Logo

Logo
Latest News
Tuesday, August 12, 2014

Dongeng dan Bahasa Anak


MB.com-- Eddy 

Kesulitan dalam belajar berbahasa pada anak-anak, baik krena disfungsi minimal otak maupun karena faktor-faktor lain, banyak ditemukan di Indonesia. Mereka memerlukan penanganan sesegera mungkin. Kesulitan berbahasa pada anak-anak apabila tidak cepat ditangani akan membawa konsekuensi berat di kemudian hari. Bisa saja anak-anak ini mengalami kesulitan di bidang-bidang skolastik lainnya. 

Pertanyaannya, bagaimananakah cara mengatasi kesulitan berbahasa pada anak-anak tanpa meminta bantuan ahli terapi bahasa? Tulisan singkat ini mencoba menawarkan dongeng sebagai satu cara menangani kesulitan berbahasa pada anak-anak. Gagasan ini mungkin terdengar kontroversial di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi di masyarakat. Namun, mengingat dongeng adalah bagian dari kebudayaan kita, tak ada salahnya mencoba gagasan ini sebagai sarana untuk menumbuhkan kreativitas kebahasaan anak-anak.

Hilangnya kebiasaan mendongeng

Dongeng merupakan salah satu bentuk sastra lisan kuno yang diwariskan oleh leluhur kita. Dongeng tidak hanya hidup dan berkembang dalam kelompok masyarakat tertentu, tetapi terdapat dan tersebar di seluruh Nusantara. Sekadar contoh, di Jawa Barat dikenal cerita Tangkuban Perahu dan Ciung Wanara, di Sumatera Barat terdapat dongeng Malin Kundang dan Sabai Nan Aluih, di Jawa Tengah ada cerita Timun Mas, dan di Madura ada Bangsa Cara dan Raga Padmi. 

Di Sumatera Utara tersimpan sejumlah dongeng sebagai produk budaya masyarakatnya. Misalnya, di Asahan dikenal cerita Simardan, di Tanah Karo ada Perjudi Dodas, di Tapanuli Selatan terdapat Sampuraga, di Tapanuli Utara dikenal Asal Mula Terjadinya Danau Toba, dan masih banyak lagi yang lain.

Sekitar tahun 60-an atau 70-an, kita masih mudah menemukan kebiasaan mendongeng dalam masyarakat. Budaya lisan ini biasanya disampaikan oleh seorang ibu kepada anaknya sebagai pengantar tidur. Nilai mendongeng tidak kita ragukan, yaitu sebagai media komunikasi orang tua dengan anaknya. Namun, sekarang ini budaya mendongeng sudah mulai menghilang. Gejala ini tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan, tetapi juga pada masyarakat pedesaan.

Ada sejumlah faktor mengapa budaya ini menghilang di tengah-tengah masyarakat. Pertama, dampak keberhasilan pembangunan ekonomi seperti listrik dan koran masuk desa, yang disusul dengan merambahnya barang-barang konsumtif seperti radio, televisi, komputer, dan lain-lain. Akibatnya, anak-anak lebih memilih menghabiskan waktunya bersama sarana komunikasi modern itu daripada harus mendengarkan dongeng. Kedua, tidak adanya pewarisan tradisi mendongeng dari generasi tua kepada generasi muda. Mungkin generasi tua sudah tidak punya waktu untuk mewariskan budaya ini kepada generasi muda. Mungkin pula generasi muda menolak warisan budaya ini karena menganggapnya sudah kuno dan terlalu banyak menyita waktu. Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah akan pentingnya peranan dongeng sebagai sarana pendidikan untuk menyampaikan pesan/muatan nilai-nilai luhur yang merupakan budaya yang tidak ternilai. 

Seperti dikatakan, sekarang ini budaya mendongeng sudah diganti terutama oleh televisi dan komputer. Dua sarana komunikasi modern ini berperan penting dalam kehidupan anak-anak terlebih-lebih bagi anak-anak yang tinggal di kota-kota besar, memberinya informasi tentang dunia lain sebagai bagian dari perluasan cakrawala pengetahuannya. Faktanya, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya menonton televisi atau bermain komputer/internet (sendirian atau ditemani kakak/pembantu) karena orang tua sibuk bekerja sepanjang hari. Mereka mahir bermain game dan mengakses situs-situs tertentu, serta mengakrabi betul cerita-cerita yang diadopsi dari budaya luar. 

Program televisi sesungguhnya tidak dirancang khusus untuk tontonan anak-anak. Sejauh yang diamati, berbagai cerita yang diputar di televisi lebih banyak untuk konsumsi orang dewasa. Kecuali itu, sebagai satu cara proses komunikasi, televisi memang dapat menawarkan bentuk pengalaman yang berbeda kepada anak-anak melalui sejumlah saluran yang ada. Namun, televisi merupakan bentuk komunikasi yang pasif, menyajikan informasi tanpa adanya interaksi. 

