Logo

Logo
Latest News
Wednesday, September 26, 2012

HIKAYAT ATA POLO RIA



Oleh: Marlin Bato
Sumber: Valerianus Reku

Konon adalah Seorang Manusia yang buruk rupa dan berpostur mirip Raksasa, Namanya adalah POLO RIA (sebenarnya orang ini namanya SI POLO maaf bukan yang dari Medan maksud saya ). Namun karena Posturnya yang tinggi besar maka orang ini selalu di sebut orang sekampungnya POLO RIA.

Berhubung SI POLO RIA MEMPUNYAI KELAINAN KEPRIBADIAN yakni suka makan makan bangkai, bangkai apapun termasuk Bangkai manusia. Pokoknya tingkah laku si polo Ria sangat ganjil. Bila ada hewan yang mati kenah penyakit baik ayam, kerbau, sapi, babi, anjing, bahkan apa bila ada orang di kampung ataupun tetangga kampung yang meninggal lalu dikuburkan pasti Si Polo Ria diam-diam pergi ke sana entah malam-malam, ataupun siang-siang pada saat sepi atau keluarganya yang meninggal sedang tidak berjaga.

Karena keanehannya ini maka Si Polo Ria diusir warga kampung ke pinggiran hutan agar dia tinggal sendirian dan tidak diperkenankan bergaul dengan masyarakat. Namun dengan diasingkan Si Polo Ria tadi bukannya dia berubah tingkah lakunya malah bertambah gila, bahkan diculiknya anak-anak dari kampung sekitar untuk dijadikan santapannya. Dibuatnya sebuah gua besar di Samping rumahnya dan dikerjakanlah kandang dari kayu -kayu yang kokoh untuk dijadikan tempat penampungan anak-anak yang baru di tangkap dan disembelih secara bergiliran untuk dijadikan santapan.. demikian kehidupan sehari-hari Si Polo Ria ini.. semakin dimusuhi orang kampung diapun semakin kejam terhadap anak-anak yang diculiknya, dan tingkah lakunya yang aneh itu tak kunjung berubah menjadi baik...

Seiring dengan keanehann tingkah laku Polo Ria muncul gejala perubahan dalam diri Polo ria itu sendiri, misalnya kalau berjalan kakinya tidak menyentuh tanah, dan bisa mengangkat bagian Luar kepalanya seperti topeng hidup misalnya kalau mau memeriksa kutu/tuma yang ada di kepalanya. PoloRia bisa mengangkat kepalanya dan memeriksa kutu di kepalanya atau memutar kepalanya 180% dan bisa mengembalikan seperti semula.

Karena hidup terisolasi maka Polo Ria mempunyai kebiasaan keluar malam dan kalau siang dia tidur.

Adapun Mite La'a dan Istrinya Weta mbewu adalah penduduk di kampung tak jauh dari Poloria diasingkan, mulanya Mite La'a adalah seorang suami yg bertanggung jawab dan sangat rajin. Namun pada suatu hari Mite La'a diam-diam dan tanpa sepengetahuan istrinya Wetambewu, berkunjung ke tempat Poloria untuk meminta agar dia bisa belajar ilmu kanuragan barang satu-dua jurus. Dan akhirnya Poloriapun karena tidak ada kawan mau saja memberi ilmu kanuragan kepada Mite La'a yang otomatis menurun dari beberapa sifat yang dimiliki Poloria.

Namun seiring dengan ilmu kanuragan yang dimiliki Mite La'a semakin tinggi Mite La'a pun mewarisi sifat-sifat Poloria seperti tidur disiang hari dan keluar di malam hari. Juga bisa mencopot anggota tubuhnya lalu dipasang kembali seperti onderdil mobil ataupun motor ..he he he he..

Perubahan ini tidak disadari oleh Weta Mbewu sang Istri Mite. Sampai pada suatu waktu mereka membuka kebun baru untuk bercocok tanam. Namun dahulu bahkan sekarang kebiasaan melakukan Land Clearing adalah dengan membabat hutan lalu membakarnya (kalau istilah dlm bahasa Lio adalah Jengi ogo). Kendati demikian setelah jengi ogo atau pembakaran itu masih ada Land Clearing tahap dua yakni Ngeso ogo (ngeso-ogo = adalah pembersihan sisa-sisa pembakaran agar kebun itu siap ditanami dengan jagung ataupun Padi gogo. demikian juga dengan Mite La'a.

