Gambar Hanya Ilustrasi
Oleh: Marlin Bato
Sumber: Valerianus Reku
Konon, Nusa nipa banyak dihuni binatang besar seperti Gaja, Lobu, juga Nipa Ria dan Mori-wolo, mungkin mori wolo yang dimaksud adalah Mbou yang sekarang sudah hampir punah di Flores daratan.
Namun Karena tana ela-keli wolo (bumi) mengalami Kemarau panjang maka terjadi kepanasan di mana-mana, dan sampailah pada suatu kejadian sa'ulu ela tana watu (Bumi) mengalami bencana Air bah, yang di awali epu rendu dan Edo weo Ria (Gempa bumi dahsyat) maka seluruh binatang dan Penghuni tana watu tenggelam terseret Bah tersebut.
Maka tinggallah dua orang kaka beradik yang masih sangat kecil kira-kira berumur sekitar tujuh(7) dan sembilan(9) tahun, kakaknya yang laki-laki bernama Nopo dan adiknya yang Perempuan bernama Neta, yang sempat selamat dan terseret ke atas puncak sebuah gunung bernama gunung Lepembusu. Maka terdamparlah kedua kakak beradik itu di sana karena gunung tersebut telah berubah menjadi sebuah pulau kecil yang dikelilingi air laut. Beruntungnya di gunung Lepembusu ini mereka bisa mendapatkan air minum untuk bisa bertahan hidup dan terhindar dari dehidrasi. Karena tidak ada perahu dan tidak ada orang lain untuk dimintai pertolongan maka kedua anak kecil itu memutuskan untuk tetap tinggal di situ dan bertahan dengan perbekalan apa adanya.
Namun rupanya terjadi perubahan cuaca yang sangat extrim setelah kejadian bencana air Bah, yakni curah hujan menjadi jauh lebih tinggi dan mendinginnya suhu secara drastis, juga langit seolah mendekat ke bumi. bahkan pohon-pohon pun bisa tumbuh menjulang seolah menembus langit sehingga binatang langit pun dengan leluasa berkeliaran di bumi.
Adapun pada suatu ketika, nopo dan Neta telah bertumbuh manjadi Pria dan Wanita dewasa merekapun akhirnya bercocok tanam khususnya Ndora (Ndora-Ubi patatas) karena waktu itu hanya tanaman inilah yang tersisa dari badai air bah, lagi pula mereka berdua belum bertemu dengan Ndale dan Mbu dari Mbotu Ndota. Karena curah hujan yang cukup dan tanahnya subur maka Nopo dan Neta berhasil mendapatkan hasil umbian yang cukup bagus dan mampu menghidupi hari-hari mereka selain mereka juga bisa sesekali memancing dilaut yang tidak jauh letaknya dari tempat tinggal mereka.
Untuk diketahui Gunung lembembusu adalah hutan yang dianggap keramat sampai saat ini sehingga banyak tumbuh Pohon-pohon Besar yang berusia Ratusan tahun, juga di setiap pohon besar pasti ada tumbuh sejenis tumbuhan lain yang menjalar di batang pohon besar tersebut (namanya LEKE) maaf saya lupa dan tidak tahu bahasa ilmiahnya tumbuhan menjalar ini. Demikian pula waktu Nopo dan Neta hidup di sana sudah ada pohon semacam itu. Kebetulan Pohon ini tumbuh tidak jauh dari tempat Nopo dan Neta berkebun di mana makluk langit bisa menjangkau bumi melalui media Pohon beringin yang sangat besar dan (dengan mudah bisa turun melalui tumbuhan merambat yg namanya Hoba LEKE tersebut. Namun kejadian ini kurang diperhatikan oleh Nopo dan Neta, sehingga ini tidak dilihat sebagai keanehan atau hal yang merugikan mereka berdua ataupun tanaman di kebun mereka dan hidup pun berjalan normal-normal saja..bersambung.
Hingga pada suatu malam datanglah Wawi toro, kalau sekarang dalam lagu Ebiet mungkin bisa di sebut dengan panggilan (BINTANG MERAH yang waktu itu hanyalah seekor makluk langit menyerupai Babi yang turun ke bumi melalui (HOBA LEKE) yang terpaut di sebatang pohon beringin raksasa...lalu makluk tersebut memakan ubi di kebun ANA HALO (Nopo dan Neta).
Keesokan harinya kagetlah Ana halo itu kalau di kebunnya telah dimasukin oleh semacam bintang yang tak jelas asal usulnya, sehingga Nopo memutuskan untuk menjaga kebunnya semalaman sambil menyalakan api unggunnya dan berdiang (kalau bahasa Lio=niru Api). Akhirnya hampir tengah malam (maaf waktu itu belum ada alat peghitung waktu) tiba-tiba dilihatnya oleh Ana halo kalau ada seekor binatang yang turun dari Pohon tersebut melalui Hoba Leke tapi dia belum bisa memastikan kalau itu adalah binatang yang asalnya dari langit.
Namun dia menyaksikan apa yang dilakukan binatang tersebut memakan ubi di kebunnya dan berusaha kembali sebelum (MEDISIA=BINTANG TIMUR=BAHASA LIO YANG LAIN=WUNU) muncul pertanda pagi akan segera tiba melalui HOBA LEKE yang terpaut di pohon beringin raksasa tersebut. Namun karena keinginannya untuk menyelidiki binatang ini dan asal usulnya Anahalo pun tidak buru-buru membunuh binatang ini, dan karena penasaran dia bertekad untuk melakukan pengamatan di malam ke dua. Demikian dia mengamati kejadian seperti semalamnya terjadi lagi, dan binatang itu kembali buru-buru sebelum munculnya Wunu atau Bintang timur. Pengamatan dengan cara yang sama dilakukan oleh NOPO selama 7 hari berturut-turut, sampai pada malam ke 7 maka NOPO membawa lengkap dengan anak-panah dan senjatanya dari kampak batu. Lalu dari pondoknya diam-diam dia mengintip kalau binatang ini turun lagi maka dia berusaha untuk menangkapnya.
Dan ternyata pagi hampir tiba yang berarti Wunu akan segera muncul maka binatang inipun memohon agar Nopo melepaskannya dan berjanji untuk tidak datang lagi. Akhirnya sebelum Wunu muncul di ufuk timur Ana Halo melepaskan Binatang pengganggu ini dengan Janji kalau dia tidak akan kembali dan merusak tanaman di kebun Mopo dan Neta. Namun pada malam ke 8 ternyata binatang ini ingkar janji. Malah dia kembali lagi dan memakan ubi di kebun Nopo dan Neta. Akhirnya nopo memutuskan untuk membunuh dengan Panahnya. Malam itu ketika binatang tersebut sedang asyik memakan Ubi di kebun, dibidiknya dan dia pun memanah binatang langit perusak ini. Karena kaget binatang ini lari menuju Pohon beringin dan memanjat Hoba LEKE dengan berdarah-darah karena terkena anak panah NOPO.
Namun Nopo sangat marah sehingga ketika binatang ini sudah di atas pohon, diputusnyalah hoba LEKE yang menghubungkan langit dan Bumi tersebut dan tiba-tiba langit pun menjauh ke atas dan mendadak laut menjadi surut. Sejak saat itu binatang langit tersebut dinamakan WAWI TORO karena atau bintang merah yang berlumur darah dan muncul di waktu malam sedangkan Musuhnya WUNU /MEDISIA yang muncul menjelang pagi.. Demikianlah kejadian Liru-Lera mesi Deso.
Namun kisah nopo dan Neta belum berakhir di sini karena mereka diyakini sebagai nenek moyangnya Orang Unggu, Nida, Nggesa dan ada tujuh sub keluraga. Untuk membuktikan keyakinannya Penulis melakukan riset tahun 1989 di Puncak Gunung Lepembusu dan menemukan 7 tugu batu juga tengkorak kerbau serta binatang lain di sekitar tugu..Namun karena persis di tempat ditemukannya tugu-tugu peringatan ke 7 sub keluarga tersebut telah di bangun TOWER PEMANCAR TELKOM. Dan penulis juga kurang tahu apa yang terjadi dengan Tugu-tugu tersebut.