Dalam konteks ini fungsi dongeng sebagai sarana penyampai kasih sayang orang tua kepada anaknya tidak bisa digantikan oleh media elektronik apa pun. Tatkala mendongeng terjadi interaksi dan kontak yang intens antara pencerita dengan pendengarnya yang melibatkan emosi keduanya. Dengan kata lain, mendongeng dapat menawarkan pengalaman yang jauh lebih interaktif. 

Manfaat Dongeng

Apakah manfaat mendongeng? Seorang ibu yang mendongeng kepada anaknya, disadari atau tidak, telah memperkenalkan sejumlah kosakata baru pada anaknya. Dengan mendongeng seorang ibu telah membantu menambah kosakata anak-anaknya. Selain itu, sewaktu mendongeng ia menanamkan nilai-nilai positif secara dini kepada anak-anaknya. Bukankah dalam sebuah dongeng terkandung nilai-nilai didaktif seperti kepahlawanan, keberanian, kesetiaan, dan kejujuran?

Dalam psikologi diyakini pendapat bahwa watak orang dewasa antara lain ditentukan oleh cara orang tersebut diasuh ketika ia masih kanak-kanak. Apabila ada watak seseorang yang tidak bertanggung jawab, culas, hipokrit, dan tidak tanggap kritik sedikit banyak adalah dampak dari praktik pengasuhan anak, termasuk dalam hal ini cara berbahasa. Bahasa yang dipakai para orang tua dalam mengasuh anak bukan hanya merupakan alat komunikasi, melainkan juga untuk mengungkapkan kasih sayang. Bahasa tersebut berasal dari bahasa sentuhan ketika anak masih bayi dan kemudian sedikit demi sedikit ditambah dengan bahasa lisan dengan menggunakan kata dan kalimat.

Untuk mengatasi kesulitan berbahasa pada anak-anak, sebaiknya pola penceritaan dalam dongeng diubah. Jika selama ini orang tua yang bercerita kepada anak-anaknya, sekarang anak-anak yang bercerita kepada orang tuanya. Jadi, seorang anak diminta bercerita secara aktif sementara orang tua hanya mendengarkan. Ini dapat dilakukan manakala orang tua sudah membekali anaknya lebih dahulu dengan cerita-cerita dongeng. Di sini orang tua harus bersabar dalam menuntun anaknya bercerita. Apabila anaknya tidak mengetahui atau lupa pada kosakata tertentu saat mendongeng, orang tua dapat membantunya. Cara ini diyakini cukup ampuh merangsang perkembangan otak anak dan pada gilirannya meningkatkan kemampuan berbahasa anak.

Sebagai pengetahuan, sebuah cerita yang baik terdiri atas komponen pembukaan atau pendahuluan, masalah, perasaan (tanggapan terhadap peristiwa), sasaran (niat), rencana (cara melaksanakan niat), rintangan, reaksi, aksi, hasil, dan penutup. Kalau seorang anak menyampaikan sebuah cerita, orang tua dapat menilai apakah cerita yang disampaikannya sudah mengandung komponen tersebut. Kesalahan dalam penggunaan kata dan penataan kalimat ataupun kekeliruan dalam pengucapan kata-kata tertentu hendaknya tidak menjadi fokus utama perhatian orang tua. Yang dinilai ialah ide atau isi pikiran yang dicurahkan anak dalam bercerita. Adapun kesalahan atau kekeliruan yang dibuatnya diperbaiki setelah anak selesai bercerita. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak terganggu konsentrasinya dalam bercerita. Bagi orang tua yang awam atau mereka yang belum terampil menangani masalah kesulitan belajar berbahasa, cara bercerita aktif ini merupakan pilihan utama untuk menolong anak.

Penutup
Dongeng telah terbukti berperan penting sebagai sarana pendidikan dalam menyampaikan pesan/muatan nilai-nilai luhur. Mendongeng bagi anak-anak dapat meningkatkan kemampuan berbahasa. Kosakata anak makin bertambah dan ia terlatih mengujarkan kalimat-kalimat dalam bahasanya meskipun dalam bentuk yang sederhana. Lebih penting lagi, ia mampu mengungkapkan pikirannya sesuai dengan tingkat pengetahuannya. 

Budaya mendongeng perlu segera dilestarikan. Banyak cara yang dapat dilakukan, di antaranya ialah tuntutan agar orang tua memperkenalkan anak-anaknya dengan budaya mendongeng, baik melalui buku cerita maupun bercerita langsung. Selain itu, pemerintah dan pihak swasta diimbau ikut membantu pelaksanaan lomba (penulisan) mendongeng yang dilaksanakan oleh kalangan pencinta dongeng. Media massa, khususnya radio dan televisi, diminta terlibat aktif memvisualkan cerita-cerita dongeng untuk lebih mengakrabkan anak dengan cerita dongeng dan pada gilirannya menangkal banjirnya cerita-cerita asing yang tidak sesuai dengan budaya kita.
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Dongeng dan Bahasa Anak Rating: 5 Reviewed By: Infiltrasi