Adapun pada suatu hari harus melakukan Land clearing tahap dua yakni ngeso ogo, maka setiap pagi dengan rajinnya Weta Mbewu menyediakan makanan dan bekal untuk sang suami tercinta agar dia ke kebun baru melakukan Ngeso-ogo tadi. Tapi karena sudah menurun-ilmu kanuragan yang dimiliki Poloria maka otomatis Mite La'a pun sudah mewarisi sifat-sifat poloria. Maka ketika sampai di kebun bukannya bekerja melakukan Ngeso-ogo tapi dia mencopot kedua matanya dan menaruhnya di atas bubungan pondok lalu dia sendiri tidur -sampai ngorok/mendengkur sepanjang hari.

Jika sudah sore lantas dia menanyakan ke pada matanya yang di atas bubungan Pondok, mata-mata apakah sudah sore? lalu jawab matanya ya sudah sore. Sehingga Mite La'a pun mengambil sisa-sisa arang dari pembakaran kebun barunya lalu mengoleskan ke seluruh tubuhnya agar kelihatan seolah dia baru pulang kerja dan kelihatannya capek. Ketika ditanya Weta Mbewu istrinya pun dia dengan santai menjawab ya kebun kita sangat luas jadi mungkin satu bulan lagi baru selesai. Kebiasaan ini berlangsung sampai satu bulan. Setiap pagi Mite Laa disediakn perbekalan oleh sang istri untuk ke kebun, demikian juga Mite Laa kembali dengan badan kotor penuh arang hasil olesan bekas pembakaran di kebunnya..

Namun sebulan telah lewat, tapi Ogo tak kunjung selesai ngeso (land Clearingnya kok belum selesai-selesai) dan Weta Mbewu pun sudah tak sabar.. Hingga pada suatu hari setelah seperti biasanya mempersiapkan perbekalan untuk suami tercinta, dan setelah suaminya berangkat kerja. Weta Mbewu pun berusaha menyusul ke kebun untuk memastikan apakah suaminya sudah menyelesaikan pekerjaan Ngeso Ogo (land clearing tahap ke dua) atau belum. Alangkah kagetnya Weta Mbewu ketika sampai di kebun barunya karena ternyata tidak satu batang pun kayu sisa pembakaran yang dibersihkan Mite La'a. Lebih kaget lagi ketika dia melihat suami tercinta telah mendengkur keras dan ada dua matanya tergantung di atas bubungan pondoknya. Maka diam-diam Weta Mbewu mengambil kedua bola mata itu terus pulang. Dan setelah sampai di rumah lalu mengiris-iris mata yang dibawa dari bubungan pondok tadi lalu memasaknya dan lengkap dengan bumbu (dan ROYCO, eh maaf waktu itu belum ada pabriknya. hehehe) namun pasti sangat gurih..

Sewaktu Weta Mbewu menyediakan makan malam buat suami tersayang, sore itu Mite La'a tersadar dari tidur teringat matanya yang disimpan di atas bubungan pondok, maka dia pun bergegas untuk mengambilnya sebab kalau tidak berarti dia mesti jalan terseok-seok pulang ke rumah.  Ternyata matanya sudah tidak ada lagi alias sudah diambil oleh sang istri yang mengetahui kalau suaminya suka membohonginya dan punya keanehan. Bukannya kerja malah tidur.. istri mana yang tahan broer..? Akhirnya Mite La'a pun kembali ke rumah dengan berjalan terseok-seok.

Ketika sampai di rumah Weta Mbewu sang istri pura-pura bertanya; Kenapa dengan matamu sayang? Lalu Mite La'a seolah tanpa dosa menjawab; Itu karena tertusuk batang pohon sewaktu dia bersihkan kebun agar cepat ditanamin. Seolah tidak terjadi apa-apa, Weta Mbewu menyediakan makanan dan tak luput dengan lauk yang terbuat dari mata sang suami tersayang. Namun karena Mite La'a tak menyadari kalau itu adalah matanya sendiri yang dimakan dan telah dibumbui dengan seksama oleh sang istri maka Mite La'a pun makan dengan lahap sambil memuji masakan sang istri.

