setiap generasi.
Setiap kejadian seperti penyakit, peristiwa alam disebabkan tingkah laku
dan ulah manusia, baik yang masih hidup, roh leluhur, dll memainkan
peranan dalam kehidupan anak-cucunya. Jadi kalau manusia mau hidup aman,
makmur, atau hendak mencapai tujuan hidupnya mesti hidup selaras dengan
alam yang ditatanya sendiri melalui adat kebiasaannya. Maka yang
menjadi penekanannya di sini adalah manusia sebagai pelaku yang aktif
dan kreatif, di mana seluruh kosmos dipengaruhi oleh tingkah lakunya
harus selalu melestarikan budaya yang telah terwariskan.