Jakarta, 25 September 2015
Resensi: Cerita Rakyat Flores Timur Khususnya Lamaholot
Judul buku: Kumpulan Cerita Rakyat Flores Timur
Penulis Cerita: Kolektif
Editor: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. Flores Timur,
Ilustrator: Petrus Vinsensius Malen Koten
Penerbit: Nusa Indah Jl. Eltari Ende - Flores NTT
Telp: (083) 21502
Cetakan 1: 2015
Tebal: 285 Halaman
Dalam buku ini, terdapat 29 cerita menarik untuk dibaca, mulai dari kisah yang ditulis oleh Muhammad Soleh Kadir, S.Pd tentang Ina Hai Ata Kiri yang menceritakan tentang hulubalang Raja Laga Doni yang mencari sisir emas empunya permaisuri yang hilang. Padahal sisir emas tersebut adalah harta pusaka milik kerajaan Kenotan yang sangat berharga. Sisir emas adalah lambang kemuliaan kerajaan Kenotan itu sendiri.

Selain itu, sebuah kisah yang sangat menarik adalah riwayat Bala Nogo yang menceritakan tentang seorang putri cantik jelita bernama Nogo yang menikah dengan pangeran tampan berwujud mahkluk laut. Sang ibu yang merindukan anak gadisnya hanya dititipkan gading sebagai mahar lewat mimpi deruh ombak mengayuh. Gading itu diberi nama Bala Nogo artinya gading Nogo.
Bagian yang tak terlewatkan dari buku ini adalah sebagian besar isi cerita buku ini masih dipercayai oleh penduduk sekitar seperti kisah tentang Ama Pati asal suku Jawa Sina pemilik Ular Naga yang bermukim di kampung Lamataun. Dalam cerita ini, dikatakan bahwa dikampung tersebut bermukim empat suku utama yaitu suku Lewo Alap keturunan asli yang lahir dari rahim tanah Nara Nuha Nebon, suku Serang Goran keturunan Timu Lera yang datang dari timur, suku Jawa Sina keturunan Jawa Wakon yang datang dari barat dan suku Harin Dari keturunan yang datang dari laut.
Buku ini merupakan kompilasi magis yang menyuguhkan dunia fabel, totemisme, epos, dinamisme maupun animisme. Kegaiban-kegaiban dunia binatang, dunia tumbuhan, serta kehidupan-kehidupan penguasa laut yang diceritakan dalam buku ini menguak kisah yang cukup rumit tentang kehidupan manusia dimasa itu. Dan tentu saja, menjadi amat irasional jika dikomparasikan dengan pola pikir masyarakat yang sudah mengenal arus modernitas. Meskipun sekilas cerita-cerita dalam buku ini tampak tak masuk akal, buku ini akan menemukan logika dan rasionalitas setrta jalan kebenarannya sendiri seperti yang tertera dalam daftar isi sebagai berikut:
1. Ina Hai Ata Kiri
2. Asal Mula Padi - Jagung
3. Legenda Ikan Epit Maran
4. Legenda Mata Air Leto Matan
5. Bulu Manda Bulu Bulu Ole Lolon
6. Asal Mula Danau Waibelen
7. Ose Tobi Lolo Benga Bao Wua Sabu Liko Wata Peni Lewa Lolo
8. Ular Naga
9. Wato Barek
10. Dai Edun
11. Wato Dei
12. Legenda Wete Wuú
13. Asal Mula Suku Kein
14. Asal Usul Suku Tukan
15. Pulau Watan Peni
16. Gresituli Keropong Ema
17. Ula Lenggau
18. Tonu Nogo Ema
19. Bala Nogo
20. Labelo dan Lembing
21. Riwayat Nole Tala
22. Kopong Lana Kideng
23. bang dan Barekama
24. Kebare Lera
25. Wato Nerin
26. Asal Mula Kampung Balawelin
27. Asal Mula Suku Sogen
28. Asal Usul Suku Jawan
29. Kewae Liko Lewo
Dalam buku ini, penulis menggunakan gaya bahasa yang baku. Gaya bahasa tersebut terlihat dari kalimat-kalimat yang ada. Kelebihan dari buku ini yakni adanya ilustrasi gambar pada cerita sehingga sangat menyenangkan jika dibaca. Selain itu, Cerita dalam buku ini cukup sistematis sehingga mudah dipahami bila dibaca. Oleh karena itu, ketika kita membaca legenda dan cerita rakyat tersebut berarti kita sedang berselancar dan melakukan penjelajahan, mengenali karakter dan asal muasal masyarakat komunal sebagai penganut budayanya sebagaimana masyarakat Lamaholot yang mengaktualisasi hidup dengan segala kerumitan dalam topografi Flores yang teramat berat. Ini merupakan kompleksitas hidup, cermin kekayaan imajinasi dan pemikiran kolektif yang terbangun dari suatu perjalanan sejarah yang sangat panjang.