Tapi karena geli dan tidak tahan ketawa maka Weta Mbewu berusaha keluar rumah seolah mau menenangkan putranya yang sedang menangis. Namun Weta Mbewu tidak lupa untuk mengangkat semua anak tangga agar rumahnya tak bertangga. (maklum jaman dahulu masyarakat masih membuat rumah panggung sehingga harus menggunakan tangga untuk masuk ke ruang dalam rumah). Sambil senandungkan lagu penghantar tidur untuk putranya Weta Mbewu membuat sebuah syair yang berbunyi:

Ema gho mite- Meta do liepasa
(di artikan terbalik ema ko mite pesa do liemata)
(artinya=bapamu -mite-telah makan bola matanya.)

Mulanya Mite la'a tak menyadari arti dari lagu tersebut, namun lama kelamaan dan karena dinyanyikan berulang-ulang maka dia pun tersadar kalau tadi dia telah kehilangan matanya di bubungan pondok kebun. Ketika dia tersadar, serta merta dia berusaha mengejar Weta Mbewu dengan turun tangga rumah dan dengan penuh emosi dia memaki istrinya karena telah mencuri biji matanya dari kebun. Dia berusaha meraih pintu, namun sayang karena tangga rumah telah diangkat maka jatuhlah Mite La'a ke dasar rumah/ke tanah dibarengi dengan erangan kesakitan karena patah kaki dan gegar otak (eh... maaf waktu itu belum ada alat scaning lho) Hehehhe....

Dengan berdarah-darah Mite La'a akhirnya tiba di pinggir hutan tempat Poloria tinggal tempat di mana dia menimba ilmu. Lalu Mite La'a dengan tersedu-sedu meminta bantuan agar poloria menyembuhkan luka dan kakinya yang patah. Dia juga meminta bantuan Ata Poloria untuk membantu menangkap Weta Mbewu Istrinya yang telah tega mencelakakai dirinya....

Tentu saja Ata poloria dengan senang hati mau melakukan itu, selain Mite La'a adalah murid satu-satunya juga bagi dia tidak ada ruginya bisa mendapat daging gratiss..tiss.

Maka Ata-poloria pun mencari Weta Mbewu untuk disatein dan dikuliti biar semakin gurih dagingnya.. hehehe (kayak pernah makan saja..?)

Namun karena ketakutan Weta Mbewu bersembunyi terhadap gosip orang kampung juga balas dendam suaminya. Karena Ata Poloria mempunyai Ilmu kanuragan yang sangat tinggi, mampu berkomunikasi dan berbicara dengan benda hidup maupun mati. Sehingga dengan mudah bisa menemukan Weta Mbewu dan digelandang masuk kandang penyekapan ata poloria sendiri. Selanjutnya Weta Mbewu harus menunggu giliran untuk jadi santapan terakir ata Poloria. Kendati demikian, karena masih ada orang lain maka Weta Mbewu walaupun dalam kondisi ketakutan dan stress namun ia masih bisa bernapas lega karena belum mendapat giliran sehingga masih sempat berpikir untuk cari jalan untuk kabur dari tempat itu..

Berhubung setiap malam dan hari penantian itu di tempat Ata Poloria, tidak ada persediaan makanan lain terkecuali makanan dari daging dan tulang manusia, maka setiap malam Weta Mbewu disuguhi semangkuk daging dan tulang. (Untuk diketahui bahwa Ata Poloria sangat suka mengunyah tulang-tulang manusia untuk dimakan, makanya sesekali Weta Mbewu pun mendengar suara; "Krauuk..Karuuk.krrauuk krrauuk krak krak krak suara tulang di kunyah sama Gigi-gigi Ata poloria yang besar dan kuat". Hal itu membuat Weta Mbewu semakin merinding dan bergumam di dalam hatinya, 'bagaimana seandainya kalau dia atau tulang-tulangnya yang dikunyah',...hiiiii sereeeeeemmmm..!!

