MB.com, Nusa Tenggara Timur acap kali dinilai sebagai wilayah yang terbelakang
dalam pembangunan. Ini dapat dilihat pada beberapa indikator pembangunan
daerah yang belum dapat mencapai angka yang memuaskan. Lemahnya
pembangunan disebabkan oleh keterbatasaan sumber daya alam dan sumber
daya manusia, yang sebenarnya masih belum dikembangkan secara maksimal.
Namun fokus masih diarahkan pada kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dituding sebagai penyebab lambatnya pembangunan di tanah Flobamora
ini, hal ini terlihat dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang menempatkan Provinsi NTT di peringkat 31 dari 33 provinsi.
Namun dibalik itu ada secercah harapan dari segi pembangunan pendidikan
di Nusa Tenggara Timur, salah satunya melalui Sekolah Tinggi Filsafat
Katolik Ledalero atau yang biasa disingkat dengan STFK Ledalero yang
berada di Flores.
Embrio sekolah tinggi ini telah ada sejak tahun 1937, dengan tujuan membina dan mendidik para calon imam Katolik dengan membekali melalui mata kuliah filsafat, teologi, Kitab Suci dan Iimu-ilmu humaniora. Dalam perkembangannya muncul jurusan Filsafat Agama dan Program Studi S1 Filsafat Agama Katolik (Ilmu Teologi), sehingga STFK Ledalero mulai menyelenggarakan pendidikan yang terbuka juga bagi para mahasiswa-mahasiswi bukan calon imam. Kini nama STFK Ledalero Maumere telah dikenal di mana-mana bersanding dengan STFK Suryagung Bumi Bandung, Driyarkara Jakarta dan Widya Sasana Malang.
Embrio sekolah tinggi ini telah ada sejak tahun 1937, dengan tujuan membina dan mendidik para calon imam Katolik dengan membekali melalui mata kuliah filsafat, teologi, Kitab Suci dan Iimu-ilmu humaniora. Dalam perkembangannya muncul jurusan Filsafat Agama dan Program Studi S1 Filsafat Agama Katolik (Ilmu Teologi), sehingga STFK Ledalero mulai menyelenggarakan pendidikan yang terbuka juga bagi para mahasiswa-mahasiswi bukan calon imam. Kini nama STFK Ledalero Maumere telah dikenal di mana-mana bersanding dengan STFK Suryagung Bumi Bandung, Driyarkara Jakarta dan Widya Sasana Malang.
Bermula dari pertambahan tenaga pendidik dan peningkatan minat
pengetahuan maka penulisan karya ilmiah menjadi sebuah keharusan. Untuk
itu STFK Ledalero membidani lahirnya Jurnal Ilmiah Ledalero sebagai wadah diskursus intelektualitas. Ledalero dalam bahasa setempat berarti “tempat sandar matahari”,
dianggap mewakili ekspresi gagasan dasar penerbitan jurnal yaitu untuk
meningkatkan kesadaran akan persentuhan iman dengan kebudayaan,
nilai-nilai religius, permasalahan sosial dan politik. Bersamaan dengan
maksud di atas maka di tahun 2002, diresmikan pula Penerbit Ledalero
untuk menerbitkan Jurnal Ledalero dan juga menerbitkan karya-karya dari
berbagai bidang sesuai pertimbangan kelayakan dari para penanggung
jawab penerbitan.
Penerbit dengan slogan books that matter
ini telah menerbitkan buku-buku karya ilmiah para dosen atau mahasiswa,
hasil-hasil penelitian, buku editorial dan buku-buku terjemahan yang
bertemakan filsafat, teologi, antropologi, psikologi dan umum. Sudah
seratusan lebih buku yang diterbitkan oleh penerbit Ledalero
diiantaranya ditulis oleh penulis lokal yang mumpuni seperti Paulus Budi
Kleden, Eben Nuban Timo, Georg Kirchberger, Bernardus Boli Ujan,
Philipus Tule dan Otto Gusti Madung.
Walau sudah berusia satu dekade namun Penerbit Ledalero perlu belajar
dari pendirian Penerbitan Gramedia di sekitar tahun 60-an. Gramedia
sebagai penerbitan yang tumbuh di masa itu yang ingin mewujudkan visi
berperan serta mengembangkan intelektualitas masyarakat Indonesia,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan masa depan yang lebih
baik. Hal yang dilakukan adalah mendorong minat baca masyarakat
Indonesia, agar kehidupan mereka dapat berubah melalui kekuatan
pengetahuan. Dengan misi ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa
melalui penyebarluasan pengetahuan, keilmuan dan informasi. Kini
Kelompok Kompas Gramedia (KKG) sebagai induk penerbitan telah berkembang
dengan pesat karena memiliki jaringan toko buku terbesar di Indonesia.
Dengan melihat peluang itu maka visi penerbitan Ledalero tak berbeda
jauh dalam upaya dan tekad untuk menjadi salah satu penerbit dari
wilayah Indonesia Timur yang turut melemparkan gagasan-gagasan ilmiah
bagi masyarakat akademis dan sekaligus memperkaya wacana keilmuan
masyarakat pada umumnya.
Berangkat dari senerai diatas maka tidak berlebihan jika dikatakan
Penerbit Ledalero akan menjadi suluh perkembangan pengetahuan dari
timur. Saat ini juga tak dapat dipungkiri bahwa Penerbit Ledalero adalah
lembaga penerbitan lokal yang paling eksis di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Jika penerbit Ledalero konsisten terhadap penerbitan buku bermutu
maka kelak akan menyamai lembaga penerbitan nasional seperti Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, Bhuana Ilmu Populer, Bentang Pustaka, Bentara
Budaya, Elex Media, Kanisius, Pustaka Pelajar dan Penerbit Mizan.
Penerbit Ledalero beralamat di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Maumere 86152 Flores, NTT atau juga dapat dikunjungi melalui Penerbit Ledalero. Ketika berada di Kota Maumere pada Oktober 2011, lalu, saya menyempatkan diri berkunjung ke Gramedia Book Store
Maumere. Di toko tersebut terdapat tiga rak yang menyediakan buku-buku
khusus terbitan Ledalero, saya sempat memilah beberapa buka dan akhirnya
membeli sebuah buku terbitan Ledalero sebagai kenang-kenangan. (*)