Gambar plesetan SBY yang beredar di Twitter pasca walkout Demokrat di
sidang paripurna DPR yang menyebabkan menangnya opsi pilkada tidak
langsung
MB.com Jakarta --- Meskipun aktingnya
sudah ketahuan belangnya, Ketua Umum Partai Demokrat, SBY, masih terus
menjalankan aktingnya, seolah-olah rakyat Indonesia yang dikadali itu belum pada sadar. Dari Washington DC,
Amerika Serikat, SBY mengadakan konferensi pers khusus untuk
menyampaikan pernyataannya tentang menangnya opsi pilkada melalui DPRD.
Dalam konferensi persnya itu SBY dengan memasang raut muka kencang super
serius seperti orang yang sedang menahan marah (mungkin sebelumnya,
akting ini sudah dilatih berulang-ulang di depan cermin) menyatakan
meskipun dia menghormati hasil voting di DPR itu, tetapi dia sangat
kecewa dengan hasil voting yang memenangkan opsi pilkada tidak langsung
itu.
Padahal justru aksi Demokrat yang dipimpin oleh Benny K. Harman-lah yang walkout dari sidang paripurna DPR itulah yang menjadi penyebab satu-satunya dan paling utama kekalahan kubu pro pilkada langsung (PDIP cs). Ketika itulah rakyat Indonesia sadar banhwa ternyata mereka telah dikadali
SBY ketika dia menyampaikan pernyataannya yang mendukung sepenuhnya
mempertahankan pilkada langsung oleh rakyat. Pernyataan SBY di akun
YouTube-nya, Minggu 14 September 2014 itu, beberapa hari kemudian
diikuti dengan pernyataan terbuka Ketua Harian Demokrat Syarif Hasan
yang semakin menegaskan pilihan Demokrat untuk mendukung pilkada
langsung. Ternyata itu semua bagian dari sandiwara yang sedang dimainkan
Demokrat dengan sutradara yang juga merangkap aktornya, SBY. Puncak
sandiwara pilkada itu terjadi di sidang paripurna DPR, ketika dengan
aksi konyolnya Benny K Harman memimpin kader-kader Demokrat melakukan walkout.
Saat itulah terungkap sandiwara Demokrat sebagai bagian dari strategi
licik SBY.
Siapa manusia normal yang tidak marah ketika menyadari dirinya dibohongi, diperdayai, dikadali?
Apalagi oleh Presidennya sendiri, dan menyangkut hak paling prinsip
rakyat dalam memilih calon pimpinan daerahnya. Tak heran dunia maya pun
spontan semarak dengan ungkapan-ungkapan kejengkelan dan kemarahan
rakyat kepada SBY dan Demokrat. Di Twitter hastag #ShameOnYouSBY segera
menjadi Trending Topic nomor 1, diikuti oleh #RIPDemokrasi. Di Kompasiana pun tak kalah semarak dengan artikel-artikel yang mayoritas mengecam keras sikap SBY dan Demokrat itu.
Tetapi, seperti yang
saya sebutkan di atas, SBY seolah-olah pura-pura tidak tahu bahwa belang
aktingnya bersama dengan akting petinggi Demokrat lainnya, Syarif
Hasan, dan Benny K Harman sudahlah ketahuan, SBY masih meneruskan
aktingnya itu seolah-olah masih benar-benar mendukung pilkada tidak
langsung. Melalui aktingnya di Washington DC itu, SBY pun memasang muka
marah, menyatakan sangat kecewa dengan hasil voting yang memenangkan
pilkada tidak langsung itu.
Belum cukup, aktingnya
masih dilanjutkan, dengan menyatakan bahwa sebagai tindak lanjut atas
kemenangan opsi pilkada tidak langsung itu – yang mengakibatkan RUU
Pilkada tersebut segera disahkan menjadi UU, Partai Demokrat akan
mengajukan uji materi atau judicial review UU Pilkada itu di Mahkamah Konstitusi (MK)!
Akting Benny K Harman
di sidang paripurna DPR itu sudah lebih dari cukup kekonyolannya, kini
masih mau ditambah lagi dengan rencana SBY/Demokrat untuk mengajukan uji
materi UU Pilkada tersebut, padahal semua orang tahu justru
Demokrat-lah penyebab utama lahirnya UU Pilkada dengan sistem pilkada
melalui DPR itu. Sungguh-sungguh akting dan skenario cerita yang sangat
konyol.
Kalau ini film
Hollywood, jalan cerita yang mereka mainkan, berikut para aktornya, SBY,
Syarif Hasan, dan Benny K Harman sangat layak menerima Razzie Awards,
yaitu “penghargaan” untuk film dan aktor terburuk film Hollywood.