Tentu saja Weta Mbewu tidak memakan daging manusia yang disuguhi ata Poloria tadi. Namun karena takut ketahuan sebelum mangkuknya diambil dia sudah buru-buru membuang melalui celah jeruji kayu besi yang digunakan Ata Poloria sebagai kandang penampungan calon mangsa/lauk pauknya. Beruntung, sebelum Weta Mbewu digelandang Ata Poloria ke tahanan itu, dia sempat menyusupkan sekantong buah kecipir sejenis kacang bersegi empat (kalau Bahasa LIO disebut Mboko seko/Dowe). Jadi setiap malam ketika ia mendengar bunyi krauk..krauk..karrauk dari Ata Poloria maka ,Weta Mbewu pun akan makan biji kecipir yang sudah keras itu sehingga suaranya menyerupai suara ata Polo ria yang sedang memakan tulang tadi.

Hal itu membuat ata poloria menjadi bertanya-tanya dalam benak; jangan-jangan Weta Mbewu memiliki ilmu kedigdayaan serupa dengannya..? Sehingga ia memutuskan untuk menyantap Weta Mbewu pada saat gilirang paling akhir.

Sambil menunggu giliran Weta Mbewu berpikir keras bagaimana caranya kabur dari sana. Dan akhirnya Weta Mbewu sanggup mematahkan salah satu Jeruji kayu yang memagari tempat penahanannya. Tapi mengingat Ata poloria mempunyai ilmu kanuragan dan kedigdayaan juga mampu berkomunikasi dengan semua benda hidup maupun mati, maka Weta Mbewu berusaha untuk berkompromi dengan situasi itu. Ia pun tidak kehilangan akal untuk memberi sesajen kepada seluruh benda disekitar sel tahanan juga kepada semua benda di sekitar tempat tinggal ata poloria agar benda-benda itu tutup mulut bila ditanyakan oleh Ata Poloria.

Setelah itu Weta mbewu pun Ambil langkah seribu menuju ke rumahnya dan menutup rapat-rapat semua celah yang ada di rumahnya agar Ata poloria tidak mampu mencium (Membaui aroma manusia) = dalam istilah Poloria (WAU ATA MUZI). hehehe.... jangan marah oo kalau ada bahasa yang mirip ini hanya cerita.

Dan Weta Mbewu pun untuk sementara aman di rumahnya dengan perbekalan seadanya. Sayangnya Ada satu benda yang tidak sempat dikasih sesajen oleh Weta Mbewu yakni palungan di kandang babi Ata poloria, sehingga waktu poloria menanyakan bahwa kemana Weta Mbewu pergi, maka palungan tadi karena tidak mendapat jatah sesajen memberitahukan arah Weta Mbewu pergi, yakni ke rumah di mana Weta Mbewu tinggal. Setelah tahu, Ata Poloria pun bergegas ke sana dan mencari di sekitar rumah Wetambewu.

Namun tidak tercuim (WAU ATA MUZI) karena seluruh celah di rumah Wetambewu telah ditutup sangat rapat bahkan ditutup menggunakan LAJI dan DUDU (semacam serbuk dari bambu yang digunakan untuk menutup lubang periuk yang bocor atau sebagai alat pembakaran batu api/pemantik jaman dahulu).

Akan tetapi karena jaman dahulu rumah selalu beratapkan alang-alang maka dengan mudah Ata Poloria menyingkapnya atapnya dan berusaha turun ke dalam kamar rumah dimana Weta Mbewu berada. Ia tidak menyangka bahwa di dalam kamar tersebut, Weta Mbewu telah menyiapkan senjata dari sebatang kayu besi yang sangat keras telah dibakar dan dalam keadaan membara dan menyala. Sewaktu Ata Poloria turun dari atas atap maka ditusuknya betang besi itu ke dalam pantat Ata poloria hingga masuk sebagian kedalam perutnya dan sisanya masih di luar. Sehingga saking kagetnya Ata Poloria "LANGSUNG TERBANG KE LANGIT BERSAMA BARA YANG MASIH TERSANGKUT DI PANTATNYA". Hingga kini, orang Lio selalu menyebut ata polo ria identik dengan "loge merah" (Pantat merah).

Demikian ceritera ini semoga bisa menikmati; mohon maaf kalau ada yang salah dalam membahasakannya. Tabe Pawe..
  • Facebook Comments
Item Reviewed: HIKAYAT ATA POLO RIA Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi