Oleh: Marlin Bato
-----------------------
Jakarta, 18/02/2012
"Megawati, Tidak Hanya Anak Biologis Bung Karno, Tetapi Sekaligus Anak Ideologis"
Setidaknya, kalimat inilah yang diungkap oleh Ketua Yayasan Kusuma Pertiwi, Wiryanti Sukamdani yang memprakarsai penulisan dan penerbitan buku catatan pengalaman hidup Presiden RI ke lima ini. Lebih lanjut Wiryanti Sukamdani yang didampingi Valens Daki-Soo salah satu fungsionaris PDIP dan Dr. Andre Pareira, Ketua Bidang Hankam dan Hubungan Internasional DPP PD-P, pada saat konverensi pers pasca peluncuran buku di Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, mengemukakan bahwa buku ini diterbitkan oleh Kompas Gramedia dan akan diterbitkan 2.500 Eksemplar pada edisi perdana. Kamis 6/2 malam.
Sejak dibuka pada pukul 19.00 WIB hingga selesai pukul 23.00 WIB, acara berlangsung sangat hikmat. Terlihat hadir pula beberapa tokoh nasional seperti; Bpk. Yusuf Kalla, Wiranto, Surya Palo, Prabowo Subianto, Hasyim Muzadi, Adnan Buyung Nasution, Gayus Lumbuun, dan beberapa tokoh lainnya.
Pada sesi bedah buku oleh empat narasumber Bpk Yudi Latif, Ibu Siti Musda Mulia Sabam Sirait, Bpk. Richard Bagun mewakili pemimpin media kompas Jacob Oetama mengisahkan sosok Megawati adalah sosok yang patut di contoh pemimpin lain. Lahir dari putera sang fajar tentu akan membawah harapan baik bagi bangsa dan negara. Lebih lanjut Ricard Bagun menceriterakan, bahwa Bung Karno, ketika diasingkan di Ende, beliau selalu ditemani seekor burung elang ketika hendak mandi. Hal ini berarti, dalam diam beliau kerap menemukan energi besar yang bisa mempengaruhi dunia. "Jika anda ingin awet muda, pergilah ke Ende mandi di sumur Bung Karno, bisa jadi anda akan awet muda", Imbuhnya !
Seorang narasumber lainnya, Yudi Latif melukiskan bawah; "Dari semua para pemimpin Indonesia, tak ada satupun yang mengenal jalan pulang. Namun Megawati masih mengenal, tahu dan hafal jalan pulang menuju istana. "Ketika kecil, dia sudah di istana, setelah dewasa pun, beliau masih bisa kembali ke istana".
Adapun dalam sambutannya, Megawati Soekarno Putri, mengisahkan beberapa pengalaman serta perjalanan hidupnya. Pada masa kepemimpinannnya, sosok yang dikenal "Diam" ketika negara bergejolak hebat ini, membuat banyak kalangan berspekulasi dengan peta politik yang terjadi. Namun Mega tahu, kapan waktunya bicara sekaligus menentukan kebijakan negara. Mega selalu mengedepankan wong cilik sehingga peta politik serta ideologinya tidak pernah berubah haluan dari apa yang sudah dicita-citakan.
Acara yang dihadiri sekitar 600 tamu undangan ini pun diramaikan oleh para artis dan para seniman lainya seperti; Rano Karno Wakil Walikota Tangerang, Edo Kondologit, Lea Simanjuntak, serta dipandu oleh Rieke Diah Pitaloka dan Effendi Gozalli. Tak luput, petikan gitar Illo Djeer yang dikolaborasikan dengan alat musik khas NTT, sasando Rote petikan jemari Djitron Pah II turut mengiringi puisi semi orasi yang digelorakan oleh Valens Daki-Soo berjudul "Tentang BANGSA -- Untukmu, Srikandi Demokrasi". Illo Djeer yang berbusana Nagekeo dan Jitron Pah berbusana serta dilengkapi atribut Rote mewakili NTT ini tampil sangat prima mengisi acara tersebut. Alunan musik gitar dan sasando Rote menjadi ramuan kolaborasi yang sangat sempurna.
Seketika suasana menjadi hening saat petikan gitar dan sasando mengiring puisi Tentang Bangsa. Para hadirin "Diam" menikmati setiap untaian kata. Puisi yang sangat menggetarkan tersebut, seolah menggugah para pendengar seakan terbius dalam emotical diri, mungkin saja hati ingin berteriak sekencangnya mengikuti larik-demi larik puisi tersebut. Hingga pada penghujung puisi yang membakar jiwa para undangan tersebut, Putera Nagekeo ini mendapat aplaus yang luar biasa, para hadirin bersorak sambil bertepuk tangan riuh menjelang penghujung acara launching buku "Megawati, Anak Putera Sang Fajar".