Kabinet
pemerintahan Presiden Joko Widodo terbentuk sudah. Ada perubahan postur
dibanding kabinet pemerintahan sebelumnya. Presiden Jokowi menamai
kabinet bentukannya ini dengan Kabinet Kerja. Harapan memang tak selalu
menemui kenyataan. Gelora yang penuh gairah di awal, mulai menemui
kenyataan baru.
Jarak antara
harapan dengan kenyataan yang menganga ini terbilang cepat. Jarak ini
bekerja dalam hitungan hari. Pengumuman kabinet di kawasan Tanjung Priok
yang tiba-tiba batal merupakan satu titik yang membuat harapan menjauh.
Jurnalis yang sejak pagi diboyong dengan bus istana gagal membawa kabar
penting yang dinanti itu.
Harapan besar
itu kian menyusut. Ia seakan menabrak kenyataan. Politik tanpa syarat
ternyata memang bukan perkara mudah. Pemerintahan bersih adalah impian.
Meminta saran KPK atas nama-nama menteri tentu iktikad yang layak
diapresiasi. Namun, langkah baik tentu mensyaratkan cara yang baik.
Langkah ini ternyata memiliki komplikasi. Sama kompleksnya dengan
kehadiran rumah transisi. Pelbagai
karut-marut pendapat mengenai situasi di balik panggung memenuhi
percakapan publik. Kebenarannya tersembunyi dalam samar-menyamar
informasi. Tabir asap menyelimuti fakta. Tafsir berseliweran.
Kompleksitas
persoalan ini menganga lebar. Tentu, secara retoris, kita bisa
mengatakan bahwa, tidaklah mudah untuk memuaskan semua orang. Memang
demikianlah adanya. Soalnya, langsung atau tidak, harapan itu telah
diamini.
Pada posisi
ini, peta relasi politik seakan kembali menemui hukum sejarah. Publik
kembali ke tempat awal. Kekuasaan kembali ke tempat semula. Politik kini
kembali seperti sediakala. Secara dialektik, relasi ini akan
menguntungkan. Kritik akan tumbuh bak cendawan. Harapan tetap terjaga
dalam kritik. Pemutlakan gugur oleh kesadaran.
Perjuangan
politik, dengan ini, akan menjadi lebih cemerlang. Dialektika politik
tak lagi sekedar romantisme, ia kembali dinamis. Kenyataan ini akan
membangkitkan kesadaran posisi. Bahwa, setelah kekuasaan baru terbentuk,
sesungguhnya perjuangan politik itu baru dimulai. Dukungan yang utama
pada kekuasaan baru kini memasuki tahap selanjutnya: Kritik.
Presiden Joko
Widodo telah bertaklimat pada para menterinya, "Jaga kepercayaan
rakyat, dengan bisa tunjukkan bukti kerja pada rakyat, dan untuk
kepentingan rakyat Indonesia."
Alhasil,
Presiden Joko Widodo, telah mengambil langkah, memilih kawan seiring.
Publik saatnya, memastikan posisi. Kekuasaan tanpa kritik tak ubah
dengan penaklukan. Kerja publik adalah kritik. Perjuangan baru dimulai. (dadang rhs)