Juru Bicara Presiden
Julian Aldrin Pasha mengatakan, kekecewaan SBY lebih kepada hasil sidang
paripurna DPR yang memutuskan pilkada tidak langsung atau lewat DPRD.
Keputusan itu dianggap SBY justru mengabaikan kedaulatan rakyat.
“Pak SBY dengan Partai
Demokrat telah berjuang dengan mengajukan opsi untuk mempertahankan
pilkada langsung dengan perbaikan, namun tidak diakomodasi dalam opsi
voting dan tidak didukung, bahkan ditolak oleh fraksi parpol lain. Oleh
karena itu, Partai Demokrat akan mengajukan gugatan hukum ke MK terhadap
UU Pilkada ini,” ujar Julian melalui pesan singkat, Jumat (26/9/2014) (Kompas.com).
Padahal justru
Demokrat-lah sesungguhnya kunci utama kemenangan Koalisi Merah Putih
dengan opsi pilkada tidak langsung itu, yang disebut SBY sebagai
pengabaian kedaulatan rakyat itu. Seandainya Demokrat konsisten dengan
sikapnya mendukung pilkada langsung, dengan tidak melakukan walkout, 100 persen pasti “pengabaian kedaulatan rakyat” itu tidak pernah terjadi. Sebaliknya, justru, kedaulatan rakyatlah yang menang.
Penyampaian pesan SBY
melalui juru bicara Kepresidenan ini sesungguhnya merupakan suatu
masalah lagi. Bukankah masalah ini adalah masalah SBY sebagai ketua umum
Partai Demokrat? Kok urusan Partai Demokrat ini disampaikan oleh seorang juru bicara kepresidenan yang notabene dibayar oleh negara?
Akting SBY, dan Benny K Harman (Demokrat) itu semakin terkuak, ketika perilaku ceplas-ceplos Ruhut Sitompul secara tak sengaja malah membongkar siapa sebenarnya otak dari sandiwara walkout Demokrat tersebut.
Foto ini sebenarnya sudah menunjukkan kepada kita, siapa sebenarnya
Demokrat itu. Lihatlah seragam kubu Prabowo-Hatta yang dikenakan Max
Sopacua dan Nurhayati //(ki-ka) Politisi Golkar, Setya Novanto, Ketua
Harian� Demokrat, Syarif Hasan, Capres Prabowo Subianto, Ketua Fraksi
Demokrat Nurhayati Ali Assegaf, Wakil Ketua DPR dari Golkar, Priyo Budi
Santoso dan Wakil Ketua Umum Demokrat,� Max Sopacua dalam acara
deklarasi dukungan anggota DPR RI Partai Demokrat untuk Prabowo-Hatta di
Hotel Crowne, Jakarta, (16/6). TEMPO/Dhemas Reviyanto
Ruhut Sitompul, mengaku, aksi walkout Demokrat
itu sesungguhnya atas perintah SBY sendiri! Kata dia, Ketua Fraksi
Partai Demokrat Nurhayati mengatakan kepadanya bahwa SBY telah mengirim
SMS (dari Washington DC, AS) yang memerintahkan semua anggota fraksi
untuk meninggalkan ruangan sidang paripurna.
“Dapat SMS kata dari
Max Sopacua sama Ibu Nurhayati, ya sudah. Dari SBY, ya sudah. (Mau
lakukan) apa lagi?” ujar Ruhut di Kompleks Parlemen, Jumat (26/9/2014) (Kompas.com).
Rupanya Ruhut yang
bermulut “ember” itu tidak tahu, kalau SBY sedang bermain sandiwara dari
AS, yang pura-pura sangat kecewa atas kemenangan KMP dengan opsi
pilkada melalui DPR itu. Buktinya dia kaget, ketika wartawan
mengkonfirmasikan kepadanya bahwa SBY telah menyatakan kekecewaan itu.
Maka terjadilah ketidaksinkronisasi antara akting SBY dengan pengakuan
Ruhut ini.
Saat ditanyakan
wartawan soal kekecewaan SBY atas pilihan Demokrat itu, Ruhut mengaku
tidak tahu. Dia pun heran lantaran selain Nurhayati, Wakil Ketua Umum
Partai Demokrat Max Sopacua juga mengutarakan hal yang sama bahwa ada
pesan singkat langsung dari SBY.
Apakah benar pengakuan Ruhut itu bahwa SBY-lah lewat SMS telah memerintahkan walkout itu? Yang pasti adalah sampai sekarang pengakuan Ruhut itu tidak dibantah oleh Nurhayati, maupun Max Sopacua, maupun oleh SBY.
Kepastian lain, SBY pun tidak mempermasalahkan tindakan walkout partainya itu, padahal itulah kunci kemenangan pilkada tidak langsung. ***
Sumber berita: