Oleh: Marlin Bato
Jakarta, 20 Mei 2015
Selayang Pandang
Wuamesu adalah induk dari
perhimpunan masyarakat diaspora Ende Lio yang berkedudukan di Jakarta.
Wuamesu merupakan ruang temu masyarakat
asal Ende Lio, memiliki garis keturunan
Ende Lio, mengetahui bahasa Ende Lio dan
masalah sosial-budaya orang Ende Lio.
Wuamesu merupakan embrio yang
spiritnya dibawah dari Ende, lahir ditengah minimnya komunitas Flores di
Jakarta dan terbentuk sejak 25 Desember 1955, mengatasnamakan seluruh
masyarakat Kabupaten Ende dimanapun berada, dengan platform revolusi cinta
kasih. Pada dasarnya Wamesu didirikan, terinspirasi oleh Wuamesu yang pertama
kali didirikan di Ende beberapa dekade silam oleh pendiri – pendiri yang pada
waktu itu hijrah dan menetap di Jakarta.
Latar Belakang
Pada tahun 1955, berdirinya
organisasi Wuamesu semula digagas oleh pemuda-pemuda asal Ende yang kini sudah
demisioner disebabkan faktor usia. Karena itu tokoh-tokoh tersebut kini menjadi
sesepuh bagi masyarakat diaspora Ende Lio. Para sesepuh secara historis
terlibat sangat aktif dalam pendirian Wuamesu dan terbukti telah memberikan konsistensi
keterlibatannya dalam membina komunitas Wuamesu selama ini. Para sesepuh
tersebut adalah: Bapak Arnoldus Bhoka Cornelis Djoka, Bapak Yoseph Se’e, Bapak Yan Yos Mema, Bapak Alo Tola, Bapak Yakobus Seso, Bapak Donatus Lakaseru, Bapak Endi Wangge,
Bapak Nico Nggedhi, Bapak Felix Munuri dan Bapak John Babari serta masih banyak
lagi tokoh yang belum disebut disini.
Sejak awal terbentuknya, para
pendiri merasa penting untuk mencurahkan segala bentuk ide dan gagasan demi
untuk perbaikan daerah maupun bangsa dan Negara kedepan, sehingga pada momentum 25 Desember 1955
Wuamesu berdiri secara “De Facto”, berangkat dari segala keterbatasan akhirnya
dideklarasikan kendati secara “De Jure” belum sempurna terlaksana. Namun dalam
perjalanannya, berkat energy potensial dan spirit tinggi yang terserap dari
generasi muda kala itu, dalam semangat kebersamaan satu tekad kuat, saat itu
Wuamesu hadir memberi atmosfir berbeda dan berhasil merangkul hampir seluruh
masyarakat Flores untuk menyatu dalam wadah tersebut lewat berbagai
kegiatan-kegiatan positif demi mengubah paradigma baru serta menepis stigma
negative.
Perjalanan organisasi
"Wuamesu” tentu mengalami pasang surut dan tantangan yang cukup rumit,
baik secara internal maupun eksternal. Tantangan yang sangat fundamental adalah bagaimana cara
merubah paradigma berpikir masyarakat Ende yang cenderung apatis dan pesimis terhadap relitas yang ada disekelilingi
mereka.
Keterlibatan insan-insan muda
Ende dalam organisasi Wuamesu pada saat itu memiliki corak tersendiri, mereka
di hargai dalam beragam entitas actual. Hal ini dibuktikan dengan jelas ketika
organisasi Wuamesu turut aktif terlibat dalam berbagai event dan
kegiatan-kegiatan internal maupun eksternal.
Karena itu, masyarakat Ende yang
berhimpun dalam wadah ini sadar betul bahwa hegemoni etnis dalam berbagai peran
akan terlihat sangat kental ketika semua anggotanya bertekad mengerahkan energy
untuk membuktikan potensi dan talenta, baik secara individu maupun secara
bersama-sama.
Pada era kekinian, kebangkitan
organisasi Wuamesu dengan generasi baru merupakan sintesis dari lajunya arus
gerakan modernitas dan globalisasi yang menghimpit nilai-nilai kultural Ende
Lio. Transisinya nilai kultural Ende Lio menjadi sebuah alasan mendasar bagi
mentor-mentor Ende untuk melahirkan sosial movement sebagai wadah pergerakan
kebangkitan atas degradasi nilai-nilai luhur budaya Ende Lio. Karena itu,
setiap generasi Wuamesu terus melakukan pembaharuan dan pembenahan agar wadah
ini lebih eksis menyerap seluruh aspirasi masyarakat Ende Lio untuk perubahan
ke arah positif.
Organisasi ini lahir, untuk
menjawab tantangan era globaliasi masa mendatang, sekaligus menepis keraguan
terhadap perkembangan mentalitas masyarakat dan generasi Ende Lio dalam menempa
jati diri, agar lebih aktif, inovatif, dan memiliki kualitas serta character
building yang kuat melalui kegiatan-kegiatan dalam berorganisasi.
Wadah Wuamesu ini akan menjadi
pionir bagi kaum muda dan masyarakat Ende Lio baik di pusat maupun daerah,
karena Wuamesu berada pada titik sentralistik barometer utama yaitu di Jakarta
sebagai Ibukota yang akan menjadi pusat
eksistensi dengan mengemban tujuan utama:
Visi
Masyarakat Lio Ende yang inovatif, unggul, peduli terhadap lingkungan
sekitar dan dapat dipercaya
Misi:
1. Mengeksplorasi dan
mengembangkan unsur-unsur sosial budaya
masyarakat Lio Ende.
2. Meningkatkan keberdayaan
masyarakat Lio ende menjadi individu
yang inovatif, kreatif dan berjiwa kewirausahaan
3. Mengembangkan kualitas
pendidik dan peserta didik Lio Ende melalui kerjasama dengan badan- badan/lembaga-lembaga sosial dan
lembaga pendidikan
4. Bekerja sama dengan Pemdah
Kab. Ende untuk mempromosikan potensi-potensi
ekonomi kreatif dan wisata Kab. Ende
Sistem nilai: Organisasi Wuamesu
dan anggotanya berpegang pada sistem nilai universal dan sistem nilai yang bersumber dari warisan
budaya leluhur Lio Ende:
a. Su’u iwa sele wuwu, Wangga iwa mbenga wara.
- Siap Menerima Tanggung Jawab
b. Bhoka Ngere H/Ki, Bere Ngere ae
- Mengutamakan Persatuan dan
Kesatuan
c. Mbana leka jala masa, Leta leka wolo molo.
-
Kejujuran dan Memihak Kebenaran
d. Watu mite le’u lowo, Ae bere iwa sele.
- Keberanian mengambil Resiko
e. Kema dhau tambu, Mbana dhau deki.
- Bekerja Hingga Tuntas
f. Tangi Pei, Pene Kai
- Keterbukaan
STRUKTUR KEPENGURUSAN
Demikian sejarah singkat Wuamesu ini,
akhirul kata kami selaku penggiat mengajak kita semua masyarakat Ende
Lio untuk memperkuat rasa persaudaraan dan
kekeluargaan melalui wadah organisasi ini, demi menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur Ende .
Terimakasih !!