Oleh: Bisri Musthafa
Prabowo sebelumnya merengek_rengek kepada ibu Megawati supaya membawa Jokowi dari Solo ke Jakarta dipertemukan dengan Ahok yang telah ditentengnya dari Bangkabelitung Timur untuk dipasangkan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur di Pilkada Ibu Kota DKI Jakarta.
Tahun 2012 keduanya terpilih dan keluar sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta, jadilah kedunya sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
Dalam menjalankan roda pemerintahan kedua pasangan sangat piawai dalam menginventarisir permasalahan dan mengelola potensi yang ada di lingkungan Pemprov.DKI Jakarta. Efisiensi anggaran dan maksimalisasi pembangunan infrastruktur dan pelayanan kepada warga menjadi prioritas utama.
Segala persoalan dan keruwetan yang telah menumpuk puluhan tahun di Ibu Kota yang tidak pernah terselesaikan oleh pemimpin sebelumnya, diurai dan dicarikan solusi satu persatu dengan baik. Warga terlayani dengan sangat baik, Ibu Kota disulap menjadi sebuah kota yang megah, tertib, rapi, ramah dan bersih. Tidak akan pernah dilakukan oleh pemimpin_pemimpin sebelumnya maupun sesudahnya.
Good govement, transparansi dan accountabilitas menjadi acuhannya dalam merevitalisasi di internal struktur kepegawaian dan administrasi pemerintahan terus digulirkan seperti pelayanan satu atap, lelang jabatan, memutasikan pegawai yang tidak lagi produktif bekerja tetapi terampil dalam mengkorupsi anggaran. Penerapan e_budgeting yang telah terkoneksi ke KPK dan BPK untuk pengawasan setiap pos_pos penggunaan anggaran. Dengan penerapan e_budgeting telah membuat sekarat para pejabat dan banyak ormas, baik ormas keagamaan maupun umum, karena sudah tidak dapat dengan leluasa mendapatkan limpahan aliran dana segar yang telah puluhan tahun dengan mudah dinikmatinya secara cuma_cuma.
Empati dan simpati tidak dapat dibendung berdatangan dari warga Ibu Kota maupun rakyat Indonesia. Belum genap menjabat gubernur lima tahun, 2014 Jokowi melesat melambung jauh masuk RI_1, membuat Prabowo dan kubunya mriyang, meradang bukan kepalang. 2017 disusul Ahok terjun kembali ke gelanggang bursa pencalonan gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Jarot. Semakin menjadikan kronis penyakit komplikasi rakus kekuasaan yang diderita oleh Prabowo dan kubunya.
Sebagai presiden, Jokowi menjadi musuh bersama bagi para penikmat kekuasaan yang telah puluhan tahun memerintah dan tidak pernah berpihak kepada kepentingan rakyat. Karena seluruh matarantai sumber keuangannya baik bisnis rente, mafia migas maupun kartel pangan telah diputus dan diambilalih oleh presiden Jokowi untuk dikembalikan kepada rakyat.
Membunuh lawan dengan tangan pihak lain sudah hal biasa.
Prabowo produk Barat, elite Indonesia berkiblat ke Barat (wawancara di kantor redaksi tempo) tidak mau kehilangan akal liciknya. "Menduplikasi segala manuver politik yang telah dilakukan oleh mertuanya Soeharto dalam menggulingkan presiden Soekarno, meminjam tangan umat Islam untuk menggempur PKI dengan terlebih dahulu membuat stigma bahwa PKI adalah ancaman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan sebagai musuh bersama bagi umat Islam".
Untuk menjegal laju cepatnya Jokowi di RI_1 dan Ahok di DKI_1, Prabowo meminta bantuan dengan memperalat umat Islam untuk ramai_ramai menumbangkannya dengan mengemas isu SARA, jualan agama, jualan ayat suci, jualan mayat, menghakimi Ahok sebagai penista agama. Mengfitnah Jokowi sebagai PKI, anti Islam, musuh ulama, musuh umat Islam, antek aseng, antek Asing. Tentunya tidak mungkin cukup dengan keluar ongkos politik yang sedikit, konon uang keluarga Cendanapun yang sudah tidak bisa dikenali serinya karena saking banyak jumlahnya turut digelontokan juga. Konon pula bila Prabowo naik jadi presiden, Titik menjadi ibu negara dan 100 hari kerja mendiang Soeharto diberikan penghargaan gelar pahlawan nasional.
Prabowo berusaha ingin menjadi orang sempurna dan berusaha menutupi segala kelemahannya dengan Islam. Sekalipun yang palsu tidak akan pernah bisa menutupi aslinya. La kok, ya, tidak sedikit umat Islam mempercayainya, terkecoh dan tertipu oleh permainan politiknya Prabowo..
Lucunya ada ijmak politik dari ulama untuk mendukung Prabowo yang keIslamannyapun tidak jelas, tidak bisa wudzu, tidak bisa shalat, tidak shalat jumat dan tidak bisa ngaji baca Qur'an.
Prabowolah anti Islam, musuh Islam, musuh ulama, musuh umat Islam, penista agama, penista ayat suci, penista ulama dan penista umat Islam sesungguhnya.
17 April 2019 telah membuktikan bahwa segala upaya jahat dan makarnya Prabowo, sekalipun meminta bantuan melalui tangan sekelompok umat Islam dan ulama versinya, tetap dilumat habis oleh makar Allah melalui tangan Jokowi_KH.Ma'ruf Amin. Makarnya Fir'aun ditelan habis oleh makar Allah melalui tangan Nabi Musa 'Alaihissalam.
Salam damai dan sentausa NKRI,....